Ni Ketut Putri Minangsari: “Carilah Panggilan Jiwa, Lalu Jalani dengan Cinta dan Totalitas”.

Iniloh.com Jakarta- Di antara gemuruh Jakarta, Ni Ketut Putri Minangsari bagai permata yang menjaga cahaya budaya Bali tetap berkilau.

Lahir di Padang, dibesarkan di Bandung dan Jakarta, serta tak pernah tinggal di Bali, ia justru menjadi penjaga teguh tradisi tari pulau dewata.

Baginya, menjadi “orang Bali” bukan sekadar garis keturunan, tapi komitmen seumur hidup untuk menghidupkan warisan leluhur melalui gerak, dedikasi, dan jiwa yang tak pernah lelah belajar.

Nama “Minangsari” yang melekat pada dirinya adalah jejak kisah kelahiran di Padang, pemberian sang ayah sebagai pengingat tempat lahir.

Tapi jiwa Bali dalam dirinya tak pernah redup.

Sejak kecil, orang tua selalu menanamkan: kita orang Bali, jangan lupa akar,” ujarnya.

Meski tumbuh di Bandung dan Jakarta, ia kerap diajak pulang ke Bali.

Kunjungan itu bukan sekadar liburan, melainkan “pengisian energi” spiritual.

Di sana, ia berguru pada para maestro tari, menyerap filosofi setiap gerakan, dan merajut ikatan batin dengan tanah leluhur.

Di Bali, saya merasa utuh.Seperti kembali ke sumber,” katanya.

Sejak usia 5 tahun, Putri telah akrab dengan dunia tari.

Orang tuanya mewajibkan ia dan saudaranya untuk menari sebagai cara menjaga identitas. Empat dekade kemudian, tari tetap menjadi napas hidupnya.

Menari adalah bahasa jiwa saya,” ucapnya. Pada 11 tahun lalu, ia memantapkan diri sebagai guru tari di sanggar Lestari AyuBulan, Jakarta.

Di sana, ia tak hanya mengajar gerakan, tapi juga menanamkan makna di balik setiap tarian.

Ketika murid yang saya latih dari nol akhirnya mahir menari atau, rasanya seperti melahirkan karya abadi,” tuturnya dengan mata berbinar.

Sebagai seniman dan pengajar, hari-harinya diwarnai dinamika unik.

Kebahagiaan terbesar datang saat ia berhasil mengenalkan tari Bali ke masyarakat Jakarta, bahkan ke penonton internasional.

Melihat murid-murid tumbuh jadi pelestari budaya, itu pencapaian terbesar,” ujarnya.

Namun, ada juga duka: sebagian murid kurang komitmen, atau acara pentas yang tak menghargai waktu penari karena menunggu tamu VIP.

Kadang kami sudah berdandan lengkap tapi  harus menunggu selama berjam-jam di belakang panggung. Tapi, demi seni, kami sabar,” keluhnya sambil tersenyum.

Putri khawatir melihat tren modernisasi yang menggerus kemurnian tari Bali.

Warisan nenek moyang ini sakral. Gerakan, kostum, dan musiknya tak boleh diubah sembarangan,” tegasnya.

Ia berharap generasi muda Bali, baik di kampung halaman maupun perantauan, mau belajar dengan hati.

Yang kita butuhkan bukan hanya penari handal, tapi juga pemelihara yang setia pada pakem,” tambahnya.

Baginya, setiap tarian adalah doa yang harus dijaga keasliannya.

Di tengah kesibukannya, Putri tak lupa berbagi filosofi hidup:

Carilah panggilan jiwa, lalu jalani dengan cinta dan totalitas.”

Baginya, menari dan mengajar adalah cara menghidupkan hidup, memberi makna bagi sesama dan melestarikan warisan semesta.

Kini, melalui Instagram @poetryreading, ia tak hanya membagikan karya tarinya, tapi juga puisi dan refleksi tentang seni sebagai medium spiritual.

 

Source image: Ni Ketut Putri Minangsari

You May Also Like

Anggun Pratiwi, Belajar Tak Berkompetisi dengan Orang Lain Tapi dengan Diri Kita di Masa Lalu
Anggun Pratiwi, Belajar Tak Berkompetisi dengan Orang Lain Tapi dengan Diri Kita di Masa Lalu
Fajwah Azizah, Jangan Minder dengan Proses yang Sedang Kita Jalani
Fajwah Azizah, Jangan Minder dengan Proses yang Sedang Kita Jalani
Tantri Lestari Meilani, Terus Jalani yang Kita Sukai Walau Banyak Cibiran
Tantri Lestari Meilani, Terus Jalani yang Kita Sukai Walau Banyak Cibiran
Junita Amanda, Jalani dengan Ikhlas Pekerjaan Atau Jalan yang Sedang Kita Tempuh
Junita Amanda, Jalani dengan Ikhlas Pekerjaan Atau Jalan yang Sedang Kita Tempuh
Septiani Cahya, Sebarkan Cinta dan Kebaikan Juga Hiduplah Tanpa Penyesalan
Septiani Cahya, Sebarkan Cinta dan Kebaikan Juga Hiduplah Tanpa Penyesalan
Fitria Ichsani, Menjaga Kesehatan Ialah Bentuk Rasa Cinta Kepada Orang yang Kita Sayangi
Fitria Ichsani, Menjaga Kesehatan Ialah Bentuk Rasa Cinta Kepada Orang yang Kita Sayangi