Ranis Nyadin Panjaitan, Apa yang Kita Tabur Itu yang Kita Tuai!

Iniloh.com Jakarta- Kehidupan perantauan seringkali digambarkan sebagai perjuangan seorang diri.

Namun, bagi Ranis Nyadin Panjaitan, justru dalam merantaulah ia menemukan makna sesungguhnya dari sebuah “kampung halaman”.

Asal Sumatera Utara, namun dibesarkan di Kalimantan, Ranis memiliki dua kutub hati yang saling melengkapi.

Saat ini, di tengah kesibukannya sebagai perawat di sebuah rumah sakit swasta di Jakarta, ia menyadari bahwa kampung bukan sekadar titik di peta.

Kampung adalah tempat untuk pulang,” ungkapnya, sebuah tempat di mana quality time dengan keluarga menjadi obat paling manjur untuk melepas rindu yang tertumpuk.

Di balik kehidupan profesionalnya sebagai seorang Ners, Ranis juga menikmati dunia traveling dan aktivitas di depan kamera.

Ini adalah sisi lain yang ia jaga, sebuah keseimbangan untuk tetap menjadi diri sendiri di luar seragam putihnya. Namun, jantung dari hidupnya tetap berdetak pada panggilan mulianya: merawat.

Layaknya profesi pelayanan lainnya, menjadi perawat tidak lepas dari suka dan duka. Ranis dengan bijak mengakui bahwa kuncinya adalah kesabaran.

Harus sabar, apalagi bila ada komplain pasien,” katanya.

Dalam menghadapi keluhan, ia memilih untuk merendahkan hati dan meminta maaf bukan sebagai pengakuan kesalahan, tetapi sebagai bentuk empati.

Namun, di balik tantangan itu, ada sukacita yang jauh lebih besar yang ia tuai.

Banyak juga yang kasih aku compliment & menganggap mereka keluarga sendiri,” tambahnya.

Kehangatan dan dukungan dari pasien serta keluarga mereka inilah yang menjadi pemulih energinya, sebuah pengingat bahwa usahanya berarti untuk memulihkan kesehatan dan harapan.

Harapan dan doanya untuk masa depan mencakup semua aspek kehidupan: keluarga, karir, ekonomi, kesehatan, dan sosial.

Sebuah doa yang seimbang, mencerminkan pribadi yang memahami bahwa kebahagiaan sejati adalah ketika semua elemen hidup berjalan harmonis.

Dari pengalamannya melayani, Ranis menyimpulkan sebuah filosofi hidup yang dalam dan abadi, yang ia bagikan sebagai pesan untuk kita semua:

“Apa yang kita tabur, itu yang kita tuai. Bila kita menabur kebaikan, kebaikan juga yang kita hasilkan.

Bila kita menabur kejahatan, kejahatan yang kita tuai. Mungkin semua tidak langsung saat itu, tapi one day akan ada waktuNya.”

Filosofi menabur dan menuai ini adalah prinsip yang ia buktikan setiap hari di ruang perawatan.

Setiap senyuman, setiap kata sabar, setiap sentuhan penuh perhatian yang ia berikan kepada pasien adalah benih-benih kebaikan.

Benih itu mungkin tidak tumbuh serta-merta. Terkadang, hari-hari terasa berat dan hasilnya tidak terlihat. Namun, Ranis percaya pada “waktuNya”.

 

 

Source image: ranis

You May Also Like

Mega Perdana Putra, Tiap Langkah yang Kita Ambil Sekecil Apapun Adalah Investasi Untuk Masa Depan
Mega Perdana Putra, Tiap Langkah yang Kita Ambil Sekecil Apapun Adalah Investasi Untuk Masa Depan
Shifa Nur, Jangan Pernah Biarkan Rasa Takut Menghalangi Impian Kita
Shifa Nur, Jangan Pernah Biarkan Rasa Takut Menghalangi Impian Kita
Dewi Ariny Wulandari, SH. MK.n: Setiap Perbuatan Baik Kecil Apapun Tak Kan Sia-sia
Dewi Ariny Wulandari, SH. MK.n: Setiap Perbuatan Baik Kecil Apapun Tak Kan Sia-sia
Abillo, Ketika Kita Hilang Harapan Ingatlah Tuhan Telah Ciptakan Rencana Indah di Hidup Kita
Abillo, Ketika Kita Hilang Harapan Ingatlah Tuhan Telah Ciptakan Rencana Indah di Hidup Kita
Nanda, Para Ibu dan Beragam Peranannya Adalah Dunia yang Sangat Besar Bagi Anak-anaknya
Nanda, Para Ibu dan Beragam Peranannya Adalah Dunia yang Sangat Besar Bagi Anak-anaknya
Fetri Dwi Amlika Hamid, Buah dari Kebaikan Kan Kita Dapatkan dari Berbagai Situasi di Keseharian
Fetri Dwi Amlika Hamid, Buah dari Kebaikan Kan Kita Dapatkan dari Berbagai Situasi di Keseharian