Michelia Champaca, Tari Adalah Cara Kita Bersyukur, Baik Dalam Suka Maupun Duka

Iniloh.com Jakarta- Batam, kota kelahiran Michelia Champaca Sadewo yang akrab disapa Michelia menjadi awal kisah perempuan berdarah seni ini.

Nama lengkapnya, Setyoputri, adalah gabungan dari nama ayahnya, Setyo, dan kata “putri” yang melekat sejak lahir.

Namun, ia lebih dikenal sebagai Michelia Champaca, terinspirasi dari bunga Kantil kuning yang harum mewangi.

Seperti bunga Kantil, saya ingin seni yang saya bawa selalu meninggalkan kesan mendalam,” ujarnya.

Meski lahir di Batam, ia tumbuh besar dan meniti karir di Jakarta, di tengah hiruk-pikuk yang justru mempertajam sensitivitas artistiknya.

Michelia berasal dari keluarga yang kurang harmonis, namun justru situasi itu membentuknya menjadi pribadi mandiri dan tangguh.

Ia menempuh pendidikan S1 Seni Tari di Universitas Negeri Jakarta (UNJ) dan S2 Pendidikan Seni di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY).

Di sana, ia tak hanya mendalami tari, tapi juga merambah seni musik, rupa, dan teater.

Seni adalah bahasa universal yang saya gunakan untuk memahami dunia,” katanya.

Kini, Michelia menjalani beragam peran: penari profesional, guru seni budaya, makeup artist (MUA), dan dosen.

Semua saling terkait. Dalam tari, ada tata rias wajah; dalam koreografi, ada harmoni gerak dan musik. Saya ingin menguasai semuanya,” tambahnya.

Perjalanan Michelia di dunia seni tak mulus. Ia kerap dihadapkan pada rasisme terkait warna kulit sawo matang dan jerawat yang dianggap “mengganggu estetika”.

Dulu, saya selalu kalah audisi misi budaya ke luar negeri dari penari berkulit lebih terang. Tapi saya tak mau menyerah,” ujarnya.

Ketekunannya membuahkan hasil: pada 2018, ia tampil di Wonderful Indonesia di Singapura, dan pada  tahun 2025 ini, ia memukau juri di Festival Paris Internasional Competition dengan membawakan Tari Cawan dan Maringgih Tandok, meraih juara pertama.

Kemenangan itu ia persembahkan untuk putri semata wayangnya, Datura Delonix Prameswari Sadewo, yang ia sebut “Bubu of Datura”.

Dia sudah menari sejak dalam kandungan. H-7 sebelum melahirkan, saya masih naik motor pakai high heels untuk mengajar dan merias murid,” kenangnya.

Datura bukan hanya anak, tapi juga sumber kekuatan. Michelia kerap membawanya ke latihan tari, menunjukkan bahwa seni bisa dipelajari sejak dini.

Saya ingin dia tumbuh mencintai budaya sendiri, meski dunia semakin global,” ujarnya.

Dedikasinya pada tradisi terlihat dari pilihan tarian yang ia angkat.

Tari Cawan, misalnya, adalah tarian adat Sumatera yang menggambarkan keramahan, sementara Maringgih Tandok berasal dari budaya Melayu yang sarat filosofi kehidupan.

Sebagai MUA, Michelia juga aktif merias wajah penari tradisional.

Tata rias adalah bagian dari cerita. Setiap garis dan warna punya makna tersendiri,” paparnya.

Michelia gencar menyuarakan pentingnya apresiasi terhadap penari tradisional.

Mereka bukan sekadar ‘menjual tubuh’, tapi melestarikan warisan budaya yang nyaris punah. Setiap gerakan adalah doa, setiap riasan adalah simbol,” tegasnya.

Ia mengkritik pandangan sempit yang meremehkan seni tradisi di era global.

Ia juga berpesan: “Menarilah di kala sedih, menarilah di kala senang. Tari adalah cara kita bersyukur, baik dalam suka maupun duka.”

Baginya, menari adalah medium menyatu dengan Sang Pencipta, mengusir kesepian, dan menguatkan iman.

Kemenangan Michelia di Paris bukan sekadar prestasi pribadi, tapi kemenangan budaya Indonesia.

Saya membawa Tari Cawan dan Maringgih Tandok ke panggung Eropa.

Respons penonton luar biasa, mereka terpukau oleh kedalaman filosofi dan keindahan gerak,” ujarnya bangga.

Ia berharap, pencapaian ini membuka jalan bagi seniman tradisi lain untuk diakui dunia.

 

Source image: Michelia

You May Also Like

Niluh Yuly Wulan Sasi Artini, Jangan Takut Akan Hari Esok Siapkan dari Sekarang Maka Kan Baik-baik Saja
Niluh Yuly Wulan Sasi Artini, Jangan Takut Akan Hari Esok Siapkan dari Sekarang Maka Kan Baik-baik Saja
Nur Aqilah Hasmawi, Tetap Teguh Walaupun Teduh Jua Mencari Ketenangan Tak Seindah Cari Keindahan
Nur Aqilah Hasmawi, Tetap Teguh Walaupun Teduh Jua Mencari Ketenangan Tak Seindah Cari Keindahan
Humidah Sarah, Apapun Profesi Kita Sekarang Tetaplah Jadi Orang yang Baik
Humidah Sarah, Apapun Profesi Kita Sekarang Tetaplah Jadi Orang yang Baik
Indah R Muhartia, Grateful For Small Things, Big Things, & Everything In Between
Indah R Muhartia, Grateful For Small Things, Big Things, & Everything In Between
P. Sari Dwihanday Sukoco, You,ve Done A Good Job, Taking Care Of Yourself Mentally & Physically
P. Sari Dwihanday Sukoco, You,ve Done A Good Job, Taking Care Of Yourself Mentally & Physically
Vera Novianti, Kita Tak Bisa Buat Semua Orang Sukai Kita Maka Jadi Diri Sendiri Saja
Vera Novianti, Kita Tak Bisa Buat Semua Orang Sukai Kita Maka Jadi Diri Sendiri Saja