Myga Gida, Kebahagiaan Itu Bukan Sesuatu yang Ditemukan, Tapi Diciptakan
Iniloh.com Jakarta- Di antara pesona alam Bali yang memukau, Myga Gida tumbuh sebagai perempuan yang menjadikan kesederhanaan dan rasa syukur sebagai filosofi hidupnya.
Lahir dan besar di Pulau Dewata, ia tak hanya mewarisi keindahan alamnya, tetapi juga nilai-nilai keluarga harmonis yang menjadi fondasi cara pandangnya terhadap kehidupan.
“Bali mengajarkan saya untuk selalu menjaga keseimbangan antara bekerja, bersyukur, dan menikmati setiap detik yang diberikan Tuhan,” ujarnya dengan senyum yang merepresentasikan keceriaannya.
Sebagai perempuan asli Bali, Myga dibesarkan dalam lingkungan yang kental akan kebersamaan.
Keluarga harmonis dan tradisi gotong-royong menjadi bagian tak terpisahkan dari kesehariannya.
“Di sini, kami diajari untuk saling menghargai. Kebahagiaan sederhana seperti berkumpul dengan keluarga setelah bekerja, itu yang paling berharga,” tuturnya.
Kedekatannya dengan alam juga membentuknya menjadi pribadi yang mencintai aktivitas luar ruangan.
Dari trekking di perbukitan hingga menikmati sunset di pantai, ia menemukan kedamaian dalam setiap jengkal keindahan Bali.
Myga mengaku diri sebagai “karyawan swasta biasa” yang menjalani rutinitas kerja layaknya kebanyakan orang.
Namun, ia punya cara unik untuk menjaga keseimbangan hidup:
“Saya selalu menyisihkan waktu untuk aktivitas outdoor. Itu cara saya me-recharge energi.”
Di sela kesibukan kantor, ia sering menjelajahi spot-spot tersembunyi di Bali, mengabadikan momen lewat foto, atau sekadar duduk di tepi sawah sambil menikmati kopi.
“Bekerja itu perlu, tapi jangan sampai lupa bernapas. Alam selalu punya cara untuk mengingatkan kita tentang arti kebahagiaan sejati,” katanya.
Seperti kebanyakan pekerja, Myga tak luput dari tekanan deadline atau dinamika kantor. Tapi ia memilih tak berlama-lama berkubang dalam keluh kesah.
“Hidup ini cuma sekali. Daripada gelisah, lebih baik nikmati saja apa yang ada. Tertawa, bersyukur, dan jalani semuanya dengan ikhlas,” ucapnya.
Prinsip inilah yang membuatnya tetap stabil di tengah tuntutan pekerjaan.
“Kalau stres melanda, saya langsung refresh diri ke pantai atau berkebun. Healing ala Bali yang efektif,” tambahnya sambil tertawa.
Di balik kesederhanaan hidupnya, Myga punya harapan yang mendalam: kesehatan agar bisa terus menikmati momen bersama orang tercinta, rezeki yang lancar untuk memenuhi kebutuhan tanpa kehilangan rasa syukur, serta umur panjang yang penuh berkah.
“Saya juga berdoa suatu hari nanti bisa punya momongan. Tapi semua saya serahkan pada Yang Maha Kuasa,” ujarnya dengan bijak.
Kepada siapa pun yang membacanya, Myga berpesan:
“Jangan habiskan hidup hanya untuk gelisah. Kebahagiaan itu bukan sesuatu yang ditemukan, tapi diciptakan.”
Baginya, kebahagiaan bisa datang dari hal-hal kecil seperti mencium aroma tanah usai hujan, mendengar gelombang laut, atau sekadar ngobrol santai dengan keluarga.
“Kita sering lupa bahwa bahagia itu sederhana. Tak perlu mengejar yang jauh-jauh, lihatlah sekitar. Bali mengajari saya itu,” tandasnya.
Source image: myga
Penulis di iniloh.com. Misi kami membongkar informasi rumit jadi bacaan yang ringan dan berguna untukmu, dari yang kompleks jadi mudah, dari yang membingungkan jadi jelas.
