Salsa, Whatever You Are, Be A Good One!
Iniloh.com Jakarta- Lahir di Temanggung, tapi jiwa dan raganya menyatu dengan denyut nadi Semarang.
“Dari kecil sampai sekarang, aku tumbuh di sini,” ujar Salsa nama panggilan dari perempuan bernama lengkap Fahriza Mahestya Firdausya ini.
Meski pernah merasakan tanah Kalimantan, Sulawesi, Papua, atau kota-kota Jawa seperti Solo dan Purwokerto, tak satu pun mampu menggantikan tempatnya di hati.
“Semarang jadi saksi hidupku: titik bahagia tertinggi, titik terendah, perjuangan, sekaligus mimpi-mimpi yang terwujud di sini.”
Baginya, kota ini bukan sekadar peta, melainkan ruang kelas di mana Tuhan mengajarkannya arti ketangguhan dan syukur.
Tak heran ia tegas menyimpulkan: “Semarang will be my favorite city. Selamanya.”
Kini, kesibukannya berpusat pada dunia profesional. “Saat ini hanya bekerja saja,” katanya sederhana.
Tapi jangan tertipu kesan minimalis itu, di baliknya ada disiplin yang terukur rapi. Rahasianya? Manajemen waktu berbasis prioritas dan self-care.
“Buat plan routine harian atau besok, dahulukan yang urgent, tapi jangan lupa selipkan waktu untuk diri sendiri: sholat, me time, atau bahagiakan keluarga,” paparnya.
Bagi Salsa, hidup seimbang bukan mitos: urusan pekerjaan dan jiwa harus berjalan beriringan.
Prinsipnya sederhana namun mendalam: “Whatever you are, be a good one.” (Jadilah yang terbaik dalam apa pun peranmu!).
Bagi dirinya, kalimat ini bukan sekadar kutipan motivasional belaka, melainkan kompas hidup yang sejati.
“Ini tentang bagaimana kita melakukan sesuatu, bukan apa yang kita lakukan,” tegasnya, menekankan esensi dari prinsip tersebut.
Melalui kompas inilah ia membangun pondasi kehidupannya: kualitas kerja yang konsisten tinggi menjadi standar utamanya.
Kepercayaan diri yang lahir dari integritas dalam setiap tindakan, dan kesuksesan multidimensi yang diraihnya dalam menjalani setiap peran kehidupan.
Prinsip ini, tutupnya, “Bukan soal jadi sempurna, tapi memberi yang terbaik dari versi dirimu hari ini.”
Doanya tulus tanpa pretensi: “Yang penting sehat, hidup damai, lancar segala urusan. Ga muluk-muluk!”.
Dalam kesederhanaan ini tersimpan kebijaksanaan: ia paham bahwa kesehatan dan kedamaian adalah fondasi segala pencapaian.
Untuk keluarga? Harapannya sama: perlindungan dan kelancaran rezeki.
Jika kota lain hanyalah babak pendahuluan, maka Semarang adalah buku utuh kehidupannya.
Kota ini telah menjadi laboratorium ketangguhannya, tempat ia belajar bangkit dari titik terendah (rock bottom).
Semarang juga berubah menjadi kanvas pencapaian, di mana setiap sudutnya menyimpan memori akan mimpi-mimpi yang berhasil diwujudkan.
Lebih dari itu, jalan-jalan dan lorong-lorongnya berfungsi sebagai cermin kedewasaannya, merefleksikan perjalanan transformatif dari seorang anak kecil menjadi profesional yang tangguh.
Bagi Salsa, kesetiaannya pada Semarang bukan sekadar pilihan, melainkan bentuk syukur yang mendalam syukur pada Tuhan yang menuntunnya pulang, dan pada kota yang tak pernah berhenti memberinya pelajaran hidup.
Meski tak bicara langsung ke pembaca, prinsip hidupnya adalah warisan inspirasi:
“Di mana pun kau berpijat, apapun peranmu hari ini berikan yang terbaik! Keunggulan bukan soal bakat, tapi kesetiaan pada proses.”
Source image: salsa

Penulis di iniloh.com. Misi kami membongkar informasi rumit jadi bacaan yang ringan dan berguna untukmu, dari yang kompleks jadi mudah, dari yang membingungkan jadi jelas.










