Marsela Fledisti Potu, Not Everything Needs Our Attention!
Iniloh.com Jakarta- Di puncak dataran tertinggi Sulawesi Utara, tersembunyi sebuah desa dingin penuh kehangatan: Modoinding, Minahasa Selatan.
Di sanalah Marsela Fledisti Potu mengakar. Desa yang terkenal dengan suhu terdingin di Sulut dan kekayaan hortikultura ini bukan sekadar tempat tinggal, tapi ruang hidup yang membentuknya.
“Masyarakatnya sangat ramah,” ungkapnya, menggambarkan semangat gotong royong yang melekat.
Namun, kehangatan terbesarnya datang dari dalam: keluarga yang penuh cinta.
Di tengah udara pegunungan yang menyengat, tumbuhlah seorang perempuan dengan ketulusan dan ketangguhan khas anak Minahasa.
Aktivitas keseharian Marsela adalah perpaduan antara dedikasi pada tanah leluhur dan jiwa petualang.
Ia bekerja di Dinas Pertanian Minahasa Selatan, tergabung dalam proyek strategis UPLAND yang fokus pada pengembangan pertanian lahan kering dan kawasan pegunungan.
Pekerjaan ini adalah bentuk pengabdiannya untuk memajukan potensi hortikultura daerahnya.
Tapi jiwa bebasnya tak bisa diam. Di sela-sela kesibukan bertani secara birokratis, ia mengisi waktu luang dengan traveling.
Menjelajah menjadi napas kedua, mengisi ulang semangatnya sebelum kembali mengabdi.
“Suka dukanya karena lulusan Sastra namun terjun di bidang pertanian.”
Mengawinkan dua dunia yang seolah berseberangan sempat menjadi tantangan besar.
Bayangkan: dari dunia kata-kata dan teori sastra, tiba-tiba terjun ke lapangan, berurusan dengan tanah, pupuk, dan pola tanam.
“Agak sulit,” akunya jujur.
Tapi tekad dan kecintaannya pada kampung halaman berbicara lebih kuat. Proses adaptasi yang melelahkan itu akhirnya berbuah manis:
“Setelah sekian lama, akhirnya dapat menyesuaikan dengan baik.”
Kini, ilmu komunikasinya justru jadi jembatan menghubungkan kebijakan pertanian dengan petani lokal.
Harapan dan doanya untuk masa depan sederhana namun penuh makna:
“Lebih makin bersinar, lebih sukses lagi, lebih bahagia dan always sehat.”
Kalimat singkat ini mencerminkan fokusnya pada esensi hidup: berkembang, memberi manfaat, menjaga kebahagiaan, dan mensyukuri kesehatan.
Bagi Marsela, kesuksesan bukan semata soal pencapaian materi, tapi keutuhan jiwa-raga dalam menjalani peran.
“Kebahagiaanmu berasal dari dirimu sendiri.” Pesan utamanya jelas: jangan tergantung validasi luar.
“Lakukan apa yang membuatmu bahagia, bukan yang membuatmu terlihat bahagia.”
Ia mengingatkan pentingnya keaslian. Kunci kedamaian? “Hiduplah dengan lebih banyak rasa syukur maka kamu akan merasa lebih tenang.”
Tapi Marsela juga paham batasan. Pesan terkuatnya adalah tentang self-love yang berani:
“Sayangi dan hargai dirimu dengan meng-cut off hal hal yang merugikanmu.
Not everything needs our attention, not everything deserve our energy.”
Source image: marsela

Penulis di iniloh.com. Misi kami membongkar informasi rumit jadi bacaan yang ringan dan berguna untukmu, dari yang kompleks jadi mudah, dari yang membingungkan jadi jelas.










