Mahfud MD: Saya Bukan NU Naturalisasi & Tak Keluar Sepeserpun Untuk Cawapres !
Iniloh.com Jakarta – Saya biasa saja ya saat hari tadi pengumuman. Saya sudah biasa menghadapi hal-hal dramatis. Kalau saya membaca di medsos, berita dari teman-teman, memang pada deg-degan ya, termasuk tim saya ya mumgkin.
Saya datang duluan, lalu Mas Ganjar masuk, disuruh tunggu nanti waktu masuk dipanggil, dan saya tak tahu itu sudah muncul nama.
Persis tanggal lupa, tapi kira-kira bulan Mei, ada penjajakan dari beberapa tokoh, datang yang lain banyak juga. Misal nama ada Olly Dondokambey, Said Abdullah, Ahmad Basarah dll. Awal saya tetap bilang tidak, apalagi kepada teman yang serius.
Kemudian berkembang, apalagi Presiden Jokowi sering menyebut nama saya, saat dia pidato dll, ini ada Wakil calon Presiden ini ada calon-calon, saat di rumah beliau di Solo juga disebut nama saya. Artinya saya tidak ada masalah dengan beliau, walaupun tidak mendorong secara langsung.
Saya selalu menghindar, nanti dikira meminta dukungan, saya bertemu beliau seperti biasa, ramah dan bergurau kan Bapak Presiden, tidak menyinggung bab pilpres.
Cenderung ke iya, dua minggu yang lalu ya, ketika mulai banyak tuntutan batas usia itu, mereka datang ke saya dan hanya bilang saya yang bisa. Selesai sudah itu masalah kalau saya, dan berjalan tanpa gaduh. Elaborasi berjalan terus, teman-teman DPP seperti Hasto dll, selalu ,menceritakan perkembangan di lapangan.
Secara definitif baru empat lima hari lalu, lewat Pak Hasto, dan sudah sekian persen Bapak katanya, tetapi kata dia kami membuat elemen satpres , dan katanya jangan bilang keluar dulu. Memang prinsip saya tidak akan dijelaskan, kecuali dari Ibu Megawati sendiri ya.
Sebelumnya, teman-teman Ketua Umum juga sudah menyebut nama saya, seperti Bapak Mardiono yang awal Sandiaga, tetapi nanti ke Bapak, Harry Tanoe juga bisa saya ke Ganjar atau Prabowo katanya, kartu di saya, OSO juga bilang yaitu kalau bukan Bapak saya marah , gaya beliau itu kan. Hee…
Saya diberitahu hasil surveinya, ceruk-ceruk yang masih digarap, demografi dan seterusnya. Saya siap, dan baru kemarin sore saya baru diundang Ibu Megawati berdua, saya bertanda tangan, saya bersedia dicalonkan sesuai dengan undang-undang yang berlaku.
Ada yang spesifik juga saya ingat, yakni memimpin pemberantasan korupsi dan penegakan hukum, lalu ada juga semisal rekonsiliasi nasional.
Agar bangsa ini tidak pecah, negara ini harus direkonsiliasi kembali. Dampak seperti timbulnya kekerasan, radikalisme, balas dendam sejarah, termasuk peristiwa 65, 84, 97 dll itu masih dapat menimbulkan luka dan saling tuding. Ini sudah kita kerjakan, malah enak, seperti dapat energi baru dan diketahui publik.
*** *** ***
Secara dasar suara, atau elektroral. Secara tradisional saya akan membawa kaum muslimin, orang Islam tradisional dari kalangan NU, dan saya pernah ditanya sejak kapan masuk NU, saya jawab sebelum lahir sudah NU, sejak bayi. Ha ha ha.
Lha Ayah saya ditahan karena NU, sekolah saya di NU, membaca kitab-kitab di NU, mondok pesantren di NU. Secara kultural pasti ya, struktural juga ya.
