Shelvi Atnasari, Badan Ini Titipan Tuhan, Sudah Sepatutnya Kita Rawat!
Iniloh.com Jakarta- Lahir dan dibesarkan di tengah keasrian alam Sragen, Jawa Tengah, Shelvi Atnasari akrab dengan nilai-nilai kesederhanaan dan kehangatan keluarga.
“Saya tumbuh di lingkungan pedesaan yang asri, dalam keluarga yang sederhana namun penuh cinta kasih,” kenangnya.
Kedua orang tuanya, sosok yang ia sebut luar biasa, menjadi fondasi kuat bagi ketangguhan dan kehangatan yang melekat pada dirinya.
Alam pedesaan Sragen bukan hanya menjadi latar belakang masa kecilnya, tapi juga tempat ia belajar tentang ketekunan dan kesederhanaan hidup.
Jiwa petualang Shelvi mulai teruji saat ia berusia 18 tahun, tepat setelah lulus SMA.
Dengan keberanian yang mengagumkan, ia memutuskan untuk keluar dari zona nyaman dan merantau.
“Dengan yakin dan tekad, aku pergi merantau,” ujarnya tegas.
Di perantauan, ia memulai karir di sebuah perusahaan sambil berjuang untuk berkuliah.
Jalan itu penuh tantangan: survival di kota orang, jauh dari keluarga, sambil harus pandai mengatur kesehatan dan keuangan sendiri.
Shelvi mengalami jatuh bangun yang tak terhindarkan. Patah arang sempat membawanya pulang ke Sragen.
Di kampung halaman, ia membangun kembali dari nol, bekerja di sebuah sekolah swasta selama sekitar dua tahun.
Kesetiaan dan kinerjanya tidak luput dari perhatian.
Pemilik yayasan tempatnya bekerja kemudian memberinya kepercayaan dan tawaran istimewa: membuka usaha bakery.
Namun, takdir mengajaknya merantau lagi, kali ini menuju Tangerang.
Di Tangerang, hidup Shelvi mulai menemukan ritme baru. Ia sering aktif ke Jakarta.
Awalnya, aktivitas olahraganya terlihat sederhana: hanya menemani teman yang sedang diet untuk berolahraga. Namun, sesuatu yang tak terduga terjadi.
“Ternyata dengan olahraga ini saya jadi candu dan menyukainya,” akunya.
Lari dan olahraga bukan lagi sekadar pendampingan, tapi berubah menjadi passion yang membara.
Tentu, menjaga konsistensi bukan hal mudah. Shelvi jujur mengakui suka dukanya: “Harus melawan rasa bosan dan malas, kadang hal itu muncul.”
Saat godaan itu datang, satu prinsip kuat selalu ia pegang:
“Selalu ingat bahwa sakit itu mahal. Lebih baik menjaga titipan Tuhan dengan baik daripada harus mengobati.”
Prinsip inilah yang menjadi kompasnya, mengingatkan bahwa tubuh yang sehat adalah amanah yang wajib dijaga.
Bagi Shelvi, olahraga, karir, dan pendidikannya bukan sekadar pencapaian pribadi. Ia meniatkan semuanya sebagai bentuk ibadah.
“Saya niatkan hanya untuk ibadah dan sangat senang dan bersyukur jika bisa memberi kemanfaatan bagi banyak orang,” tuturnya dengan penuh keyakinan.
Komitmennya pada dunia lari mewujud nyata lewat komunitas Baukencur_runners, di mana ia tak sekadar anggota biasa, melainkan salah satu core team yang menjabat sebagai Sekretaris. Melalui peran aktifnya ini, harapan besarnya jelas:
“Besar harapan saya melalui ini bisa mengajak banyak orang untuk mulai mau berolahraga dan mencari sehat sama-sama.“
Ia ingin menularkan semangat hidup sehat dan kebersamaan komunitas kepada lebih banyak orang.
Quote hidup Shelvi,
“Badan ini adalah titipan Tuhan, sudah sepatutnya kita jaga dan rawat.
Agar di kemudian hari kita bisa membersamai orang-orang yang kita sayang,
Source image: shelvi

Penulis di iniloh.com. Misi kami membongkar informasi rumit jadi bacaan yang ringan dan berguna untukmu, dari yang kompleks jadi mudah, dari yang membingungkan jadi jelas.










