Metatah / Potong Gigi di Griya Agung Indra Gandhi Manuaba, Klungkung
Nosel Bali- Ida Rsi Putra Manuaba baru saja membuat acara Metatah di griya beliau yang asri dan masih bercirikan tata letak Bali yang kental dengan bale adatnya sekaligus petirtaan di Merajan Griya, sekaligus Ngersigana dan Nilapati dan Ngingkup Ibunda beliau Ida Bhatari Anak Agung Ayu Aryani Oka.
Ini menjadikan daya tarik utama Pulau Dewata adalah kekentalan budaya yang masih dijaga oleh masyarakatnya. Walaupun Bali sudah berkembang, tradisi dan budaya yang diturunkan nenek moyang harus tetap dijaga.
Salah satu tradisi unik di Bali tersebut adalah tradisi metatah yang lanjut diterangkan Ida Rsi Putra Manuaba sebagai tradisi setiap keluarga di Bali.
Tradisi metatah adalah tradisi unik potong gigi yang mungkin terdengar asing dan aneh menurut orang luar Bali. Namun, tradisi metatah memiliki banyak makna dan pengharapan mulia bagi orang yang melaksanakannya dan biasanya ini setelah anak itu menginjak remaja.
Tradisi Metatah bagi kami di Bali adalah upacara potong gigi yang dilakukan oleh umat Hindu di Bali. Biasanya juga disebut juga tradisi mepandes atau mesagih. Tradisi ini wajib diikuti oleh semua orang Bali, baik laki-laki maupun wanita yang telah menginjak masa remaja.
Membayangkannya saja kita sudah merasa nglilu sendiri, tapi tujuan tradisi ini bukan untuk menyakiti. Melainkan terkandung makna-makna baik untuk menghapus sifat-sifat buruk pada diri seseorang. Namun, bukan berarti setelah potong gigi sifat orang tersebut berubah menjadi baik, hal ini kembali lagi pada diri masing-masing.
Tradisi metatah sudah dilakukan masyarakat Bali sejak dulu dan menjadi warisan budaya secara turun-temurun. Metatah berasal dari kata “tatah” yang berarti “pahat” dalam bahasa Bali.
Jadi, gigi sebenarnya tidak benar-benar dipotong, melainkan dikikis dengan teknik tertentu. Ritual ini dilakukan dengan mengikis enam gigi.
Pelaksanaan upacara ini sangat berkaitan dengan yadnya sebagai simbolis dilakukan oleh remaja yang sudah beranjak dewasa atau orang yang sudah siap menikah. Orang yang sudah siap menjalani tradisi metatah biasanya ditandai dengan perubahan suara (pada pria) dan menstruasi (pada wanita).
Tujuan Tradisi Metatah di Bali
Ritual Mapendes atau Metatah bagi Umat Hindu yang beranjak Dewasa. Tujuan upacara metatah adalah sebagai simbol untuk membersihkan keangkaramurkaan dan keserakahan dari diri seseorang.
Masyarakat Bali percaya bahwa ada enam jenis perbuatan tidak baik dalam diri manusia (sad ripu), yaitu kama (hawa nafsu), loba (tamak), mada (kemabukan), moha (kebingungan), krodha (kemarahan) dan matsarya (iri hati).
Sifat-sifat buruk ini juga dianggap seperti musuh bagi manusia itu sendiri. Maka dari itu, sifat jelek ini perlu ditaklukan agar tidak mengganggu kehidupan manusia lainya.
Salah satu cara menaklukkan sifat buruk tadi adalah dengan potong gigi. Ada enam buah gigi yang dikikis sebagai simbol sad ripu, yaitu empat buah gigi seri dan dua buah gigi taring.
Tradisi metatah juga mengandung 4 konsep pendidikan, yaitu:
Dalam konsep spiritual, manusia yang telah suci akan lebih mudah terhubung dengan Sang Hyang Widhi dan leluhur. Nantinya, orang tersebut akan segera bertemu dengan leluhurnya saat meninggal dunia.
Tradisi metatah adalah tradisi yang sudah ada sejak dulu dan diwariskan secara turun temurun. Meskipun kini Bali sudah lebih modern, namun generasi sekarang tetap harus mempertahankan tradisi ini untuk melestarikan budaya Bali bisa dilakukan dirumah atau sekarang banyak dibuat metatah masal sehingga meringankan umat dan maknanya tetap utuh
Pelaksanaan upacara metatah sangat mengedepankan etika dan ketaatan. Proses upacara haruslah berjalan damai, harmonis dan tentram. Hal ini tentunya sejalan dengan konsep yang diajarkan agama Hindu tentang 3 unsur utama dalam pelaksanaan upacara yadnya, tattwa, dan susila.