Saya pernah menjabat Dewan Pertimbangan ISNU tanda tangan SK ada Kyai Said Aqil Siradj, juga sebagai Penasehat Anshor, Penasehat LBH NU ada Kyai Hasyim Muzadi, di Jogja jadi pengurus Ansor juga. Saya bukan naturalisasi NU ya….
Saya dekat juga dengan Muhammadiyah, kaum terdidik menengah ke atas, kaum minoritas juga, baik etnis atau keagamaan. Jumlah mereka banyak lho dua belas persen, kita bisa ambil kan lumayan.
Masalah baju, kan tadinya gurauan dengan Ibu Megawati kata beliau pakai baju merah putih, lho kok seperti bendera Bu. Saya pakai hijau saya kan Islam di belakangnya, Ibu nasionalis merah. Tapi saya pakai batik hijau dan ada corak, jadi ya Islam Nusantara, iya ya ya lanjut Beliau.
Tapi memang irisan saya NU, tapi dengan Muhammadiyah juga sangat dekat, saya sekarang di Dewan Pertimbangan ICMI, menjadi Ketua Presidium Majelis Nasional KAHMI, ada semua disitu di hijau ya. Sehingga saya memang memilih baju itu.
Untuk simpati menarik warga NU, ya gak apa-apa kita kampanye saja. Biasa kan ikut kontestasi begitu, saya dorong kampanye Cak Imin, saya juga kampanye. Siapa yang dapat dukungan kan nanti di TPS kan..
Lalu masalah kontribusi isi tas, atau logistik, mungkin Anda tidak percaya ya, saya tidak keluar sepeserpun dan tidak diminta sepeserpun. Dari dulu saya diminta calon, saya bilang tidak karena sama dipemahaman saya butuh uang banyak untuk itu. Dan saat semua mengatakan seperti Ketua Partai, Bapak tidak menggunakan mikir itu, nanti ada yang mengurusi dan negara membutuhkan Anda, Anda bekerja saja.
Bagi saya kejutannya juga ya, kok bisa ya. Orang lain puluhan miliar, ratusan miliar. Bu Mega secara eksplisit juga mengatakan jika ada yang memberikan, jika ada yang sumbang, suruh bentuk alam seperti kaos, sumbang dangdutan dll biar tidak ada konflik kepentingan. Kan ada bendahara, ada yang tersiram sendiri.
Saya bawa badan dan ide saja. Antisipasi saya ya tak mencalonkan karena tidak ada uang, dan ternyata didorong oleh PDI P dan tanpa uang. Persisnya empat lima hari sudah pastinya untuk posisi ini ya.
Saya berpikir muda itu bukan usia. Muda itu gaya berpikir dan perspektif dalam memandang kehidupan ini. Misal apa yang terjadi pada generasi muda, lalu keluarga yang tertanam tiga juta ke bawah, dan lalu ada kaum muslimin ya, ini adalah beberapa poin saya untuk memberikan kampanye dan harapan bersama kepada mereka ya.
Negara Indonesia ini kaya, secara demografis punya bonus sangat besar, secara geografis juga punyai sumber daya sangat berlimpah. Dan negara ini jika dikelola dengan benar ya tidak menyebabkan kemiskinan. Ayo, anda yang punya negara ini bekerja bersama-sama saya, mari. agar ada harapan kepada kita, anda.
Apa yang dikerjakan? Ya Berantas korupsi. Karena kekayaan alam yang besar ini tidak menjadi berkah bagi orang Indonesia, karena banyak korupsinya. Jika masalah hukum bisa terselesaikan, maka lima puluh persen pesren bisa selesai. Sisanya baru ke bidang pendidikan, ekonomi, kebudayaan dll.
Bangunlah komitmen, kesadaran kolektif dan ada tindakan tegas. Macam-macam ya di burulah, kalau melawan ya lemparan atas biar ditembak dengan media dll.
Demokrasi sekarang sudah begitu terbuka, tetapi nomokrasinya sekarang di atas elitis koruptif dan dibawah lemah. Untuk di atas seperti bisnis, perijinan, ada kontrak karya dll harus ada kepastian, dan kebawah adalah perlindungan.
