Penasehat Jokowi: Saya Ganjar, Capres Tak Boleh Mainkan Agama, Pasal Ayat Mayat, & Pelanggaran HAM Berat!

Oleh: Sidarto Danusubroto

Baju untuk Ganjar Pranowo ini didesain Pak Jokowi, anaknya Mas Gibran dukung Mas Ganjar, ada menantunya juga Mas Bobby dukung ke Ganjar. Semua keluarga dukung Ganjar, jadi sudah jelas, dan tak bisa dikotak-kotakkan lagi ya, di intrik-intrik tidak mendukung Ganjar. Dari fakta semua sudah jelas, kalau  persepsi diluar macam-macam.

Awal saya kenal dengan Pak Jokowi, saat itu saya di Dewan Kehormatan dan waktu memilih Pak Jokowi, beliau di posisi Gubernur DKI Jakarta. Tampilannya sederhana, modal tak banyak tapi sudah mendekati rakyat dengan gaya dan aktifitasnya.

Blusukan, dan saya ingat pernah saya undang tarawih di rumah saya, beliau datang jam sepuluh malam, disela blusukan ke lokasi ke empat, setelah tarawih lanjut blusukan  lagi dan selesai lebih dari pukul dua pagi. Itulah sosok seorang Jokowi pertama kali di mata saya.

Itulah tren dari beliau, yang sekarang banyak di tiru oleh para Walikota, Bupati Gubernur dll. Tapi terus terang, saya mau bilang bahwa dengan diklatar, saat saya SMP kelas tiga, saat dollar empat ribu itu kita belum siap dengan demokrasi barat. Yang kita punya sekarang ialah demokrasi NPWP. Nompo nomor piro wani piro!.

Belum demokrasi sepenuh hati. Di barat ya karena Republik. Obama jadi presiden, dari kulit hitam ya bisa. Sulit kita main  menjadi kepala daerah, kita harus jadi itu biayai publik ya. Untuk kepala daerah belum siap dipilih oleh rakyat, karena NPWP tadi, kalau Presiden dan wakil rakyat sudah siap.

Saya tanya calon Gubernur Bupati itu jadi habis ratusan milyar, akibatnya setelah jadi ya dia berikan proyek kepada bohir, jadi kualitas dari bangunan, sekolah, jalan dll ya jadi rendah sekali, karena banyak penyimpangan.

Saya bangga sekolah di SMP 1 Yogyakarta, SMA Kotabaru Yogyakarta yang sekolahnya menjadi national heritage. Terus terang, Gedung-gedung bangunan yang dibangun sekarang ini 20 tahun sudah ambruk. Banyak anak-anak sekolah di tenda.

Saran saya Kepala daerah dipilih saja dari tiga pemenang pemilu secara cepat. Yang milih Presiden dan vertical. Kita sebagai rakyat disuruh terima, ada serangan fajar sejenisnya itu tidak baik. Ya karena kapita rendah kan. Era reformasi awal kita sudah baik ya, bangkit dari diktator.

Kita betul-betul proporsional tertutup. Partai itu harus memilih calon terbaik di daerah ya, setelah terbuka jor-joran uang jadinya. Ini pendidikan rakyat yang tidak baik.UU pemilihan harus tertutup, karena ini tidak bisa, yan anti jor-joran uang lagi.

Lalu melihat di beberapa kandidat, ketiga nama yang sudah beredar ini dengan condong ke sembilan partai mendukung ketiga calon ini, prediksi saya pertama rakyat harus jas merah, belajar dari sejarah ya. Tiap calon kan punya Sejarah, rekam jejak ya, terutama yang milenial sebagai majority nanti. Siapa seorang Prabowo, siapa seorang Ganjar, dan Anis itu. Kita jangan salah pilih Presiden untuk negara yang beragam ini ya.

Tokoh yang benar-benar harus bisa protect untuk keberagaman dan kebhinekaan ini. Jangan memainkan pasal ayat mayat, tak boleh. Seorang Sukarno melahirkan Pancasila berkat sebuah keberagaman.