Upacara metatah tidak bisa terlaksana dengan baik tanpa bantuan Tri Manggala Yadnya, yaitu yajamana, serati dan pandita. Dalam menyukseskan upacara ini, setiap orang saling ketergantungan satu sama lain. Butuh kerjasama dari pemilik upacara Sang Yajamana, pembuat Banten (serati), demikian juga dengan pemimpin upacara (pandita). Jadi, upacara ini dapat meningkatkan kekompakan antar manusia.
Berdasarkan peraturan dalam lontar Dharma Kahuripan dan lontar Puja Kalapati, tahapan upacara potong gigi (metatah) adalah sebagai berikut :
Upacara yang pertama dilakukan di dapur yang mengandung makna bahwa orang yang sudah beranjak dewasa sudah siap berumah tangga dan bertanggung jawab dengan keluarganya.
Upacara ini dilakukan di meten atau di gendong. Proses ini memiliki makna untuk berjanji mengendalikan sifat-sifat jahat dalam diri manusia (sad ripu).
Proses ini dilakukan di halaman depan rumah. Maknanya untuk membersihkan diri dari sifat-sifat buruk yang berasal dari luar, karena sifat jahat tidak hanya datang dari dalam diri saja.
Dalam upacara ini juga mengandung beberapa makna, yaitu:
Memohon kepada leluhur untuk melakukan tradisi metatah.
Wujud bakti kepada Sang Hyang Uma.
Ngayab Caru yang artinya menghapus sifat-sifat buruk.
Memohon kesejahteraan dan kebahagiaan.
Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengukir gigi dengan aksara suci. Hal ini merupakan simbol penghormatan pada Hyang Widhi yang membimbing kehidupan dengan ajaran suci yang diturunkannya.
Memiliki makna simbolis rasa terima kasih pada Sang Hyang Widhi yang telah melancarkan dan memberkati kelancaran upacara metatah.
Anak yang akan melaksanakan potong gigi kembali ke gendong. Proses ini memiliki makna:
Menyembah Dewa Surya untuk memohon persaksian.
Menyembah Bhatara Smara dan Bhatari Ratih agar bisa dibimbing ke jalan yang benar.
Memohon kekuatan lahir batin untuk menghadapi tantangan kehidupan.
Menyucikan diri dari perilaku jahat (sad ripu).
Kegiatan ini adalah simbol akhir dari upacara potong gigi dengan sifat-sifat buruk dalam diri (sad ripu) yang juga ikut hancur.
Proses upacara yang dipimpin oleh pandita dengan memercikan tirta. Kegiatan ini bermakna agar orang yang bersangkutan selalu dilindungi dalam kehidupan.
Sementara itu, perlengkapan yang digunakan dalam upacara potong gigi antara lain: pahatan, kikir/pengasah, batu asahan, madu dan kapu serta tebu/kayu dadap, untuk mengganjal rongga mulut.
Pantangan Orang Metatah
Walaupun bisa diikuti semua orang, baik pria atau wanita, potong gigi pantang dilakukan oleh wanita yang sedang hamil. Masyarakat Bali percaya bahwa janin yang dikandung seorang wanita merupakan nyawa yang suci. Sedangkan tujuan tradisi metatah sendiri adalah menyucikan pribadi yang tidak suci.
Setelah potong gigi selesai, anak yang melaksanakannya diminta untuk mencicipi 6 rasa, yaitu pahit (simbol ketabahan), pedas (simbol kesabaran), sepat (simbol ketaatan), manis (simbol kebahagiaan) dan asin (simbol kebijaksanaan).
Ida Rsi Putra melaksanakan untuk tiga ponakan beliau sehingga sebagai orang tua adik-adik saya sudah melunasi kewajiban terakhirnya melepas anak anak menjadi lebih baik.

Penulis di iniloh.com. Misi kami membongkar informasi rumit jadi bacaan yang ringan dan berguna untukmu, dari yang kompleks jadi mudah, dari yang membingungkan jadi jelas.










