Ryani Tri Anggoro W, Bahagia itu Kita Sendiri yang Menciptakan
Iniloh.com Jakarta- Bagi Ryani Tri Anggoro W, atau disapa Roro, Kota Samarinda, Kalimantan Timur, bukan sekadar tempat tinggal baru sejak tahun 2021.
Kota ini telah menjadi tanah kelahiran kedua, tempat ia mengukir prestasi baru dan melanjutkan perjalanan hidup yang penuh dinamika.
Namun, akar semangatnya tertanam kuat di Kota Nganjuk, tempat ia menghirup udara pertama dan memulai petualangan olahraganya yang mengagumkan.
Sejak dini, jiwa kompetitif Roro sudah terlihat. Di bangku kelas 3 SD, ia sudah terjun ke dunia renang, mengarungi kolam dengan tekad awal seorang atlet.
Tak berhenti di situ, saat menginjak kelas 3 SMP, Roro memilih tantangan yang lebih berat, secara harfiah dengan beralih ke cabang olahraga angkat berat.
Masa kecilnya ia kenang sebagai masa yang sangat happy, didukung penuh oleh keluarga yang utuh dan selalu menjadi penyemangat terdepan.
“Mereka berada di depanku ketika aku menang dan kalah dalam suatu perlombaan,” kenangnya dengan penuh syukur, fondasi dukungan inilah yang membentuk ketangguhannya.
Kini, kesibukan Roro mengalir di dua arus yang berbeda namun sama-sama membutuhkan keteguhan hati.
Di satu sisi, ia mendedikasikan waktu untuk membantu mereka yang membutuhkan bantuan hukum, sebuah panggilan hati yang dijalaninya dengan bergabung di sebuah kantor hukum (lawfirm).
Di sisi lain, darah olahragawan tak pernah berhenti mengalir.
“Kalo tidak ada agenda di kantor, aku alihkan ke olahraga,” ujarnya bersemangat.
Jadwalnya diisi dengan berbagai aktivitas: lari (run), nge-gym, berenang, atau menjelajah alam sebagai seorang backpacker sejati.
Olahraga bukan sekadar hobi, tapi bagian integral dari identitasnya yang telah terbentuk sejak kecil.
Cinta Roro pada dunia olahraga memiliki dimensi yang dalam.
Ada suka yang membara: euforia saat memenangkan kejuaraan, meraih medali, dan tentu saja, bonus finansial yang menyertainya.
Ini adalah buah manis dari kerja keras dan dedikasi.
Namun, dunia kompetisi juga menyimpan duka yang pahit. Roro merasakan betapa cepatnya sorot perhatian memudar:
“Ketika kita kalah, mata mereka bukan di kita lagi melainkan ke orang lain, kita sudah tidak dipandang lagi.”
Ditambah lagi, momok cedera yang selalu mengintai, menjadi pengingat betapa rapuhnya tubuh atlet di puncak usaha.
“Bad banget hihi,” ucapnya mencoba menertawakan tantangan yang pernah dihadapi, meski tentu rasanya tak pernah ringan.
Melalui semua lika-liku itu, Roro memandang ke depan dengan harapan yang jelas dan tulus.
Ia berdoa untuk kesehatan dan umur panjang, pondasi dasar untuk meraih segala cita-cita.
Kesuksesan dalam karier hukum dan kemapanan finansial menjadi targetnya, bukan untuk kemewahan semata, tetapi demi satu tujuan mulia:
“Supaya aku bisa melihat keluargaku bahagia, bangga punya anak seperti aku.“
Lebih jauh, kemampuannya ingin menjadi jembatan kebaikan: “Aku selalu bisa bantu orang terdekatku maupun orang lain yang butuh bantuan dari aku.”
Filosofi hidupnya sederhana namun penuh makna:
“Bahagia itu kita sendiri yang menciptakan.
Tidak perlu megah cukup dengan hati yang ramah. Jangan lupa beribadah karena itu sumber berkah.”
Source image: roro

Penulis di iniloh.com. Misi kami membongkar informasi rumit jadi bacaan yang ringan dan berguna untukmu, dari yang kompleks jadi mudah, dari yang membingungkan jadi jelas.










