Rere Soraya, Kepuasan Terbesar Ketika Kita Bisa Jadi Bagian dari Solusi
Iniloh.com Jakarta- Rere Soraya tumbuh di lingkungan Jakarta Selatan yang kaya akan nilai-nilai pluralisme, berkat didikan orang tua yang harmonis antara kedisiplinan dan spiritualitas.
Ayahnya, sosok religius, dan ibunya yang tegas, membentuknya menjadi pribadi yang menghargai perbedaan.
“Orang tua saya mengajarkan untuk tidak membeda-bedakan siapa pun, terutama dalam membantu sesama. Itu tertanam kuat dalam diri saya,” kenang Rere.
Keluarga juga menanamkan cinta pada tradisi dan budaya, yang kelak menjadi dasar perjuangannya dalam melestarikan kearifan lokal.
Awalnya, Rere dikenal sebagai pengajar yoga yang aktif. Namun, kecintaannya pada masakan rumahan membawanya membuka Pre-Order (PO) makanan di waktu senggang.
“Saya mulai dari masak untuk teman-teman, lalu pesanan makin banyak. Akhirnya, saya memberanikan diri membuka restoran,” ujarnya.
Meski bisnis kuliner tak semudah ekspektasi, Rere tak menyerah.
“Ini proses belajar tiada henti. Dari manajemen bahan baku hingga menyusun menu, semua butuh ketelatenan,” tambahnya.
Namun, jiwa sosialnya tak bisa diam. Ia memutuskan untuk lebih fokus pada organisasi yang didirikannya, sebuah wadah yang bergerak di bidang pendidikan, pelestarian budaya, dan pemberdayaan perempuan serta anak.
“Saya ingin meningkatkan kualitas pola pikir perempuan dan membuka akses ekonomi untuk keluarga mereka. Anak-anak juga perlu didukung agar punya masa depan cerah,” tegasnya.
Perjalanan Rere dalam bisnis dan organisasi sosial tidaklah mulus.
“Dana operasional selalu jadi tantangan. Kami harus kreatif mencari sumber pendanaan, dari donasi hingga event amal,” ungkapnya.
Selain itu, menemukan SDM yang kompeten dan berkomitmen juga kerap menjadi kendala.
“Butuh waktu untuk membangun tim yang solid. Tidak semua orang punya kesabaran untuk kerja sosial,” ujarnya.
Meski demikian, kepuasan melihat dampak nyata dari kerja kerasnya menjadi penyemangat terbesar.
“Ketika anak-anak yang kami bina bisa sekolah lebih baik, atau perempuan mulai mandiri secara ekonomi, itu tak ternilai harganya,” katanya.
Di luar aktivitas bisnis dan sosial, Rere adalah tuan rumah yang hangat. Minimal dua kali sebulan, ia mengundang teman-teman ke rumahnya untuk menikmati hidangan buatannya.
“Saya suka melihat orang bahagia saat menyantap masakan saya. Ini cara saya bersyukur dan menjaga silaturahmi,” ucapnya sambil tersenyum.
Acara santai ini juga menjadi ruang diskusi informal tentang ide-ide baru untuk organisasinya.
Bagi Rere, berkontribusi untuk masyarakat tidak perlu menunggu memiliki status atau jabatan tinggi.
“Yang terpenting niat tulus dan keinginan untuk memberi manfaat. Saya percaya, setiap tindakan baik, sekecil apa pun akan berbuah pada waktunya,” tegasnya.
Ia menolak melakukan sesuatu hanya untuk pengakuan.
“Kepuasan terbesar adalah ketika kita bisa menjadi bagian dari solusi, tanpa perlu dipuji,” tambahnya.
Source image: Rere

Penulis di iniloh.com. Misi kami membongkar informasi rumit jadi bacaan yang ringan dan berguna untukmu, dari yang kompleks jadi mudah, dari yang membingungkan jadi jelas.










