Marlisa Kurniaty, Take One Step At A Time, Slow Progress Is Still Progress!
Iniloh.com Jakarta- Lahir di Jakarta yang sibuk, Marlisa Kurniaty yang akrab disapa Lisa justru menemukan keheningan masa kecilnya di pinggiran ibukota: Tangerang Selatan (Tangsel).
“Sebagian masa kecilku banyak dihabiskan di daerah yang lebih tenang di pinggiran kota,” kenangnya.
Kontras antara keramaian Jakarta dan ketenangan Tangsel mungkin menjadi cikal bakal kemampuannya menavigasi dua dunia yang berbeda: tuntutan karier yang tinggi dan pencarian keseimbangan diri.
Karier utamanya memang menuntut ketangguhan.
Sebagai General Manager di sebuah perusahaan alih daya lokal di Jakarta Barat, Lisa menghadapi dunia kerja yang cukup menantang dan menuntut energi besar.
Namun, di tengah tekanan korporat, ia menemukan penawar: lari.
“Awalnya ikut lari karena coba-coba, eh ternyata malah keterusan,” ujarnya ringan.
Bagi Lisa, lari bukan sekadar aktivitas fisik; ia menjelma menjadi penyeimbang jiwa dan gaya hidup.
“Lari bukan cuma soal fisik, tapi soal ketahanan mental juga,” tegasnya, menyentuh esensi olahraga yang telah menjadi bagian integral hidupnya.
Dunia lari membukakan pintu kebahagiaan yang tak terduga.
“Sukanya banyak,” serunya dengan antusias.
Dari memperluas lingkaran pertemanan, meningkatkan kesehatan fisik dan mental, hingga kesempatan mengikuti event seru yang menggabungkan hobi dan jalan-jalan.
Tantangan pun hadir: cuaca yang tak bersahabat atau cedera ringan saat latihan.
Namun, Lisa memandangnya sebagai bagian dari proses pembelajaran.
Dedikasinya nyata: ia telah menaklukkan beberapa lomba 5K dan 10K, dan sedang mempersiapkan tantangan lebih besar, Merbabu Sky Run 21K di September 2025.
Rutinitas latihannya terjaga rapi: lari di Gelora Bung Karno (GBK) selepas kantor, dan trail-run menyegarkan jiwa di Paniisan setiap akhir pekan untuk healing.
Memandang ke depan, harapan Lisa jernih dan menyeluruh.
“Aku berharap bisa terus jadi versi terbaik diri sendiri dalam keluarga, karier, dan kehidupan sosial.“
Doanya sederhana namun mendalam: kesehatan yang cukup, rezeki yang berkah, dan relasi yang sehat.
Ia juga ingin meninggalkan jejak positif di lingkungan sekitarnya, sekecil apa pun bentuknya.
Dan tentu, harapan praktis: “Dalam waktu dekat, aku berharap sekali cedera betisku sembuh,” sebuah pengakuan jujur yang membuatnya semakin manusiawi dan dekat.
Pesan yang ingin Lisa sampaikan kepada pembaca di seluruh Indonesia terinspirasi langsung dari perjalanan hidup dan lintasannya.
Ia menekankan filosofi yang menjadi kompasnya:
“Hidup ini bukan tentang siapa yang paling cepat, tapi siapa yang paling konsisten.
Setiap orang punya waktu dan jalannya sendiri. Jangan takut melambat, asal terus bergerak.”
Source image: lisa

Penulis di iniloh.com. Misi kami membongkar informasi rumit jadi bacaan yang ringan dan berguna untukmu, dari yang kompleks jadi mudah, dari yang membingungkan jadi jelas.










