Ramadini Felani, Kita Tidak Bisa Memilih Takdir, Tetapi Bisa Mengambil Sikap atas Takdir yang Dijalani
Iniloh.com Jakarta- Dari Bumi Sriwijaya yang gemilang, di tengah pesona sembilan batanghari Palembang, lahir seorang perempuan tangguh bernama Ramadini Felani pada 16 Mei 1987.
Palembang, kota indah di ujung selatan Sumatera itu, bukan sekadar tempat kelahiran, melainkan bagian dari identitas yang membentuknya.
Kini, perjalanan hidupnya mengukir kisah tentang ketangguhan, pengabdian, dan semangat yang tak kenal menyerah.
Ramadini, atau yang akrab disapa Dini, adalah seorang Ibu bagi tiga cahaya mata, sekaligus seorang single mom yang harus bangkit setelah ditinggal suami tercinta untuk selama-lamanya pada Mei 2022.
Duka yang mendalam itu menjadi titik balik, mengubah jalannya dan mengajarkannya arti kekuatan sejati.
Sebagai abdi negara, Dini telah mengabdikan hidupnya dalam seragam Polisi Wanita (Polwan) sejak tahun 2006.
Saat ini, ia bertugas di Direktorat Pembinaan Masyarakat (Binmas) Polda Sumatera Selatan.
Tugasnya jauh dari kesan garang; ia adalah ujung tombak yang lembut, mendatangi masyarakat langsung di tempat tinggal mereka.
“Tugas yang sangat mulia,” ujarnya dengan penuh keyakinan.
Ia melakukan penyuluhan, membina warga tentang pentingnya hukum, keamanan, dan ketertiban.
Lebih dari sekadar menyampaikan materi, Dini menjadi pendengar setia keluhan masyarakat, berusaha membantu menyelesaikan masalah yang mereka hadapi dengan hati seorang ibu dan dedikasi seorang penegak hukum.
Setiap interaksi adalah kesempatan emas baginya untuk memberikan manfaat nyata, menyentuh kehidupan warga satu per satu.
Di tengah kesibukannya sebagai polwan dan mengurus ketiga anaknya, Dini menemukan pelarian sekaligus penyembuh: lari.
Hobinya memasak tetap ada, tetapi lari hadir sebagai kekuatan baru tepat di puncak kesedihannya tahun 2022.
“Lari itu pelarian terbaik untuk mengobati kesedihan dan kekecewaan,” tuturnya.
Setiap langkah kakinya di aspal atau lintasan adalah proses melepaskan beban, merangkai kembali harapan yang sempat pecah.
Dan itu bukan sekadar fase. Hingga kini, ia konsisten berlari. Dalam ritme langkah dan tarikan napas, ia menemukan sesuatu yang ajaib:
“Dengan berlari saya merasakan energi dan semangat baru di dalam diri saya.”
Lari telah berubah dari pelarian menjadi sumber vitalitas, simbol perjalanannya dari duka menuju kekuatan baru.
Harapan dan doa Dini mengalir tulus dari pengalaman hidupnya yang penuh liku. Ia berharap dapat terus memberikan manfaat bagi masyarakat yang dilayaninya.
Ia bercita-cita menjadi ibu dan wanita yang kuat, panutan bagi anak-anaknya. Dan dalam kariernya di Kepolisian, ia berdoa untuk kesempatan meningkatkan jenjang ke posisi yang lebih tinggi, agar jangkauan manfaatnya bisa lebih luas. Kunci menjalani semuanya? Bersyukur.
“Jangan lupa bersyukur atas apa yang telah dimiliki,” pesannya.
“Bersyukur akan membantu meningkatkan semangat dan rasa bahagia.”
Di tengah segala tantangan sebagai single mom dan polwan, rasa syukur adalah kompasnya.
Filosofi hidup Dini terangkum dalam quotes pribadinya yang dalam dan menggugah:
“Kita tidak bisa memilih takdir, Tetapi kita bisa memilih bagaimana sikap kita atas takdir yang kita jalani.
Sejatinya hidup itu adalah syukur tanpa tapi dan sabar tanpa tepi. Semua pasti akan terlewati.”
Source image: dini

Penulis di iniloh.com. Misi kami membongkar informasi rumit jadi bacaan yang ringan dan berguna untukmu, dari yang kompleks jadi mudah, dari yang membingungkan jadi jelas.










