Pemikiran Mahatma Gandhi & Kesederhanaan Menjadi Kemuliaan Kemanusiaan

Oleh:  Ida Rsi Putra Manuaba

Hanya berusaha bereksperimen dalam hidup ini, mengikuti jejak Sang Mahatma……

Pemikiran Mahatma Gandhi

Nosel Bali- Pemikiran Mahatma Gandhi banyak dipengaruhi oleh lingkungan masa kecilnya yakni orang tuanya, desanya dan masyarakat sekitar. Lebih-lebih suasana religius Hinduisme yang menjiwai setiap orang India. Selama perjuanganya di Afrika Selatan, Gandhi mengembangkan lebih dalam keyakinan spiritualnya.

Pemikiran Mahatma Gandhi sebenarnya tidak begitu kompleks,  justru sebaliknya, Gandhi dengan tegas memilih kesederhanaan, tidak hanya dalam menjelaskan ajarannya tetapi juga dalam praktek hidup. Hal itu nampak pada konsepnya tentang Tuhan, alam dan kehidupan dunia.

Konsep pemikiran Gandhi bersumber pada tradisi pemikiran India pada umumnya dan Hindu pada khususnya. Tradisi pemikiran India antara lain mempunyai kecenderungan yang bersifat spiritual, menempatkan intuisi sebagai sarana untuk memperoleh kebenaran, bersifat monistis; selalu mempertimbangkan hal-hal yang bersifat tradisional dan bersedia menerima komentar-komentar dari para pemikir.

Pemikiran tersebut mengacu pada coraknya yang bersifat kerohaniahan dan kesediaannya mengadakan adaptasi terhadap aliran-aliran pemikiran yang lain.

Pemikiran Mahatma Gandhi bertumpu pada pemikiran India dan ditumbuh kembangkan oleh pemikiran yang lain yang ia ketahui  sejauh hal itu tidak bertentangan dengan Hinduisme.

Adapun konsep-konsep pemikirannya secara garis besar dapat dikemukakan sebagai berikut :

Tuhan, sebagaimana yang ia yakini adalah kebenaran dan kasih. Tuhan adalah etika dan moralitas. Tuhan merupakan wujud universal yang meliputi segala sesuatu, dan manusia merupakan bagian terkecil.

Konsep mengenai Tuhan sebagai realitas tidak dapat dipisahkan dari pemahaman Gandhi mengenai kebenaran.  Gandhi meyakini bahwa eksistensi kebenaran/Tuhan tidak bisa dibuktikan, tetapi hanya bisa dihayati.  Ia mengungkapkan bahwa sifat dan wujud Tuhan bukan personal dan mempribadi, melainkan impersonal dan hanya bisa ditangkap melalui keyakinan dan melalui pemahaman.

Dia menulis  “Di sini ada kekuatan misterius yang tidak bisa didefinisikan, tidak terbatas, dan meliputi segalanya. Saya merasakannya, meskipun tidak melihatnya”. Bukti lahiriah tentang Tuhan tidaklah perlu, karena kita pasti gagal merasakannya melalui indera kita.

“ Musik ilahi tanpa hentinya akan mengalun dalam diri kita, tetapi perasaan kita yang gaduh akan menelan bunyi musik yang halus itu, yang bunyinya tidak sama dan jauh lebih tinggi dari apa pun yang dapat kita rasakan atau dengar dengan indera kita”.

Tuhan/kebenaran tidak bisa dicerap oleh panca indera yang seringkali menipu kita tetapi hanya bisa dirasakan melalui jiwa yang merupakan perwujudan kesucian atau fitrah dalam diri.

Kehadiran Tuhan dapat dirasakan atau dilihat dari adanya realitas di hadapan kita, realitas alam yang teratur, sebagai contoh, bukanlah semata-mata keteraturan yang buta, sebab keteraturan itu mempunyai arah, hukum seperti itu dipahaminya sebagai Tuhan.