Saya jadi ingat pada masa Jokowi, kita dikeroyok banyak partai. Kita bisa jadi pemenang, jadi rakyat mulai cerdas memilih mana yang baik. Dari Litbang Kompas terlihat Ganjar reborn, naik. Nanti setelah Oktober diumumkan cawapresnya saya kira lebih akan menguat lagi.

Untuk nyapres itu nebeng nama orang lain tidak boleh. Nebeng Presiden, kepemimpinan, sejarah dia bagaimana. Prabowo harus begitu. Anis dan Ganjar juga. Apa yang dilakukan, kinerjanya. Rakyat sudah bisa menilai itu.

Saya belajar dari Sukarno, mulai di HBS ITB dll, dia selalu konsisten, pro rakyat dan pejuang, Mana ada mahasiswa yang bisa mengeluarkan Indonesia Menggugat, Indonesia Merdeka. Pemerintah Hindia Belanda saya gugat! Mana ada. Ia seorang pejuang. Tapi sayang, pada akhir masa hidupnya, dipenjara oleh bangsanya sendiri. Saya bilang, bahwa sejarah bangsa Indonesia ini adalah sejarah karma politik.

Seorang Sukarno dianiaya di akhir hidupnya, kemudian anaknya menjadi Presiden. Cucunya menjadi Ketua DPR RI. Kader terbaik dua periode menjadi Presiden, saya yang bukan siapa-siapa menjadi Dewan Pertimbangan Presiden sampai sekarang. Belum pernah pensiun. Ini semua berkah dari seorang Sukarno. Megawati tak punya modal bisa buat partai terbesar, coba anak-anak Suharto yang punya uang banyak, bisa buat partai tidak?

Jadi legacy pembangunan Jokowi ya patut diteruskan, paling tepat ya Ganjar. Sosok nasionalis, pancasilais, tidak memainkan agama, pasal ayat mayat, masa lalu ada pelanggaran HAM berat. Rakyat harus tahu, kita harus pilih yang pancasilais, pro kebhinekaan, pro keberagaman ya. Mau bekerja untuk rakyat.

Ya memang tidak ada yang sempurna seseorang. Tapi Ganjar dilihat lebih minimal, lebih save. Saya salah satu deklarator Ganjarist ya, ingat ini. 1 Juni, dua tahun yang lalu, jadi jelas kan…

Selengkapnya di

 

source: Zulfan Lindan Unpacking Indonesia.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

You May Also Like

Jessica Adryana, Jika Hari Berat Kita Dulu Tiada Kita Tak Sekuat Saat Ini
Jessica Adryana, Jika Hari Berat Kita Dulu Tiada Kita Tak Sekuat Saat Ini
Fetsy Milachon, Kita Boleh Benci dengan Prosesnya Tapi Akan Bahagia dengan Hasilnya
Fetsy Milachon, Kita Boleh Benci dengan Prosesnya Tapi Akan Bahagia dengan Hasilnya
Afifa Ariyani: Jangan Pernah Berhenti Melangkah, Istirahat Boleh Tapi Jangan Berhenti
Afifa Ariyani: Jangan Pernah Berhenti Melangkah, Istirahat Boleh Tapi Jangan Berhenti
Martha, Kisah Percintaan Boleh Gagal Tapi Studi dan Karir Tak Boleh Gagal!
Martha, Kisah Percintaan Boleh Gagal Tapi Studi dan Karir Tak Boleh Gagal!
Citra Desinta, Jangan Pernah Menyerah Apa yang Dirasa Berat Sekarang
Citra Desinta, Jangan Pernah Menyerah Apa yang Dirasa Berat Sekarang
Heli Ciel, Berusaha Konsisten Dalam Hal Kebaikan Walau Itu Berat
Heli Ciel, Berusaha Konsisten Dalam Hal Kebaikan Walau Itu Berat