Sahra Isnidilla, Jangan Takut Katakan “Tidak” Jika Sesuatu Bertentangan dengan Nilai Diri
Iniloh.com Jakarta- Bogor, kota hujan yang dikenal dengan udaranya yang sejuk dan keramahan warganya, menjadi tempat kelahiran Sahra Isnidilla.
Perempuan yang lebih akrab disapa Ara ini tumbuh dalam keluarga penuh kehangatan, meski harus belajar berdamai dengan kepergian sang ayah pada 2021.
“Kehilangan ayah mengajarkanku untuk lebih kuat, tapi juga lebih menghargai setiap momen bersama orang tersayang,” ujarnya.
Di tahun 2023, Ara memulai babak baru sebagai seorang istri, menikah dengan pria yang ia sebut “sahabat sekaligus pendamping terbaik”.
Sejak terjun ke industri hospitality, Ara menemukan passion-nya dalam melayani orang lain.
“Setiap hari, saya bertemu tamu dari berbagai latar belakang. Ini seperti sekolah kehidupan yang mengasah kemampuan membaca emosi dan beradaptasi,” paparnya.
Bagi Ara, kesuksesan di dunia ini tak hanya diukur dari kepuasan tamu, tapi juga bagaimana ia tumbuh sebagai pribadi.
Tak heran, pekerjaannya kerap membawanya menjelajahi berbagai sudut Indonesia bersama suami.
“Kami suka mencari inspirasi dari penginapan-unik atau restoran lokal. Selain refreshing, ini juga cara kami memahami ekspektasi tamu dari sudut pandang berbeda,” tuturnya.
Dari Bali hingga Labuan Bajo, setiap perjalanan menjadi bahan refleksi untuk meningkatkan kualitas layanannya.
Meski terlihat glamor, dunia hospitality menyimpan tantangan kompleks. Ara mengaku, time management adalah kunci.
“Harus pandai membagi waktu antara koordinasi tim, memastikan fasilitas prima, dan tetap ramah ke tamu,” jelasnya.
Namun, ujian terberat justru datang dari tamu yang kurang sopan.
“Prinsip ‘tamu adalah raja’ tetap berlaku, tapi kita juga harus tegas menjaga batas.
Misalnya, saat ada tamu yang kasar, saya tarik napas dalam, lalu respons dengan tetap elegan,” ujarnya.
Baginya, kemampuan mengontrol emosi dan berpikir solutif adalah soft skill terpenting.
“Saya sering latihan role-play dengan tim untuk antisipasi skenario terburuk. Ini membantu kami tetap tenang saat situasi memanas,” tambahnya.
Di tengah kesibukan, Ara menyisihkan waktu minimal tiga kali seminggu untuk yoga dan pilates.
“Ini bukan sekadar olahraga, tapi ritual merawat mental. Saat stretching, saya belajar melepas tekanan dan fokus pada pernapasan,” ungkapnya.
Ia meyakini, keseimbangan fisik dan emosional adalah fondasi untuk memberikan pelayanan terbaik.
“Kalau diri sendiri kacau, bagaimana bisa membuat tamu nyaman?” katanya.
Kegiatan ini juga menjadi momen quality time-nya dengan diri sendiri.
“Di studio, saya benar-benar disconnect dari gadget. Hanya ada saya, musik instrumental, dan matras,” ujarnya sambil tersenyum.
Ara dikenal sebagai pribadi yang tertata dan tegas dalam menjaga energi positif.
“Saya sangat selektif dengan lingkungan. Jika ada yang membawa drama atau toxic, saya memilih menjauh. Hidup terlalu singkat untuk diisi hal-hal tidak produktif,” tegasnya.
Ia percaya, self-awareness adalah kunci kebahagiaan.
Pesan ini ia tekankan pada generasi muda: “Jangan takut mengatakan ‘tidak’ jika sesuatu bertentangan dengan nilai diri.
Setiap orang punya hak untuk menentukan batas, baik dalam pekerjaan maupun hubungan personal.”
Source image: ara

Penulis di iniloh.com. Misi kami membongkar informasi rumit jadi bacaan yang ringan dan berguna untukmu, dari yang kompleks jadi mudah, dari yang membingungkan jadi jelas.










