Michelle Sukianto, Tidak Ada Kata Tidak Bisa!

Iniloh.com Jakarta- Michelle Sukianto, perempuan Jakarta yang akrab disapa Mich, memulai hidupnya dengan kemudahan.

Sebagai bungsu dari dua bersaudara, ia mengakui dirinya dimanja.

Dari kecil selalu diurusin, ga bisa apa-apa sendirian,” ujarnya jujur.

Pola pikir ini terbawa hingga masa muda. Di usia 20-an, beberapa usaha seperti hampers, flower box, dan kalung mutiara daur ulang sempat ia rintis, tapi selalu dalam bentuk kemitraan dan tak bertahan lama.

Saat itu, pandangannya masih sederhana: setelah menikah, ia akan menjadi ibu rumah tangga penuh.

Jadi semua kerjaan yang saya jalanin gak ada yang serius dan berkomitmen,” akunya tentang masa lalu di mana ia merasa labil dan berpikiran sempit.

Kehidupan yang ia bayangkan ternyata tak seindah kisah dongeng.

Pernikahan yang dijalaninya selama lima tahun berakhir dengan perpisahan pada Februari 2025.

Itu menjadi titik nadir dalam hidup Michelle. Terbiasa menerima uang bulanan dari suami dan hidup santai, ia tiba-tiba dihadapkan pada realitas pahit.

Dunia ini tidak seindah Disneyland atau drama Korea,” katanya dengan getir.

Proses perceraian membuatnya terpuruk, hidup sendiri, dipenuhi pikiran negatif dan ketakutan akan masa depan yang tak pasti.

Saat itulah ia sering izin tidak masuk dari pekerjaannya sebagai fashion stylist di sebuah konveksi (yang ia tekuni sejak September 2024 sekedar untuk mengisi waktu) karena tak henti menangis.

Di tengah kegelapan itu, secercah cahaya muncul dari kecintaannya pada seni dan segala hal yang estetik.

Michelle selalu dikenal sebagai pemberi hadiah yang sangat penuh pertimbangan (thoughtful).

Pada Mei 2025, ia memberikan hadiah ulang tahun berupa wall art buatannya sendiri kepada seorang teman baik. Reaksi temannya luar biasa.

Dia suka banget,  dan bilang kenapa ga coba jual ini aja.”

Kalimat sederhana itu menyulut api dalam diri Michelle.

Ia memutuskan untuk mencoba, tapi dengan tekad menciptakan sesuatu yang unik, berbeda, dan bernilai tinggi.

Alih-alih larut dalam kesedihan, Michelle memilih bertindak.

Ia berhenti dari pekerjaan styling-nya dan memfokuskan seluruh jiwa raganya pada proyek baru ini, yang kemudian dinamai Demoor.

Ia mengumpulkan tim dari teman-teman yang ia percaya, menuangkan ide-idenya di atas kertas, dan mulai berkolaborasi dengan vendor.

Jalan yang ditempuh jauh dari mulus. Rintangan datang, termasuk cemoohan dari masa lalu yang menyakitkan di tahun 2024 – ejekan bahwa ia “tidak bisa apa-apa”, “bodoh”, dan “kerja setengah-setengah”. Namun, justru hinaan itu menjadi tantangan terbesarnya.

Saya mau buktiin ke semua orang yang anggep saya kecil pada masa itu, saya bisa kok ngerjain semua nya sendiri,” tekadnya membaja.

Dengan semangat membara, Mich bekerja mati-matian.

Ia mengerjakan hampir semuanya sendiri, mulai dari konsep hingga berurusan dengan 15 vendor berbeda, sambil masih bergulat dengan proses perceraiannya yang berat.

Target waktu yang ia tetapkan, satu setengah bulan, dianggap gila oleh beberapa vendor.

Lu gila sih,” kata mereka.

Selama satu setengah bulan itu, air mata, kelelahan, dan drama dengan vendor menjadi santapan sehari-hari. Tapi Michelle pantang menyerah.

Hasilnya? Pameran perdananya sukses luar biasa. Dari 34 karya wall art yang dipajang, 32 terjual habis.

Lancar, sukses..” kenangnya penuh syukur dan haru.

Kini, Michelle Sukianto berdiri lebih kuat. Doa dan falsafah hidupnya sederhana namun mendalam: selalu bersyukur dan berterima kasih kepada Yang Maha Kuasa dan alam semesta, dalam keadaan apapun.

Ia yakin cobaan tidak melebihi kemampuan manusia, dan dari setiap jatuh-bangunlah pembelajaran sejati ditemukan.

Pesannya bagi semua:

“Tidak ada kata tidak bisa. Semua bisa kita lakukan asal ada niat mau usaha, berpikir, belajar lagi tidak mengenal umur.

Yang terpenting adalah harus komitmen dengan segala pekerjaan yang kita lakukan. Semua permasalahan pasti ada solusi, jadi jangan pernah menyerah selagi kita masih bisa bernafas.

Dan selalu bersyukur dengan keadaan seburuk apapun itu, karena itu yang membentuk kita menjadi lebih maju dan berkarya.”

 

 

Source image: Michelle

You May Also Like

Susanti Rahayuning Hastuti, Tiada Kata Terlambat Untuk Belajar dan Gapai Cita-cita Berani Mencoba Dulu
Susanti Rahayuning Hastuti, Tiada Kata Terlambat Untuk Belajar dan Gapai Cita-cita Berani Mencoba Dulu
Cahaya Khazanah Mawar, Ikutilah Kata Hati Jika Itu Positif Buat Semangat Bahagia Teruskanlah!
Cahaya Khazanah Mawar, Ikutilah Kata Hati Jika Itu Positif Buat Semangat Bahagia Teruskanlah!
Margareth Dian Natasha, Tiada Kata Menyerah Sebelum Melangkah Jauh!
Margareth Dian Natasha, Tiada Kata Menyerah Sebelum Melangkah Jauh!
Mamawi Dwi, Tak Ada Kata Terlambat Memulai Hal Baru
Mamawi Dwi, Tak Ada Kata Terlambat Memulai Hal Baru
Michelle Vania, Menangislah Jika Capek, Jenuh Tapi Lekas Berfikir, Bangkit dan Melangkah
Michelle Vania, Menangislah Jika Capek, Jenuh Tapi Lekas Berfikir, Bangkit dan Melangkah
Mpok Lely Syamsiar, Tak Ada Kata Terlambat Memulai Olahraga, Umur Hanyalah Angka, Teruslah Bergerak!
Mpok Lely Syamsiar, Tak Ada Kata Terlambat Memulai Olahraga, Umur Hanyalah Angka, Teruslah Bergerak!