Olivia Haryanto, Stay Positive Everyone!

Iniloh.com Jakarta- Kehidupan Olivia Haryanto adalah bukti bahwa rumah bukanlah sekadar tempat, melainkan sebuah perasaan yang ditemukan dalam perjalanan.

Lahir di Bontang, Kalimantan Timur, dari orang tua asli Purwokerto yang merantau, Olivia sudah akrab dengan kata “pindah” sejak kecil.

Dalam enam tahun masa SD saja, ia berpindah sekolah hingga tujuh kali.

Satu hal yang bundaku suka ceritakan adalah cap tanda pindah di rapor sampai melebihi kolom yang disediakan,” kenangnya.

Pengalaman ini membentuknya menjadi pribadi yang mudah beradaptasi dan berkomunikasi dengan siapa pun, namun meninggalkan rasa bahwa semua rumah hanyalah sementara.

Aku gak pernah merasa punya ‘rumah untuk pulang‘,” akunya.

Jiwa petualangannya terus terbawa hingga dewasa. Latar belakang pendidikannya pun mengikuti alur hidup yang dinamis.

Ia tiga kali drop out dari tiga universitas berbeda (Sastra Jawa, Desain Mode, dan Hubungan Internasional) dan mencoba berbagai kursus, dari lukis hingga penulisan skenario.

Kayaknya emang aku gak bakat kuliah, deh,” selorohnya.

Rutinitas kampus tidak cocok untuknya; ia lebih suka menjalani project-project kreatif di luar dan bertemu orang-orang baru.

Ia sempat bekerja sebagai penulis naskah untuk iklan, tetapi jiwa seninya mencari wadah yang lebih personal.

Jalan hidupnya berbelok secara tak terduga. Sebagai seseorang yang telah bertato sejak 2012, Olivia tidak pernah bermimpi menjadi seniman tato.

Semuanya berawal dari iseng mencoba teknik handpoke pada kulitnya sendiri, lalu pada teman.

Keseriusannya dimulai ketika seorang teman yang berprofesi sebagai piercer menawarkannya untuk belajar secara profesional di sebuah studio di Depok.

Awalnya direncanakan sebagai side job, tatto justru menjadi panggilan jiwanya.

Eh ternyata aku nyebur terlalu dalam, tattoo is my life now,” ujarnya. Kini, ia telah menemukan ‘rumah’-nya sebagai seorang tattoo artist di Bali.

Passion-nya terhadap seni tato lahir dari kebahagiaannya yang unik: kemampuan untuk menerjemahkan imajinasi dan cerita klien menjadi sebuah mahakarya abadi di atas kulit.

Setiap hari ketemu orang yang berbeda, ngobrol selama sesi tato itu 11-12 sama curhat ke psikolog,” tuturnya.

Namun, sebagai perempuan dalam industri yang didominasi pria, ia kerap menghadapi pandangan rendah dan pelecehan.

Tantangan itu justru memacu semangatnya untuk membuktikan bahwa karyanya berbicara lebih keras daripada stereotip.

Di usia yang mulai dipenuhi tanggung jawab, harapan Olivia sederhana: semoga hidupnya mulai tertata.

Baginya, harapan, sekecil apa pun, adalah bahan bakar untuk terus melangkah. Untuk semua orang yang membacanya, pesannya jelas:

Kita selalu punya pilihan. Sedih boleh, tapi jangan berlarut. Ubah sudut pandang, dan jangan lupa bersyukur.”

 

 

Source image: Olivia

You May Also Like

Olivia Natasya, Dapat Menjalani Berbagai Peran dengan Penuh Dedikasi Kuncinya Komunikasi dan Support Keluarga
Olivia Natasya, Dapat Menjalani Berbagai Peran dengan Penuh Dedikasi Kuncinya Komunikasi dan Support Keluarga
Olivia Rahmawati, Kalau Belum Temukan Diri Sendiri Cobalah Satu Hal Apapun Itu
Olivia Rahmawati, Kalau Belum Temukan Diri Sendiri Cobalah Satu Hal Apapun Itu
DJ Ririn Olivia, Tak Lelah Berjuang dan Selalu Berprasangka Positif Kepada Tuhan
DJ Ririn Olivia, Tak Lelah Berjuang dan Selalu Berprasangka Positif Kepada Tuhan
Vincesia Kristiana Apritta, ‘Bahagia Dimulai dari Diri Kita dan Akan Menular Ke Sekitar, Tetaplah Positive Vibes
Vincesia Kristiana Apritta, ‘Bahagia Dimulai dari Diri Kita dan Akan Menular Ke Sekitar, Tetaplah Positive Vibes
Olivia Wu, Eksplorasi di Dunia Make Up Seru dan Menantang
Olivia Wu, Eksplorasi di Dunia Make Up Seru dan Menantang
dr. Merry Amdika, M. Kes: Everything Takes Time. Bees Have to Move Very Fast to Stay Still
dr. Merry Amdika, M. Kes: Everything Takes Time. Bees Have to Move Very Fast to Stay Still