Mimin Rusmiati, Keep Your Hands Busy!
Iniloh.com Jakarta- Mimin Rusmiati tumbuh di udara sejuk dan keheningan yang menenangkan di kaki Gunung Ciremai, Kuningan, Jawa Barat.
“Aku lahir di Kuningan, di suatu desa di kaki gunung ciremai. Udah pasti asri sejuk dan kota kecil yang ga begitu ramai,” kenangnya tentang masa kecil yang membentuk kemandiriannya sebagai anak pertama dari tiga bersaudara.
Tahun 2009 menjadi titik balik besar. Setelah lulus SMA, dengan semangat merantau dan bekal kemandirian sejak kecil.
Ia meraih beasiswa penuh dari BCA untuk program pendidikan calon karyawan.
Jakarta, dengan segala hiruk-pikuknya yang jauh berbeda dari ketenangan Kuningan, menjadi medan adaptasinya.
“Dari keluarga sederhana, dengan mendapat beasiswa tersebut benar benar bisa merubah jalan hidupku,” ujarnya penuh syukur.
Tak hanya membiayai pendidikannya, kemandiriannya bahkan memungkinkannya membantu ekonomi keluarga di kampung halaman, bukti nyata sifatnya yang penyayang keluarga.
Setelah selama lebih dari satu dekade di dunia perbankan, namun belakangan Mimin juga dikenal aktif di dunia fashion.
Awal mula perjalanan barunya ini berakar pada kisah hidup yang pahit namun penuh pembelajaran.
“Tahun 2024 adalah tahun ke-10 pernikahan,” ceritanya.
Namun, tahun yang seharusnya penuh perayaan itu justru menjadi tahun ia mengambil keputusan berat: berpisah.
“Bukan keputusan yang mudah apalagi sudah ada dua putri cantik berusia 9 dan 6 tahun kala itu,” akunya.
Pengkhianatan yang ia alami bukanlah hal yang bisa ditolerir. Tanpa berlarut dalam kesedihan, Mimin memilih fokus pada hal positif.
“Lebih baik aku ceritakan hal baik dibaliknya aja yuk,” katanya dengan tegar.
Dunia fashion dan aktivitas komunitas yang kini digelutinya muncul bagai pertolongan dari Allah.
“Alih alih fokus dan desperate dengan kondisiku, Allah berikan penawar lain,” ungkapnya.
Aktivitas baru ini menjadi saluran self-love yang vital.
“Cara aku meyakinkan diri bahwa aku layak dicintai, aku berharga sebagai wanita, aku tidak layak mendapat perlakuan yang merendahkanku.”
Di tengah perasaan rendah diri dan menyalahkan diri sendiri yang sempat menghampiri pasca perpisahan, komunitas dan aktivitas positif menjadi obat pemulih kepercayaan dirinya.
“Hobiku ini menjadi obat yang mengembalikan kepercayaan diriku.”
Kini, Mimin menjalani peran ganda yang menuntut presisi: Single mom dari dua putri, working mom dengan jam kantor 8-5, sekaligus wanita yang berusaha mencintai diri sendiri.
“Aku harus benar-benar bisa membagi waktu agar semua peran yang ada bisa aku jalani dengan baik,” tekadnya.
Menemukan keseimbangan antara tanggung jawab dan self-care adalah tantangan sekaligus komitmennya.
Harapan dan doanya untuk masa depan dilandasi keyakinan yang dalam. Ia mengutip,
“Kata Allah: ‘Aku sebagaimana prasangka hamba-Ku. Jika ia berprasangka baik, maka kebaikan yang akan ia dapatkan.’”
Filosofi prasangka baik (husnuzon) menjadi panduannya. Ia yakin Allah akan membukakan jalan kebaikan.
“Fokus utamanya adalah menjadi ibu yang bisa membersamai tumbuh kembang kedua putriku, membesarkan mereka dengan nilai-nilai baik, sehingga kelak mereka punya kehidupan yang jauh lebih baik dari ibunya.”
Doanya tulus:
“Semoga Allah menguatkan pundak ku, meringankan langkahku, mempertemukanku dengan orang-orang baik.”
Untuk para pembaca, khususnya perempuan yang mungkin sedang berjuang, Mimin Rusmiati punya pesan yang mendorong kita untuk maju:
“Keep your hands busy. Keep your head up. Girl, you owe yourself! Loving yourself, then moving forward with strength.”
Source image: mimin rusmiati

Penulis di iniloh.com. Misi kami membongkar informasi rumit jadi bacaan yang ringan dan berguna untukmu, dari yang kompleks jadi mudah, dari yang membingungkan jadi jelas.










