Riyanti Manurung, Dengan Naik Gunung Belajar Jadi Rendah Hati

Iniloh.com Bandung- Riyanti Manurung lahir dari keluarga militer, yang cukup keras dan disiplin. Ia berasal dari Kota Medan Sumatera Utara dan besar di kota Pematang Siantar Sumatera Utara.

Besar di area TNI dan bahkan dulu sempat disuruh jadi TNI – AD tapi akhirnya tidak jadi karena ia lulus di Universitas Telkom, Bandung dan hingga saat ini bekerja dibidang IT.

Tinggal di area TNI dari SD sampe SMA cukup banyak sekali mengajarkanku kemandirian, tak boleh cengeng, harus TOV apalagi saya anak pertama dari empat bersaudara dan harus jadi contoh buat adik-adikku.

Keluarga kadang harmonis kadang ngga, mungkin lebih ke dingin ya sometimes. Jadi cukup beragam lah dirumah tapi so far semua baik.

Karirku sekarang sebagai IT Business Analyst full time kantoran. Banyak aktivitas olahraga lari karena bersyukur kantor kami sangat mendukung kegiatan olahraga sangat banyak dan ada lari dan juga adventure – mountenering.

Awal suka berlari sebenarnya dari SD sudah sering ikut lomba lari antar sekolah untuk kategori sprint (dulu pernah menang di PON), sering lari juga sampai SMA karena Papa saya sering menerima orang-orang  yang mau jadi TNI jadi kalau mereka latihan saya suka ikutan, tapi untuk mountenering ini berawal dari saya join open trip pertama kali ke Gunung Ciremai.

Setelah pulang saya merasa, “kok seru yah!” selama di gunung no signal dan saya merasakan “peace”, liat alam dan makin banyak bersukur karena lihat banyak ciptaan Tuhan yang keren!

Walaupun kaki badan capek tapi pikiran tuh sama sekali lupa sejenak sama rutinitas, lupa sama yang lagi di overthinking -in .Akhir nya jadi keterusan dan makin pengen nuntasin gunung-gunung lain.

Lari, ada feeling yang beda saat setiap kali selesai berlari, mungkin karena release endhorphin dan setiap kali berlari itu bahagia dan jadi teraphy diri sendiri, mood lebih enak, kerja juga lebih semangat sih. Tapi hal lain yang muncul saat “mulai serius di dunia lari” ternyata kemampuan kita gak terbatas.

Aku belum menjadi pelari cepat, tapi saat kita konsisten dan ngalamin perubahan itu senengnya luar biasa.

Di kantor pernah dipercaya untuk jadi Capten dalam acara Allianz World Run, dan mmg harus bisa kasih contoh dan konsistensi ke temen-temen kantor yang ikut berlari, dan saya bersyukur akan platform yang company global berikan, karena 100% meningkatkan kesehatan dan kepercayaan diri yang paling penting adalah kesehatan sih, karena kalau kita gak bisa tanggung jawab sama kesehatan sendiri, bagaimana kita bisa dikasih tanggungjawab lain.

Kemudian efek samping yang aku rasain  ketika mendaki gunung, belajar menjadi lebih “rendah hati”.

Gunung itu membuat saya harus lebih humble dan persist ketika masa sulit trek nya, capeknya, dan saya menemukan kekuatan untuk terus lanjut dan gak boleh stop lemah.

Ini juga sama kayak hidup, masalah, kesulitan, tuntutan itu akan selalu ada tapi aku belajar untuk be patient & persist sih, tak ada ada regret apapun, tapi ambil pelajarannya aja.

Setiap gunung itu trek nya beda-beda, kesulitannya beda-beda dan setiap kali pendakian digunung, aku belajar hal baru dan tantangan baru tanpa mikirin masalah dikepala ini, fokus yang didepan aku.

Harapan aku buat semua bidang sebenarnya cuma satu, “tetap bertahan dan kuat berdoa.” Karena apapun bidangnya, dimanapun kita ditempatkan, tantangannya tuh beda-beda. Sekalipun rasanya sudah dititik ketidakmampuan kita, tetap bertahanlah dan  berdoa karena memang cuma Tuhan yang bisa tolong kita buat kekuatan kita sendiri. That’s why kerasnya hidup aku dari kecil sampai sekarang membuat aku gak boleh berhenti dan kejar terus, harus mandiri dan sehat. karena sebenarnya masih banyak diluar sana yang jatuh, so pastikan itu bukan kita.

The mountains humbles me. It remains me to always be patient and persist when things get tough. On the mountain is where I found strength and the will to carry on. Like in life, there is no regret, only lesson to be learned. Be still and pray hard.

Tetap bertahan dan terus berdoa dikeadaan dunia yang lagi gak baik-baik saja bahkan keras banget.

Yuk belajar mengelola emosi dan mental kita, banyakin olahraga, ngumpul sama keluarga, yang paling penting kuatin iman kita, tebarkan positive vibes ke orang disekitar apalagi sosial media, karena kita gak pernah tahu dengan  share hal yang baik ada orang-orang yang sangat terberkati dan mereka juga menjadi kuat karena kita.

 

Source image: riyanti

You May Also Like

Anggun Pratiwi, Belajar Tak Berkompetisi dengan Orang Lain Tapi dengan Diri Kita di Masa Lalu
Anggun Pratiwi, Belajar Tak Berkompetisi dengan Orang Lain Tapi dengan Diri Kita di Masa Lalu
Susanti Rahayuning Hastuti, Tiada Kata Terlambat Untuk Belajar dan Gapai Cita-cita Berani Mencoba Dulu
Susanti Rahayuning Hastuti, Tiada Kata Terlambat Untuk Belajar dan Gapai Cita-cita Berani Mencoba Dulu
dr. Septi Listiyo: Jangan Pernah Menyerah, Setiap Tantangan Adalah Peluang untuk Belajar dan Berkembang
dr. Septi Listiyo: Jangan Pernah Menyerah, Setiap Tantangan Adalah Peluang untuk Belajar dan Berkembang
Jean Jenny, Kehidupan dengan Segala Naik Turun Adalah Bagian dari Perjalanan
Jean Jenny, Kehidupan dengan Segala Naik Turun Adalah Bagian dari Perjalanan
Winda Delisha Sinaga, Jangan Pernah Berhenti Belajar dan Asah Bakat yang Ada
Winda Delisha Sinaga, Jangan Pernah Berhenti Belajar dan Asah Bakat yang Ada
Amy Azza, Jangan Pernah Berhenti Belajar, Tanpa Ini Dunia Kita Menjadi Gelap
Amy Azza, Jangan Pernah Berhenti Belajar, Tanpa Ini Dunia Kita Menjadi Gelap