Naya Adisti Putrie, Keep Moving Forward No Matter What

Iniloh.com Jakarta- Naya Adisti Putri mungkin sudah ditakdirkan untuk berdiri di hadapan banyak orang.

Meski lahir di Surabaya, hidupnya justru dibentuk oleh denyut nadi Ibu Kota.

Sejak berusia satu tahun, Jakarta telah menjadi rumahnya, sebuah kota yang mengasahnya menjadi pribadi yang tangguh hingga kini di usianya yang ke-40-an.

Pondasi ketangguhan itu dibangun oleh seorang ibu yang luar biasa.

Di usia 14 tahun, orang tuanya bercerai, dan Naya memilih untuk ikut dengan sang mama, seorang arsitek yang juga memiliki usaha furniture.

Dibesarkan sebagai anak seorang single parent, Naya menyaksikan langsung perjuangan keras sang ibu untuk membesarkannya hingga akhirnya ia bisa menyandang gelar sarjana, sebuah pencapaian yang ia raih dengan penuh syukur.

Bakatnya sebagai pembawa acara (MC) seperti sudah mendarah daging. Sejak masa SMA, ia sudah menjadi pilihan utama untuk memandu acara pensi.

Tren ini berlanjut di bangku kuliah, di mana ia menjadi wajah tetap untuk berbagai event kampus.

Pengalaman pertamanya dibayar sebagai MC pun terjadi di kampusnya, berkat sebuah event yang mendapatkan sponsor cukup besar yang bahkan menghadirkan artis dan band papan atas pada masanya.

Setelah lulus, Naya sempat mencoba bekerja di bidang lain, namun jiwa seni pertunjukannya merasa tidak cocok.

Keputusan besar diambil setelah ia menikah; ia memutuskan resign dan fokus sepenuhnya pada dunia master of ceremony yang ia cintai.

Perjalanan karirnya tidak serta merta mulus. Diawali dengan fee yang mungkin hanya Rp 500.000 untuk acara seperti PRJ, Naya melewati semua proses dengan penuh semangat.

Ia harus berangkat ke lokasi dengan menaiki motor, seringkali harus dandan di tempat karena wajahnya sudah lepek oleh perjalanan.

Untuk acara luar kota, ia harus menyewa mobil atau nebeng dengan EO (Event Organizer).

Namun, semua kerepotan itu terbayar dengan melakukan hal yang ia sukai dan mendapatkan penghasilan darinya. Setelah hampir 20 tahun berkecimpung, perjuangan itu terbayar lunas.

Kehidupannya sempat hiatus hampir empat tahun ketika ia mengikuti suami yang bertugas ke Jepang. Ajaibnya, justru setelah pulang ke Indonesia, job yang ia dapatkan semakin bagus.

Menyadari bahwa industri event akan terus mengalami regenerasi, Naya tidak berhenti belajar.

Saat ini, ia sedang menempuh pendidikan S2 di bidang Ilmu Komunikasi dengan harapan dapat lulus tepat waktu.

Ia mempersiapkan masa depannya dengan membuka jalan baru, yakni mengajar public speaking dan self grooming.

Untuk keluarganya, ia berharap suaminya yang berprofesi sebagai dosen dapat mencapai cita-citanya menjadi Guru Besar, dan anak-anaknya mendapatkan pendidikan terbaik.

Harapan terbesarnya adalah seluruh keluarganya dapat menjadi pribadi yang bermanfaat bagi lingkungan sekitar.

Pesan hidup yang ingin ia bagikan kepada semua orang sederhana namun mendalam:

“Berdamai dengan diri sendiri, dan menikmati setiap prosesnya.”

 

 

Source image: naya

You May Also Like

Shifa Nur, Jangan Pernah Biarkan Rasa Takut Menghalangi Impian Kita
Shifa Nur, Jangan Pernah Biarkan Rasa Takut Menghalangi Impian Kita
Dewi Ariny Wulandari, SH. MK.n: Setiap Perbuatan Baik Kecil Apapun Tak Kan Sia-sia
Dewi Ariny Wulandari, SH. MK.n: Setiap Perbuatan Baik Kecil Apapun Tak Kan Sia-sia
Abillo, Ketika Kita Hilang Harapan Ingatlah Tuhan Telah Ciptakan Rencana Indah di Hidup Kita
Abillo, Ketika Kita Hilang Harapan Ingatlah Tuhan Telah Ciptakan Rencana Indah di Hidup Kita
Nanda, Para Ibu dan Beragam Peranannya Adalah Dunia yang Sangat Besar Bagi Anak-anaknya
Nanda, Para Ibu dan Beragam Peranannya Adalah Dunia yang Sangat Besar Bagi Anak-anaknya
Fetri Dwi Amlika Hamid, Buah dari Kebaikan Kan Kita Dapatkan dari Berbagai Situasi di Keseharian
Fetri Dwi Amlika Hamid, Buah dari Kebaikan Kan Kita Dapatkan dari Berbagai Situasi di Keseharian
Neni PS, Tak Harus Lebih Hebat dari Lainnya Cukup Lebih Baik dari Diri Kita Kemarin
Neni PS, Tak Harus Lebih Hebat dari Lainnya Cukup Lebih Baik dari Diri Kita Kemarin