Revia Morizky, Sekecil Apapun Hasil dari Tanganmu, Itu Tetap Berharga!
Iniloh.com Jakarta- Dari daerah yang sejuk di Kabupaten Bandung Barat, lahirlah seorang pejuang sunyi dengan hati yang membara.
Revia Morizky tumbuh dalam kehangatan keluarga yang membentuknya menjadi pribadi yang unik: kuat sekaligus lembut dalam hatinya.
Lingkungan penuh cinta inilah yang menjadi fondasi kokoh bagi kehidupannya, mengajarkannya nilai-nilai ketulusan, kerja keras, dan rasa syukur dalam setiap jejak langkah.
Pelajaran hidup yang sederhana namun mendalam ini kelak menjadi bekalnya menghadapi dunia yang tak selalu bersahabat.
Di tengah kesunyian yang menyelimuti dunianya, Revia menemukan cara yang menggema untuk menyuarakan isi hatinya.
Kini, ia memusatkan seluruh energinya untuk merintis usaha kecil-kecilan di bidang kerajinan tangan dan lukisan.
Dalam setiap helai anyaman dan setiap goresan warna, ia menumpahkan seluruh perasaan dan mimpinya.
Karya-karyanya bukan sekadar produk untuk dijual, melainkan ekstensi dari jiwanya, sebuah bahasa universal yang berbicara lebih lantang daripada kata-kata.
Sebagai penyandang tuli, perjalanan berwirausaha ini tidaklah mudah.
Ada satu harapan yang sederhana namun mendalam dari Revia: bahwa setiap usaha yang dilakukannya dihargai dengan tulus, tanpa dipandang sebelah mata.
Ia ingin karyanya dinilai berdasarkan kualitas dan ketulusan yang dicurahkannya, bukan didiskon atau direndahkan karena kondisinya.
Dalam setiap lembar karya yang dihasilkan tangannya, terselip pesan tentang kemampuan, bukan keterbatasan.
Cita-cita Revia jelas dan tegas: ia ingin terus berjuang dan memperoleh penghasilan dari jerih payahnya sendiri.
Impian untuk bisa mandiri dengan caranya sendiri adalah motivasi terbesarnya.
Dalam dunia yang seringkali memandang rendah penyandang disabilitas, kemandirian ekonomi adalah bentuk pembuktian diri yang paling nyata.
Ia ingin menunjukkan bahwa keterbatasan fisik bukanlah halangan untuk berkontribusi dan mencipta nilai.
Kepada teman-teman tuli di luar sana, Revia menyampaikan pesan yang penuh kekuatan dan kehangatan.
“Teruslah berkarya dan percayalah pada kemampuan dirimu,” pesannya.
Ia memahami betul betapa mudahnya semangat itu runtuh oleh pandangan merendahkan orang lain, dan bagaimana sulitnya mencari pekerjaan akibat keterbatasan yang melekat.
Namun, ia berpesan untuk tidak pernah menyerah.
“Sekecil apa pun hasil dari tanganmu, itu tetap berharga karena lahir dari ketulusan dan kerja kerasmu sendiri.”
Kata-kata ini bagai oase di tengah gurun yang gersang. Revia mengajak kita semua untuk melihat nilai sejati dari sebuah karya bukan pada besar kecilnya, bukan pada kesempurnaannya, melainkan pada ketulusan dan kerja keras yang tercurah di dalamnya.
Setiap anyaman, setiap lukisan, setiap kerajinan tangan yang lahir dari tangan para penyandang tuli adalah bukti nyata dari ketangguhan manusia.
Source image: revia

Penulis di iniloh.com. Misi kami membongkar informasi rumit jadi bacaan yang ringan dan berguna untukmu, dari yang kompleks jadi mudah, dari yang membingungkan jadi jelas.










