Sarah Saputri, Musik Adalah Mediumku Berbagi Cinta
Iniloh.com Jakarta- Lahir dan besar di Bandung, Sarah Saputri menggambarkan kota kelahirannya sebagai kanvas alam yang memesona.
“Setiap pagi di Bandung itu seperti lukisan hidup: udara sejuk berbaur harum pepohonan, kabut tipis menyapa wajah, dan sinar matahari yang lembut. Semua menciptakan harmoni yang tak ingin kulewatkan,” ujarnya.
Dari balutan alam yang menenangkan hingga keramahan warganya, Bandung bukan sekadar tempat tinggal, melainkan sumber inspirasi yang membentuk kepekaannya terhadap keindahan, baik dalam seni maupun kehidupan.
Darah seni mengalir deras dari kedua orang tuanya yang berprofesi sebagai musisi.
“Ibu dan ayah memperkenalkan musik sejak aku masih kecil.
Mereka mengajariku bahwa musik bukan hanya bunyi, tapi bahasa universal untuk menyampaikan perasaan,” kenang Sarah.
Cita-citanya sederhana: berkarya lewat musik, mengaktualisasikan ide, dan menyentuh hati pendengar.
Perjalanannya menemukan identitas musikal mencapai titik balik pada 2012, saat ia jatuh cinta pada harmonika.
“Aku merasa tetap bisa ‘bernyanyi’ melalui instrumen ini. Setiap tiupan menghasilkan nada yang jujur, seperti suara hati yang tak terbendung,” tuturnya.
Di Indonesia, harmonika masih jarang diminati, tapi justru itu yang memacu semangat Sarah.
Ia memiliki misi ganda: mengedukasi masyarakat tentang keunikan harmonika dan menjembatani kolaborasi antara pemain lokal dengan musisi internasional.
“Harmonika itu kecil, tapi punya suara yang powerful. Aku ingin orang-orang tahu betapa magisnya alat ini,” tegasnya.
Di tengah kesibukan menyelesaikan kuliah, Sarah tetap aktif menggarap sejumlah proyek musik.
Bersama grup SarahN’Soul, ia sedang memfinalisasi mixing EP (Extended Play) yang dinantikan penggemarnya.
“Kami ingin menghadirkan warna baru yang autentik. Setiap lagu di EP ini bercerita tentang perjalanan emosi manusia,” ungkapnya.
Tak hanya itu, ia juga berkolaborasi dengan mahasiswa seni musik di Bandung untuk karya eksperimental yang rencananya akan dirilis akhir tahun.
“Ini seperti petualangan: menggabungkan harmonika dengan genre berbeda, dari jazz hingga tradisional,” tambahnya dengan mata berbinar.
Sarah mengakui bahwa membagi waktu antara studi, karir musik, dan kehidupan pribadi bukan hal mudah.
“Tapi selama ada prioritas dan manajemen waktu, semua bisa dijalani. Musik adalah napasku tak mungkin kutinggalkan,” ujarnya.
Di balik ambisi musiknya, Sarah adalah pribadi yang mendalam dalam memaknai hidup.
Harapannya tak hanya tentang kesuksesan karir, tetapi juga pertumbuhan spiritual.
“Aku ingin proses individuasi ini membuatku dewasa, mampu membaca ‘petunjuk semesta’, dan menjadi manusia utuh yang berbagi manfaat,” katanya.
Ia percaya bahwa welas asih (belas kasih) adalah kunci untuk membangun hubungan bermakna dengan sesama.
“Musik adalah mediumku berbagi cinta. Tapi di luar itu, aku ingin setiap tindakan bisa menyentuh hidup orang lain,” tambahnya.
Kepada pembaca di seluruh Indonesia,
Sarah berpesan: “Cinta tanpa syarat itu nyata. Lihatlah segala yang Tuhan berikan padamu udara, keluarga, bahkan kesempatan bangun di pagi hari, semua diberikan tanpa meminta balasan.”
Ia mengajak semua orang untuk senantiasa bersyukur dan melihat kehidupan dengan hati jernih.
“Ketika kita sadar betapa banyaknya anugerah yang diterima, tak ada ruang untuk mengeluh. Yang ada, hanya keinginan untuk membalasnya dengan kebaikan,” ujarnya.
Source image: sarah

Penulis di iniloh.com. Misi kami membongkar informasi rumit jadi bacaan yang ringan dan berguna untukmu, dari yang kompleks jadi mudah, dari yang membingungkan jadi jelas.










