Rima, Syukur Adalah Respon Pantas Atas Berkat yang Diterima
Iniloh.com Jakarta- Lahir dan besar di Kawangkoan, Manado, sebuah kota kecil yang dijuluki “Kota Kacang”, Rima tumbuh dalam lingkungan sederhana.
Orang tuanya memiliki toko kacang yang menjadi sumber penghidupan keluarga.
“Kami bukan keluarga serba ada, tapi orang tua selalu berusaha memenuhi segala kebutuhan,” ujarnya.
Nuansa kedai kacang, aroma sangrai, dan kehangatan komunitas kampung membentuknya menjadi pribadi yang gigih dan rendah hati.
Di balik kesederhanaan itu, ia menyimpan mimpi besar yang tak terduga: menjadi Makeup Artist (MUA) ternama.
Setelah lulus SMA, Rima bekerja di salah satu perusahaan BUMN di Manado.
Rutinitas kantor yang monoton ia selingi dengan menonton tutorial makeup di YouTube saat istirahat.
Awalnya hanya iseng, tapi lambat laun ia mulai mempraktikkan teknik rias pada diri sendiri.
“Teman-teman kantor sering minta dibantu dirias saat ada acara. Mereka percaya sama saya,” kenangnya.
Kepercayaan itu memantik keberaniannya untuk mengikuti kursus profesional di Evamon Makeup Artists.
Hasilnya? Ia meraih predikat Best Makeup pada ujian akhir! Prestasi ini membuka pintu pertamanya: mendapat job dari Evamon sendiri.
Di tengah karier kantoran yang stabil, Rima dihadapkan pada dilema. Evamon, tempat ia kursus, menawarkannya posisi sebagai MUA tetap.
“Senang dapat kesempatan, tapi harus memilih: bertahan di kantor atau terjun penuh ke dunia makeup,” ujarnya.
Dengan tekad bulat, ia memilih resign.
“Kerja kantoran, bangun pagi terasa berat. Jadi MUA harus siap subuh, tapi justru enjoy!” tuturnya sambil tertawa.
Keputusan itu ia buktikan dengan dedikasi tinggi, hingga kini namanya mulai dikenal di Manado.
Bergabung dengan Evamon Makeup Artists bukan sekadar langkah karier, melainkan proses pembelajaran tiada henti.
Sebagai tim MUA senior ternama di Manado, Evamon terkenal dengan standar kualitas tinggi.
“Setiap riasan kami selalu dikoreksi bagian yang kurang. Dari situ, skill terus naik level,” jelas Rima.
Disiplin dan kritik konstruktif itu ia anggap sebagai berkah: “Hasil akhir pasti lebih rapi, dan klien puas.”
Di balik kesuksesannya, Rima meyakini bahwa rasa syukur adalah kunci menerima kemurahan hidup.
“Jika kita tak bersyukur, kemurahan yang diberikan terasa tak adil. Sebab, syukur adalah respon pantas atas berkat yang diterima,” tegasnya.
Prinsip ini ia pegang sejak kecil, terutama melihat perjuangan orang tua mengelola toko kacang.
Baginya, setiap job makeup adalah anugerah yang harus dihargai, baik itu riasan pengantin sederhana atau event mewah.
Meski kini sibuk dengan dunia riasan modern, Rima tak melupakan akar budaya Manado.
Nuansa alam Kawangkoan yang hijau dan semangat komunitas kampung sering ia tuangkan dalam konsep makeup natural.
“Saya ingin tampilan klien tetap mencerminkan diri mereka, bukan sekadar ikut tren,” ucapnya.
Bagi dia, keindahan sejati berasal dari kepribadian yang autentik, seperti kacang sangrai yang tak perlu hiasan berlebihan untuk terasa nikmat.
Source image: rima

Penulis di iniloh.com. Misi kami membongkar informasi rumit jadi bacaan yang ringan dan berguna untukmu, dari yang kompleks jadi mudah, dari yang membingungkan jadi jelas.










