Rintha Bachder, Big Dreams are Scary but It Will Be Worth It!
Iniloh.com Jakarta- Dari keramaian Jakarta sebagai tempat kelahiran, kemudian dibesarkan oleh semangat dan kehangatan Makassar, Rintha Bachder membawa dalam dirinya resonansi dua kota yang dinamis.
Latar belakang geografis ini mungkin telah mengajarkannya tentang adaptasi dan kekuatan komunitas, terlihat dari apresiasinya terhadap teman-teman yang supportif, jaringan dukungan yang menjadi sandaran penting dalam perjalanannya.
Meski akarnya terentang dari barat ke timur Indonesia, Rintha kini menjalani ritme kehidupan yang menggabungkan tuntutan profesional dengan gairah pribadi yang mendalam.
Keseharian Rintha diisi dengan kesibukan tetap sebagai pekerja kantoran di bidang konsultan, sebuah dunia yang menuntut ketajaman analitis dan ketangguhan mental.
Namun, di tengah hiruk pikuk agenda rapat dan deadline, ia menemukan oasis ketenangan yang tak terduga: lari.
Bagi Rintha, lari bukan sekadar olahraga; ia adalah terapi, meditasi, dan jalan pulang menuju diri sendiri.
“Saya menyukai lari. Bagi saya setiap kali saya butuh kedamaian, saya lari,” ungkapnya dengan jernih.
Di setiap langkahnya, ia menemukan lebih dari sekadar keringat; ia menemukan kejernihan pikiran dan sebuah hubungan yang menyegarkan kembali dengan alam dan dirinya sendiri.
Lari menjadi ritual suci yang menyegarkan jiwa di sela-sela tuntutan dunia korporat.
Perjalanannya sebagai pelari, bagaimanapun, tidak selalu mulus diaspal oleh angin sepoi-sepoi.
“Suka duka banyak hal yang melatih mental,” akunya.
Tantangan terbesar seringkali datang dalam bentuk yang tak diinginkan: cedera. Saat-saat itu, kata Rintha,
“Benar-benar melatih kesabaran dan mempush diri untuk yakin dan percaya ke diri sendiri.”
Cedera menjadi ujian nyata terhadap mentalnya, memaksanya untuk berhenti sejenak, merenung, memulihkan diri, dan kemudian bangkit dengan keyakinan yang lebih kokoh bahwa tubuh dan tekadnya mampu melewati rintangan.
Proses ini mengajarkannya resiliensi dalam bentuknya yang paling konkret.
Di tengah perjuangan pribadinya, Rintha menyimpan kekaguman terhadap perjuangan orang lain.
“Sukanya tiap orang mempunyai achievement dan dreams masing-masing,” katanya, mengakui keunikan dan validitas setiap impian manusia.
Saat ini, sorot lampu mimpinya sendiri tertuju pada sebuah tujuan yang ambisius sekaligus personal:
“Pingin mengkelarkan WMM dengan tubuh sehat pikiran sehat tapi bisa nge-achieve target.”
WMM, atau World Marathon Majors, mewakili puncak prestasi dalam dunia lari maraton, enam balapan tersulit dan paling bergengsi di dunia.
Impian Rintha bukan hanya tentang menyelesaikannya, tetapi tentang mencapainya dalam kondisi prima, fisik yang kuat, pikiran yang jernih, dan mampu memenuhi target waktu yang ia tetapkan untuk dirinya sendiri.
Ini adalah mimpi yang memadukan kesehatan holistik dengan performa puncak.
Untuk mewujudkan mimpi besar ini, Rintha menyadari ia memerlukan lebih dari sekadar tekad dan latihan.
Harapan dan doanya mencerminkan pemahaman akan fondasi pendukung yang vital:
“Semoga keluarga dan keuangan dan terutama kesehatan bisa mensupport meraih mimpi untuk kelarin WMM, bisa travelling.”
Keluarga sebagai sumber dukungan emosional, keuangan sebagai sarana untuk membiayai perjalanan dan partisipasi dalam event-event mahal di berbagai belahan dunia.
Dan yang terpenting, kesehatan sebagai modal mutlak untuk bertahan dalam latihan ketat dan perlombaan berat.
Travelling menjadi bagian tak terpisahkan dari impian ini, bukan hanya sebagai hadiah, tetapi sebagai konsekuensi logis dari mengejar maraton-maraton dunia.
Filosofi hidup yang Rintha pegang teguh dan ia bagikan kepada dunia adalah sebuah mantra keberanian:
“Big dreams are scary but it will be worth it. Take the risk.”
Source image: rintha

Penulis di iniloh.com. Misi kami membongkar informasi rumit jadi bacaan yang ringan dan berguna untukmu, dari yang kompleks jadi mudah, dari yang membingungkan jadi jelas.