Saya sudah mengidentifikasinya ya. Di atas muncul oligarki, dibawah ada anarki, kan begitu. Dibidang ekonomi misal, di atas misal bab ijin yang tumpang tindih, dan tak ada kepastian.
Di Indonesia tidak ada kepastiannya ya, beberapa pengusaha, ahli ekonomi juga sudah saya undang. Misal ada proyek dibuat bertele-tele, proyek yang bisa dua minggu, dua bulan menjadi empat tahun tak ada kabar. Yang kedua, pebisnis mereka mengatakan kami minta proyek, ada proyek ke pemerintah ini diminta menyuap, jika kamu tak menyuap bisnis tak jalan, mati, kalau kami masuk masuk penjara. Ini semua kan kepastian solusinya.
Konsep pemetaan sistem politik sudah ada, tinggal parpol DPR punyai kesadaran yang sama agar sistem politik di beberapa hal ditata agar tak berbiaya tinggi, lalu di birokrasi Pak Jokowi sudah bagus seperti pemotongan di eselon, dan sistem digitalisasi atau pemerintahan, agar bisa dikontrol .
Konsep implementasi tinggal. Konsep dasar sudah tak ada yang diperdebatkan. Ketegasan juga ditambah, ini yang kurang. Orang seperti Kemenkopolhukam diperbanyak, yang tegas. KPK yang banyak ditakuti, tegas dan berani ya. Kesadaran seperti ini, menegakkan aturan dan menindak aturan dibangun.
Pendidikan dari dini ditata, yang di atas juga jangan dibiarkan dong. Kita bisa bekerjakan bersama, ada jurnalis yang bisa mewartakan sehingga saya bisa mengurai, ada polisi yang bisa memaksa kalau ada yang main-main, belum ahli hukum, peneliti dll.
Hari ini saya sudah mengirimkan surat ke Presiden, menandatangani surat persetujuan untuk menjadi cawapres, dan saya sudah diumumkan secara resmi, dan saya akan menghadap nanti setelah Bapak Presiden tiba di tanah air. Kalau secara yuridis tak perlu ditanggapi, ijin ya. Ini sebagai etika pemerintahan saja.
Cuti sebagai Menteri yang kebetulan menjadi calon Wakil Presiden itu sebenarnya hanya saat kampanye, tidak lama ya. Masa kampanye bisa berlangsung sembilan minggu, tetapi tidak dalam jangka waktu lama. Misal hari ini ya hari ini, tes kesehatan dll. Di luar pekerjaan itu, saya tidak ada masalah yang akan terjadi.
Kita harus bisa menunjukkan bahwa seorang pejabat menjadi calon Presiden atau Wakil Presiden itu tak curang, tak menggunakan aparat. Malah saya yang akan menjaga, jika mereka memihak saya, saya akan tindak. Mari pemilu dengan sehat ya.
Saya akan mengumpulkan pejabat struktural hari kamis ini, ini urusan politik saya. Kantor bekerja seperti biasa, di bawah kendali saya. Agar menjadi lebih profesional. Politik berjalan menjadi kebutuhan saja dalam berbangsa dan bernegara.
Mari jaga negara ini, rawat negara ini sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Kuasa. Banyak cara menjaganya, berdasarkan kebutuhan dan keahlian kita masing-masing. Mari hidup penuh ketaatan kepada hukum, sekaligus mengembangkan demokrasi yang sehat.
Ini artinya nomokrasi harus tegak di atas demokrasi yang sehat. Demokrasi harus berjalan di atas nomokrasi yang kuat. Itu saja pesan saya.
sumber lengkap: www.youtube.com/watch?v=UCL-Dpq_tqw

Penulis di iniloh.com. Misi kami membongkar informasi rumit jadi bacaan yang ringan dan berguna untukmu, dari yang kompleks jadi mudah, dari yang membingungkan jadi jelas.










