Rani Widya Putri: Hidup Bukanlah Perlombaan Mencari Pengakuan, Tulus Kuncinya!
Iniloh.com Jakarta- Rani Widya Putri adalah perempuan yang menyimpan kehangatan Surabaya dan cita rasa khas Sidoarjo dalam setiap langkah hidupnya.
Lahir di Kota Pahlawan dan besar di daerah yang terkenal dengan petis serta bandeng, Rani tumbuh dengan kenangan masa kecil yang lekat dengan aroma kuliner lokal.
“Saya seperti punya ikatan khusus dengan makanan kampung halaman. Setiap pulang, pasti buru-buru cari lontong balap atau bandeng presto,” candanya.
Meski kini merantau di Jakarta, jiwa Jawa Timurannya tetap hidup, mengingatkannya pada nilai-nilai kesederhanaan dan kegigihan yang diajarkan orang tua.
Rani dibesarkan oleh kedua orang tua yang sibuk bekerja. Ayah dan ibunya kerap dinas keluar kota atau pulau, meninggalkannya dalam asuhan eyang atau asisten rumah tangga.
Namun, kesibukan orang tua tak mengurangi kehadiran kasih sayang. “Mereka tak pernah mengekang, tapi selalu memberi arahan.Setiap pilihan saya dihargai, asal sudah dipikir matang,” ujarnya.
Didikan ini membentuk Rani menjadi pribadi mandiri yang percaya diri mengambil keputusan, termasuk saat memutuskan merantau ke Jakarta untuk mengembangkan karier.
Kini, ia bekerja di PT Pupuk Indonesia (Persero), salah satu holding BUMN strategis nasional. Di balik rutinitas kantor, Rani menemukan keseimbangan dengan menjadi solo traveler.
“Traveling itu self-healing. Saya suka menjelajahi tempat baru, merasakan energi berbeda,” tuturnya.
Namun, ada satu aktivitas yang jarang ia pamerkan di media sosial: keterlibatannya dalam kegiatan sosial.
“Membantu orang itu kepuasan batin yang tak bisa diungkapkan.Saya percaya, kebaikan tak perlu dipamerkan,” tambah perempuan yang akrab disapa Rani ini.
Bagi Rani, hidup bukanlah perlombaan mencari pengakuan. Ia meyakini bahwa setiap perbuatan baik akan kembali pada waktunya, meski tak selalu instan.
“Sering kali apa yang kita lakukan tak dihargai, bahkan dilupakan. Tapi selama niatnya tulus, itu cukup,” ujarnya.
Prinsip ini ia pegang teguh, baik saat membantu rekan kerja, berkontribusi di komunitas, atau sekadar mendengarkan curhatan teman.
“Hukum tebar tuai selalu berlaku. Mungkin balasannya bukan untuk kita, tapi untuk generasi berikut,” katanya.
Harapan Rani sederhana namun penuh makna: panjang umur, rezeki halal yang melimpah, dan kesempatan lebih luas untuk membantu sesama.
“Saya ingin bisa memberdayakan lebih banyak orang, terutama yang kurang beruntung,” ungkapnya.
Ia juga berharap masyarakat bisa saling menghargai perbedaan, menjauhi sikap saling menjatuhkan.
“Dunia ini sudah penuh dengan kesulitan. Mari isi dengan rasa hormat dan kasih sayang,” pesannya.
Rani kerap membagikan nasihat bijaknya:” Lakukan apa yang kamu mampu, tanpa memaksakan diri. Tak perlu berlebihan atau menjelaskan siapa dirimu. Biarkan karya dan sikapmu yang berbicara.”
Baginya, hidup adalah tentang menikmati proses, mengambil pelajaran dari setiap tantangan, dan tetap rendah hati.
“Syukuri apa pun yang terjadi. Kadang, hal kecil yang kita anggap remeh justru jadi berkah terbesar,” tambahnya.
Melalui Instagram @raniiwp, Rani sesekali membagikan momen perjalanannya, bukan untuk pamer, tapi sebagai inspirasi bahwa merantau dan berkarya bisa dijalani dengan tetap memegang identitas.
Dari Sidoarjo ke Jakarta, dari kantor BUMN ke pelosok destinasi wisata, ia membuktikan bahwa kesuksesan sejati terletak pada kemampuan memberi arti, bukan hanya mengejar gelar.
Rani Widya Putri adalah gambaran perempuan modern yang berjalan di dua dunia: profesional di sektor strategis negara, sekaligus manusia biasa yang meyakini bahwa ketulusan adalah kunci hidup bermakna.
Seperti petis Sidoarjo yang menyedapkan hidangan, ia hadir memberi rasa tanpa banyak bicara karena kebaikan sejati tak perlu dikumandangkan.
Source image: Rani

Penulis di iniloh.com. Misi kami membongkar informasi rumit jadi bacaan yang ringan dan berguna untukmu, dari yang kompleks jadi mudah, dari yang membingungkan jadi jelas.










