Rindy Rayani, Tetaplah Jadi Terang di Tengah Gulita!
Iniloh.com Jakarta- Lahir dan tumbuh di Medan, Rindy Rayani mengenal kotanya dengan segala paradoksnya.
“Warga Medan ramah dan saling peduli,” katanya menggambarkan kehangatan yang melekat pada identitas asli kota ini.
Namun di balik keramahan itu, ia tak menutup mata pada realitas kelam: “Kejahatan akhir-akhir ini semakin meningkat.”
Tawuran, begal, peredaran narkoba, sederet masalah yang menggerus citra kota tercintanya.
Kontras inilah yang justru memantik kesadarannya: Medan butuh lebih dari sekadar kritik; ia butuh cahaya penyeimbang.
Di tengah kegelisahannya, Rindy menemukan medan perjuangan yang sesuai namanya: dunia film dan teater.
“Saya lagi sibuk di bidang Film dan Teater,” ujarnya singkat namun penuh keyakinan.
Kesibukan ini bukan sekadar aktivitas, melainkan misi.
Kebanggaannya terletak pada dampak transformatif yang ia saksikan:
“Kegiatan seperti pembuatan film dan pementasan teater sangat berdampak positif pada anak muda yang ingin bertumbuh.”
Baginya, panggung dan layar adalah ruang penyelamatan, tempat generasi muda mengubah energi negatif menjadi kreasi bermakna.
Rindy melihat betapa dunia seni yang ia geluti berfungsi sebagai oase kreatif di tengah gersangnya peluang dan tantangan sosial.
“Di sini jadi wadah bagi anak muda untuk mengembangkan kreativitas, serta menyalurkan eksistensinya melalui seni dan budaya,” jelasnya.
Ia percaya, ketika anak muda diberi ruang berekspresi menulis naskah, berakting, menyutradarai, atau mengelola produksi.
Mereka tak hanya menemukan identitas, tapi juga kekuatan untuk melampaui lingkungan yang kerap membatasi.
Proses kreatif itu sendiri menjadi terapi sekaligus sekolah kehidupan.
Di balik dedikasinya pada seni pertunjukan, harapan Rindy terdengar universal: “Agar semua dipermudah oleh Allah Yang Maha Kuasa.”
Ia memohon kelancaran dalam segala aspek mulai dari keluarga, ekonomi, hingga perjuangan keseharian.
Namun doa ini bukan permintaan pasif; ia berpadu dengan kesadaran untuk tetap bergerak dan berbuat baik di tengah ketidakpastian.
Filosofi hidup Rindy terangkum dalam satu kalimat penuh kekuatan:
“Di manapun tempat kita tinggal, seburuk apapun di sana, tetaplah menjadi terang di tengah gulita.”
Ini lebih dari sekadar quote; ini adalah kompas yang menuntunnya.
Di Medan yang ia akui sedang “memburuk”, Rindy memilih menjadi pelita, bukan dengan mengeluh, tapi dengan menciptakan karya.
Setiap film yang ia produksi, setiap pementasan teater yang ia dukung, adalah nyala-nyala kecil yang ia tawarkan untuk menerangi jalan anak muda yang bingung.
Ia membuktikan bahwa seni bisa menjadi alat resistensi halus terhadap dekadensi moral.
Source image: Rindy

Penulis di iniloh.com. Misi kami membongkar informasi rumit jadi bacaan yang ringan dan berguna untukmu, dari yang kompleks jadi mudah, dari yang membingungkan jadi jelas.










