Mey Maharani, Jangan Takut Ikuti Passion dan Jangan Ragu Jelajahi Dunia

Iniloh.com– Lahir dan besar di Malang, kota sejuk yang menyimpan kenangan masa kecilnya yang sunyi sebagai anak tunggal, Mey Maharanie tumbuh dengan keyakinan bahwa ia bisa melakukan segala hal.

Orangtuaku selalu bilang, ‘Kamu mampu.’ Tapi di balik kehangatan itu, ada satu kerinduan yang tak pernah terungkap: wajah Ayah yang hanya kulihat dua kali seumur hidup,” ungkapnya.

Ruang hatinya yang kosong akan figur seorang Ayah ia isi dengan tekad baja, seperti udara dingin Malang yang mengajarkannya untuk tetap tegak meski diterpa kabut.

Setahun lalu, Mey memutuskan untuk hijrah ke Bali, meninggalkan zona nyaman demi mengejar arti kemandirian.

Di pulau dewata itu, ia memasuki dunia yang kontras dengan masa lalunya: menjadi sexy dancer, bottle girl, dan PR di sebuah klub malam.

Awalnya seperti terjun ke laut tanpa tahu arusnya. Tapi Bali mengajarkuku bahwa hidup adalah seni menari di antara pilihan,” ujarnya.

Di balik riasan tebal dan sorot lampu disko, ia menyembunyikan pergulatan batin: mencoba menyelaraskan keinginan otak yang ambisius dengan tubuh yang kadang kelelahan.

Bagi Mey, merawat diri bukan sekadar ritual kosmetik.

Cantik itu tentang mindset. Kalau kamu punya niat untuk berubah jadi lebih baik, itu adalah bentuk penghargaan pada diri sendiri,” tegasnya.

Di tengah tuntutan pekerjaan yang kerap menguji fisik dan mental, ia tetap menyisihkan waktu untuk skincare, olahraga, dan refleksi diri.

Lelah itu pasti, tapi aku tak mau jadi korban keadaan. Setiap hari, aku pilih untuk bangkit dan glow up,” tambah perempuan yang kerap disebut bold namun penuh perhitungan ini.

Sebagai anak rantau yang merasakan kerasnya hidup di tanah orang, Mey punya harapan universal:

Semoga kita semua diberi kesehatan tanpa batas dan jalan lancar untuk sesama perantau.”

Ia paham betul betapa lelahnya tidur larut malam, berbagi kamar kos sempit, atau menahan rindu pada keluarga.

Kadang aku iri pada mereka yang bisa pulang dan memeluk Papa.Tapi aku percaya, di suatu tempat, Papaku bangga melihatku bertahan,” bisiknya lirih.

Pesan Mey untuk generasi muda Indonesia terasa seperti semboyan hidupnya sendiri:

Jangan takut ikuti passionmu, jangan ragu jelajahi dunia. Setiap kerasnya kehidupan adalah sekolah yang akan jadi bekal untuk mengajar orang lain nanti.”

Baginya, pengalaman bekerja di dunia malam Bali bukan sekadar urusan finansial, melainkan ruang pembelajaran tentang manusia, ambisi, dan seni bertahan hidup.

Hidupmu adalah milikmu. Jalani dengan keyakinan bahwa setiap tantangan adalah bukti bahwa Tuhan percaya kita kuat,” ujarnya, mengutip kalimat motivasi favoritnya.

Kini, Mey aktif membagikan kisahnya melalui Instagram @mey.maharanie.

Dari foto-foto di balik panggung klub hingga momen self-care di pagi hari, ia ingin menunjukkan bahwa di balik gemerlap kehidupan malam, ada perempuan yang terus belajar mencintai diri.

Bali mengajariku bahwa keindahan bukan hanya tentang pantai atau pesta. Tapi juga tentang keberanian memilih jalan sendiri, meski itu berarti berjalan di kegelapan sambil mencari lentera,” katanya.

Dengan semangat layaknya gunung Bromo yang tak pernah padam, Mey Maharanie menari di antara dua dunia: kerinduan akan sosok ayah di Malang yang dingin, dan gelora hidup di Bali yang mengharuskannya terus bersinar.

Seperti mutiara yang terbentuk dari gesekan kerasnya karang, ia percaya:

Luka dan rindu hanyalah proses untuk menjadi versi terkuat diri sendiri.”

 

Source image: mey

You May Also Like

Yustina Widya Pristanti, Jangan Bandingkan Progress Kita dengan Orang Lain!
Yustina Widya Pristanti, Jangan Bandingkan Progress Kita dengan Orang Lain!
Endang, Lari Mengajarkanku Akan Ketahanan dalam Hidup!
Endang, Lari Mengajarkanku Akan Ketahanan dalam Hidup!
Riska Wati, Kita Tak Perlu Menunggu Sempurna untuk Memulai!
Riska Wati, Kita Tak Perlu Menunggu Sempurna untuk Memulai!
Indira Nirmala, Jangan Takut Gagal Setiap Momen Adalah Guru 
Indira Nirmala, Jangan Takut Gagal Setiap Momen Adalah Guru 
Ellita Ahimsa, Pendidikan Tak Hanya Soal Gelar, Tapi Berani Pertanyakan Status Quo
Ellita Ahimsa, Pendidikan Tak Hanya Soal Gelar, Tapi Berani Pertanyakan Status Quo
Endang Puji Wahyuni, Bagiku Lari Ialah Metafor Hidup
Endang Puji Wahyuni, Bagiku Lari Ialah Metafor Hidup