Priskilla Nahita, Don’t Take Life Seriously!
Iniloh.com Jakarta- Dari Jakarta yang keras, tumbuhlah kisah ketangguhan bernama Priskilla Nahita.
Akrab dipanggil Pika, ia dibesarkan oleh seorang pahlawan tunggal: Mamanya, guru SD yang berjuang sendirian setelah ditinggal Papa saat Pika masih kecil.
“Bisa dibilang serba kurang,” kenangnya dengan jujur.
Bukan hanya dirinya, adiknya pun harus dibiayai dari gaji guru yang pas-pasan.
Masa kecil Pika diwarnai oleh kerja keras sejak dini: menjual produk Sophie Martin dan Oriflame di era 2000-an (2007-2009),
“Bahkan jualan CD MP3 yang aku burning di warnet,” hanya untuk bisa membeli tas dan sepatu sekolah.
Ujian hidup memuncak di tahun 2014 ketika Mama menghadap Yang Maha Kuasa. Saat itulah beban sepenuhnya jatuh di pundaknya.
“Semua kebutuhan rumah aku yang tanggung,” termasuk tagihan yang membuatnya pernah puasa 2 minggu.
Kini, Pika berdiri tegap sebagai Sekretaris di sebuah kantor hukum di Jakarta Selatan.
Tanggung jawabnya padat: scheduling, handling meeting, arranging travel untuk atasan dan keluarganya, hingga finalisasi dokumen sidang para lawyer.
Dunia hukum yang serius dan bertekanan tinggi ini ia jalani dengan sebuah prinsip kunci: work-life balance.
“Aku kayak benar-benar memanfaatkan cuti aku sama weekend aku dengan baik,” tegasnya.
Ia bukan tipe yang menghamburkan uang, tapi sangat menghargai kebersamaan dan kebahagiaan sederhana.
Liburan tahunan wajib dengan teman-teman kuliah dan kegemarannya menonton konser bersama sahabat, adik, atau bahkan sendiri adalah ritual suci baginya.
“Yang penting aku happy,” prinsipnya yang tak tergoyahkan.
Konser bukan sekadar hiburan, tapi pengingat untuk bernapas di tengah hiruk-pikuk.
Suka duka profesi sekretaris hukum punya dinamika tersendiri. Sukanya ia rasakan dalam proses belajar:
“Walaupun bukan lawyer, aku jadi paham tentang hukum dari para atasan yang berpengalaman. ”
Bonus lainnya adalah jaringan luas: berinteraksi dengan klien dari level biasa hingga instansi pemerintah membuka wawasan dan koneksi.
Namun, dukanya juga nyata: jam kerja yang tak kenal ampun. “Bisa lagi libur tanggal merah ditelp hanya untuk disuruh masuk,” keluhnya.
Tekanannya pun tinggi, “harus selalu dituntut buru-buru ga peduli kamu lagi ngapain.”
Di dunia hukum, waktu seringkali adalah musuh, dan Pika berada di garda terdepan menghadapinya.
Melangkah ke depan, doa dan harapan Pika sangatlah pragmatis namun penuh syukur. Kesehatan untuk diri sendiri, keluarga, dan orang terdekat menjadi prioritas utama.
Logikanya sederhana: “Kalau kita sehat, cari duit juga jadi lancar, haha.”
Ia juga berharap rezeki lancar dan yang tak kalah penting: “Selalu didekatkan oleh orang-orang yang baik, tulus, dan suportif.“
Setelah melewati kesendirian dan perjuangan berat, kehadiran orang-orang positif adalah anugerah yang sangat ia hargai.
Pesan hidup Pika untuk pembaca adalah mantra kebijaksanaan yang lahir dari pengalaman getirnya:
“Don’t take life seriously! Life is short, unpredictable, and full of ups and downs.”
Source image: pika

Penulis di iniloh.com. Misi kami membongkar informasi rumit jadi bacaan yang ringan dan berguna untukmu, dari yang kompleks jadi mudah, dari yang membingungkan jadi jelas.










