Retha, Jangan Pernah Iri dan Banyak Bersyukur!

Iniloh.com Jakarta- Di tengah gemerlap dan kesibukan khas Ibu Kota, lahir dan besar sosok Retha.

Aku asli orang Jakarta. Nothing special, namanya ibu kota sudah biasa aja,” ujarnya polos ketika ditanya tentang kesan masa kecil.

Meski tak punya nostalgia romantis tentang kampung halaman yang sejuk atau keramahan warga yang khas.

Jakarta ternyata menjadi tempat awal perjalanan hidup seorang wanita yang kemudian menemukan kekuatan dan ketenangan di luar batas-batas kotanya.

Keluarga hangat penuh cinta mungkin menjadi fondasi yang tak terucap, membentuknya menjadi pribadi yang tangguh.

Karir profesional Retha diwarnai oleh langit biru. Selama 11 tahun, ia mengabdi sebagai pramugari Garuda Indonesia, melayani penumpang dengan senyuman khas awak kabin.

Namun, babak baru dimulai saat ia memilih pensiun dini.

Masa transisi ini ia isi bukan dengan berdiam diri, melainkan dengan menggebu menekuni dunia olahraga.

Dimulai dari gowes roadbike di masa pandemi yang sunyi, semangatnya terus mengalir.

Kini, dua aktivitas yang mengisi hari-harinya dengan tekun adalah berlari dan bermain padel.

Bagi Retha, olahraga bukan sekadar hobi, tapi sebuah bentuk penyembuhan jiwa.

Sepeda dan lari itu healing buat saya. Apalagi lari. Bisa mengalahkan diri sendiri,” ungkapnya.

Filosofinya jelas: olahraga baginya bukan arena untuk bersaing dengan orang lain, melainkan medan perang pribadi untuk melampaui batasan diri sendiri.

Jalan menuju ketekunan itu tentu tak selalu mulus.

Dunia olahraga yang digelutinya penuh dengan suka dan duka. Di jalanan aspal saat bersepeda, ia pernah mengalami jatuh yang cukup membuatnya trauma.

Namun, semangat pantang menyerahnya membawanya kembali ke atas sadel. Demikian pula dengan lari.

Cedera kerap menjadi tamu tak diundang, menguji kesabarannya. Tapi, kata “kapok” sepertinya tak ada dalam kamusnya.

Sukanya lari sekarang ya itu ikut race marathon di luar negeri. Bisa sekaligus jalan-jalan dan healing,” tuturnya, mata berbinar saat menceritakan pengalaman menjelajah kota-kota baru sambil menaklukkan jarak 42 kilometer.

Setiap garis finish yang ia seberangi adalah bukti kemenangan atas rasa malas dan ketakutan.

Memasuki babak hidup yang lebih matang, harapan Retha sederhana namun mendalam. Untuk keluarga, kesehatan adalah doa utama.

Ia juga menekankan pentingnya senantiasa bersyukur dan memohon dijauhkan dari sifat iri serta dengki terhadap orang lain.

Di ranah sosial, ia ingin bisa memberikan lebih banyak lagi saat sudah berkecukupan. Kebebasan finansial di masa tua menjadi target pentingnya, agar bisa menikmati hidup dengan tenang.

“Harus lebih banyak bersyukur. Banyak bersyukur, jangan pernah iri atau jealous dengan pencapaian orang lain.”

 

 

Source image: retha

You May Also Like

Shifa Nur, Jangan Pernah Biarkan Rasa Takut Menghalangi Impian Kita
Shifa Nur, Jangan Pernah Biarkan Rasa Takut Menghalangi Impian Kita
Dewi Ariny Wulandari, SH. MK.n: Setiap Perbuatan Baik Kecil Apapun Tak Kan Sia-sia
Dewi Ariny Wulandari, SH. MK.n: Setiap Perbuatan Baik Kecil Apapun Tak Kan Sia-sia
Abillo, Ketika Kita Hilang Harapan Ingatlah Tuhan Telah Ciptakan Rencana Indah di Hidup Kita
Abillo, Ketika Kita Hilang Harapan Ingatlah Tuhan Telah Ciptakan Rencana Indah di Hidup Kita
Nanda, Para Ibu dan Beragam Peranannya Adalah Dunia yang Sangat Besar Bagi Anak-anaknya
Nanda, Para Ibu dan Beragam Peranannya Adalah Dunia yang Sangat Besar Bagi Anak-anaknya
Fetri Dwi Amlika Hamid, Buah dari Kebaikan Kan Kita Dapatkan dari Berbagai Situasi di Keseharian
Fetri Dwi Amlika Hamid, Buah dari Kebaikan Kan Kita Dapatkan dari Berbagai Situasi di Keseharian
Neni PS, Tak Harus Lebih Hebat dari Lainnya Cukup Lebih Baik dari Diri Kita Kemarin
Neni PS, Tak Harus Lebih Hebat dari Lainnya Cukup Lebih Baik dari Diri Kita Kemarin