Jalan menemukan Tuhan yaitu dengan melihat dan bersatu dengan ciptaan-Nya. Inilah kebenaran yang dimaksud Gandhi, dan bersatu, berdamai, selaras dengan ciptaan itu disebut sebagai ahimsa.

Ahimsa tidak sebatas hanya pada keyakinan atau sikap saja, tetapi lebih merupakan suatu keseluruhan hidup yang ahimsa, yang meliputi pikiran, tindakan, dan ucapan. Ahimsa mencakup seluruh ciptaan, itu artinya bahwa orang harus berlaku secara ahimsa kepada siapa pun.

Ahimsa ditujukan kepada mereka yang mempunyai keteguhan jiwa, bukan kepada mereka yang lemah dan suka kompromi. Hanya mereka yang mampu mengalahkan ketakutanlah yang sungguh-sungguh dapat memiliki ahimsa, sehingga benar-benar ia menjadi orang yang seluruh hidupnya hanya mau berpegang pada kebenaran atau Satyagraha.

Menjadi Satyagrahi atau orang yang cinta akan kebenaran seseorang diwajibkan untuk melakukan tindakan disiplin diri dan sikap pengabdian, karena penekanannya pada pencapaian ketinggian moral. Untuk itu perlu melatih dan terus menerus dalam disiplin, kesadaran diri dan kebersihan lahir dan batin (Brahmacharya).

Sementara mengenai kebenaran dunia atau alam, adalah suatu ciptaan Tuhan yang digunakan sebagai lahan bagi manusia untuk mewujudkan dirinya dengan bimbingan  moral. Gandhi beranggapan bahwa manusia hidup dalam arti yang sebenar-benarnya apabila bersatu dengan alam, karena hakikat manusia akan selalu berhubungan dengan alam atau dunia.

Menurut keyakinannya hidup di dunia merupakan jembatan bagi kehidupan yang abadi, sejauah hal itu dimengerti secara sadar.

Mengenai manusia, Gandhi berpendapat bahwa pada hakikatnya manusia terdiri dari jasmani dan rohani. Manusia juga mempunyai kesadaran, rasio, kehendak, emosi dan rasa keindahan.

Dengan kesadaran manusia dapat mengambil jarak dengan lingkungannya. Sementara rasio menyebabkan manusia sanggup bertanya dan menjawab terhadap kesadarannya.

Selanjutnya dengan kehendak dapat direalisasikan apa yang menjadi pemikirannya. Dengan emosinya manusia dapat mengetahui suasana hati dan mengetahui hubungan antar sesama.

Akhirnya dengan keindahan manusia dapat menghargai produk budaya bangsa bagaimana corak dan bentuknya.

***      ***      ***

Mahatma Gandhi Perjuangan dan Pemikiran

“Apabila kekerasan dibalas dengan kekerasan hanya akan melahirkan kebencian dan juga melahirkan bibit-bibit permusuhan baru.”  Gandhi mengajarkan kita pada pentingnya memperjuangkan sesuatu berdasarkan kebenaran (satyagraha). Lebih lanjut, perjuangan itu juga harus berada di jalan yang benar dan bermoral.

Gandhi telah mulai merintis perjuangannya sejak di berada di Afrika Selatan. Pada tahun 1893 dimana dia melihat adanya perlakuan diskriminasi yang dilakukan oleh pemerintah setempat terhadap masyarakat India, serta masyarakat kulit hitam di sana untuk melakukan tindakan non-kooperasi terhadap pemerintah / penguasa Afrika Selatan.

Gandhi menemukan penindasan tidak hanya pada mereka yang membangkang, namun juga pada yang luka-luka dan meregang nyawa. Dalam catatan hariannya, Gandhi menulis, “Saat itu tak ada orang Eropa yang bersedia membantu membalut luka mereka.”

Kami harus membersihkan luka-luka orang Zulu yang tidak dirawat setidaknya setelah lima atau enam hari yang lalu, karena itu luka-lukanya membusuk dan sangat menakutkan. Kami menyukai pekerjaan kami.

