Nur Risma Khafifah, Hidup Adalah Perjalanan Tanpa Akhir.

Iniloh.com Jakarta- Lahir di Kota Hujan, Bogor, pada 7 September 2000, Nur Risma Khafifah tumbuh dalam keluarga sederhana yang dipenuhi kehangatan dan cinta.

Meski kedua orang tuanya hanya lulusan SMA, tekad mereka kuat: anak-anaknya harus menjadi sarjana dan sukses berkarir.

Harapan inilah yang menjadi kompas Risma, mendorongnya untuk meraih bangku kuliah.

Perjuangan itu membuahkan hasil ketika ia diterima di Universitas Siliwangi, Tasikmalaya, jurusan Pendidikan Fisika.

Dengan keberanian menggebu, gadis Bogor itu pun memulai babak baru: merantau ke kota orang.

Memasuki dunia kampus bukan berarti menghentikan langkahnya.

Sebelum berangkat ke Tasikmalaya, Risma sudah memanfaatkan waktu luangnya untuk bekerja freelance.

Ia pernah menjadi pegawai toko dan memanfaatkan akun Instagramnya yang saat itu telah mencapai 10 ribu followers untuk membuka jasa endorsement, katalog, dan paid promote. Di perantauan, semangatnya tak kendur.

Ia memberanikan diri terjun ke dunia modeling, khususnya sebagai model makeup pengantin.

Dengan inisiatif menawarkan diri ke berbagai MUA di Bogor dan Tasikmalaya, Alhamdulillah, tawaran job pun berdatangan.

Semua penghasilannya  dari toko, endorse, hingga modeling  ia kumpulkan dengan disiplin.

Uang itu menjadi tulang punggung biaya kuliah dan hidupnya sehari-hari di tanah rantau.

Suka nya aku bisa berkembang dan menghasilkan dari bakat yang aku miliki,” ujarnya.

Meski begitu, duka pun menyapa, seperti pandangan remeh dari sebagian orang karena followersnya yang dianggap belum banyak saat itu.

Perjuangan empat tahun itu akhirnya berbuah manis.

Tepat tahun 2022, Risma menyandang gelar S.Pd. Rasanya? Sebuah kebanggaan luar biasa.

Senang dan bangga pada diri sendiri bisa merantau di kota orang, hidup dan berkembang seorang diri membiayai diri sendiri hingga sarjana,” tuturnya.

Kebahagiaan itu memuncak mendengar ucapan sang ayah:

Alhamdulillah bersyukur senang punya anak pertama yang tidak neko-neko lulus tepat waktu. Bangga orangtua.

Kata-kata itu bagai membayar lunas segala lelah dan keringat selama empat tahun merantau sambil bekerja keras.

Setelah wisuda, Risma mencoba peruntungan sebagai guru les. Tak lama berselang, ia mendapat kesempatan bekerja sebagai staff di sebuah rumah sakit.

Inilah pintu masuknya ke dunia kerja formal. Namun, di usia 23 tahun dengan minim pengalaman perusahaan, ia menghadapi tantangan berat.

Aku sempat berada di titik terendah dan membuat kesalahan dalam hidupku,” akunya jujur.

Setelah 9 bulan, ia memutuskan tidak memperpanjang kontrak.

Masa menganggur sekitar dua bulan itu adalah fase terpuruk. Tapi Risma tak menyerah.

Ia mengisi waktu dengan memperbanyak ibadah, berusaha memperbaiki diri, dan giat berolahraga.

Kesabaran dan ketawakalannya diuji. Dan Allah, Maha Baik, membalasnya dengan rezeki yang luar biasa.

Impiannya untuk berkarir di perusahaan BUMN pun terwujud! Kini, Risma bekerja sebagai Sekretaris Pimpinan, sebuah posisi yang membanggakan.

Baginya, tahun 2024 terasa sangat berat, penuh liku-liku mencari jati diri dan menanggung masalah sendirian.

Namun, kesabaran dan penerimaannya atas takdir membuahkan hasil manis.

Ternyata Allah membayar rasa sabarku dengan posisiku sekarang,” ucapnya penuh syukur.

Pengalaman jatuh bangun mengajarkannya untuk tidak gegabah. Ia kini lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan. Fokusnya adalah menjadi pribadi yang lebih baik, membangun masa depan, dan membahagiakan diri sendiri, kedua orang tua, serta orang-orang terdekat.

MasyaAllah.. sekarang aku penuh dengan rasa syukur dan bahagia.”

Dari kisahnya yang penuh dinamika, Risma menyampaikan pesan bijak:

“Hidup adalah perjalanan belajar tanpa akhir.

Setiap langkah yang kita ambil baik ataupun buruk, setiap pengalaman yang bersifat kebahagiaan ataupun kesedihan, adalah pelajaran hidup.

Kita belajar dari kesalahan, tumbuh dari tantangan dan terus memahami makna hidup seiring waktu.

Tidak ada kata selesai untuk belajar, karena hidup selalu memberikan kita kesempatan untuk menjadi lebih baik.

Yang terpenting adalah terus melangkah, memperbaiki diri, dan menikmati setiap prosesnya.“

 

 

Source image: risma

You May Also Like

Nur Aqilah Hasmawi, Tetap Teguh Walaupun Teduh Jua Mencari Ketenangan Tak Seindah Cari Keindahan
Nur Aqilah Hasmawi, Tetap Teguh Walaupun Teduh Jua Mencari Ketenangan Tak Seindah Cari Keindahan
Shifa Nur, Jangan Pernah Biarkan Rasa Takut Menghalangi Impian Kita
Shifa Nur, Jangan Pernah Biarkan Rasa Takut Menghalangi Impian Kita
Aisyah Nur Rahmah, Kejar Mimpi Kita Nikmati Prosesnya Minta Restu Juga Libatkan Allah di Prosesnya
Aisyah Nur Rahmah, Kejar Mimpi Kita Nikmati Prosesnya Minta Restu Juga Libatkan Allah di Prosesnya
Septiani Cahya, Sebarkan Cinta dan Kebaikan Juga Hiduplah Tanpa Penyesalan
Septiani Cahya, Sebarkan Cinta dan Kebaikan Juga Hiduplah Tanpa Penyesalan
Vitri Kasih, Tatkala Kita Beri Sesuatu Tanpa Syarat Kan Kembali Pada Kita Tanpa Batas
Vitri Kasih, Tatkala Kita Beri Sesuatu Tanpa Syarat Kan Kembali Pada Kita Tanpa Batas
Jean Jenny, Kehidupan dengan Segala Naik Turun Adalah Bagian dari Perjalanan
Jean Jenny, Kehidupan dengan Segala Naik Turun Adalah Bagian dari Perjalanan