Situasi itu menjadi peletup kesadaran Gandhi bahwa kekerasan tak bisa diselesaikan dengan kekerasan. Bila mata dibalas dengan mata, semua manusia akan gelap mata. Kesadaran lain yang muncul saat itu adalah bahwa ia harus memberikan pelayanan terhadap semua manusia dengan segenap jiwa raganya.

Kesadaran ini diwujudkan dalam prinsip perjuangan: brahmacharya (mengendalikan hasrat seksual), satyagraha (kekuatan kebenaran dan cinta), swadeshi (memenuhi kebutuhan sendiri) dan ahimsa (tanpa kekerasan terhadap semua makhluk).

Setelah itu, Gandhi terus-menerus melakukan perlawanan kesewenang-wenangan dengan gerakan tanpa kekerasan. Misalnya, Gandhi menolak aturan diskriminatif dengan mogok makan, berjalan kaki bermil-mil, membuat garam sendiri ketika semua rakyat harus membeli garam dari pemerintah Inggris, dan sebagainya.

Bagi Gandhi, hasrat seksual merupakan sumber dari kejahatan dan cenderung mementingkan diri sendiri, yaitu nafsu, amarah, dan agresi. Hasrat seksual dapat ditaklukkan melalui penolakan terhadap adanya pamrih yang selalu mengikuti perbuatan, untuk itulah ia bertekad menjalani prinsip brahmacharya. Ketiadaan pamrih dapat dilakukan bila jiwa terikat pada prinsip Kebenaran Ilahiah.

Inilah prinsip satyagraha, yaitu kepercayaan bahwa jiwa dapat diselamatkan dari kejahatan dunia, dan juga dapat memberikan pertolongan, sejauh jiwa itu senantiasa berada dalam pencariannya terhadap Tuhan melalui kebenaran dan hanya kebenaran.

Swadeshi dapat diartikan dalam beberapa arti yang bermacam-macacm oleh kaum politik Indiaitu sendiri. Ada yang mengartikan sebagai suatu boikot tak mau membeli barang-barang buatan Inggris, yakni sebagi suatu taktik pejuangan menyerang.

Ada pula yang mngartikan sebagai hanya sebagai usaha positif memajukan kerajinan sendiri, pertukangan sendiri, industrialisme sendiri. Ada yang memandangnya sebagai suatau senjata politik, dan ada yang pula yang memandangnya sebagai suatu usaha ekonomi yang bersangkutan dengan politik sama sekali.

Sementara itu, ahimsa adalah kekuatan cinta, suatu penghormatan pada semua bentuk kehidupan. Ini adalah ajaran yang dimiliki semua agama, yaitu manusia memiliki kewajiban menghindari kejahatan dengan melakukan perbuatan-perbuatan baik di dunia.

 

You May Also Like

P. Sari Dwihanday Sukoco, You,ve Done A Good Job, Taking Care Of Yourself Mentally & Physically
P. Sari Dwihanday Sukoco, You,ve Done A Good Job, Taking Care Of Yourself Mentally & Physically
Vera Novianti, Kita Tak Bisa Buat Semua Orang Sukai Kita Maka Jadi Diri Sendiri Saja
Vera Novianti, Kita Tak Bisa Buat Semua Orang Sukai Kita Maka Jadi Diri Sendiri Saja
Nada Crusita, Pede Lakukan Apa yang Kita Mau dan Jangan Menunda-nunda
Nada Crusita, Pede Lakukan Apa yang Kita Mau dan Jangan Menunda-nunda
Dita Handayani, SH: Let The Beauty Of What You Love Be What You Do
Dita Handayani, SH: Let The Beauty Of What You Love Be What You Do
Mega Perdana Putra, Tiap Langkah yang Kita Ambil Sekecil Apapun Adalah Investasi Untuk Masa Depan
Mega Perdana Putra, Tiap Langkah yang Kita Ambil Sekecil Apapun Adalah Investasi Untuk Masa Depan
Shifa Nur, Jangan Pernah Biarkan Rasa Takut Menghalangi Impian Kita
Shifa Nur, Jangan Pernah Biarkan Rasa Takut Menghalangi Impian Kita