Slayflin Elizabeth, Jangan Biarkan Stereotip Membatasi Mimpi
Iniloh.com Jakarta- Jogja, kota pelajar yang sarat akan nilai toleransi dan semangat kolaborasi, kini menjadi rumah bagi Slayflin Elizabeth.
Perempuan yang akrab disapa Flin ini lahir dan besar di Papua, fakta yang kerap mengejutkan banyak orang karena penampilannya tak sesuai stereotip.
“Orang sering bilang, ‘Kok kamu dari Papua? Gak kelihatan!’
Tapi justru di sanalah saya belajar arti ketangguhan, kehangatan, dan berbagi tanpa pamrih,” ujarnya sambil tersenyum.
Dibesarkan di keluarga sederhana nan penuh cinta, Flin mewarisi semangat untuk memberdayakan sesama, nilai yang kini menjadi napas karier dan hidupnya.
Sebagai pendiri bisnis F&B berorientasi sosial, Flin tak sekadar menjual produk. Visinya jelas: memberdayakan pemuda dari Indonesia Timur, khususnya Papua dan Nusa Tenggara Timur (NTT), melalui pelatihan kerja dan beasiswa pendidikan.
“Saat ini, dua karyawan saya sudah lulus sarjana, empat lagi masih berkuliah. Ini hanya awal,” tegasnya.
Bisnisnya di Jogja menjadi batu loncatan bagi anak muda Timur untuk mengakses kesempatan yang kerap terhalang stigma dan ketimpangan infrastruktur.
Tak berhenti di situ, Flin juga tengah mengejar gelar S2 di Inggris dengan beasiswa.
“Saya ingin membawa pulang pengetahuan dan jaringan internasional untuk memperkuat dampak sosial yang saya ciptakan,” ungkapnya.
Di tengah kesibukan, ia menyisihkan waktu untuk lari pagi dan pilates, ritual yang ia sebut “investasi untuk stamina fisik dan mental”.
Jalan yang Flin tempuh tak mulus. Ia kerap berhadapan dengan skeptisisme, baik terhadap bisnisnya maupun latar belakang karyawan yang ia rekrut.
“Ada yang meragukan kemampuan anak-anak Papua atau NTT. Tapi justru itu memacu saya untuk membuktikan mereka salah,” ujarnya.
Keterbatasan dana dan kelelahan fisik acap kali menguji, namun satu momen mengubah segalanya: saat orang tua seorang karyawan yang berhasil lulus kuliah meneleponnya sambil menangis haru.
“Mereka bilang, ‘Terima kasih sudah mengubah hidup anak kami.’ Saat itu, saya pun ikut menangis.
Tapi air mata itu menguatkan tekad saya untuk terus memperluas dampak,” kenangnya.
Kini, Flin menjadikan Jogja sebagai pusat gerakannya.
“Di sini, semangat kolaborasi sangat kuat. Saya bisa bekerja sama dengan kampus, komunitas, dan pemuda lokal untuk menciptakan ekosistem yang inklusif,” paparnya.
Bisnis F&B-nya tak hanya menghasilkan profit, tapi juga menjadi ruang pelatihan soft skill seperti manajemen waktu dan komunikasi, bekal berharga untuk masa depan karyawannya.
Di sela rutinitas, Flin tak lupa menciptakan happy memories bersama sahabat-sahabatnya.
“Sebelum berangkat ke Inggris, saya ingin mengisi hari-hari dengan tawa dan cerita. Kebahagiaan sederhana ini yang mengingatkan saya pada tujuan awal: membangun kehidupan yang bermakna, bukan sekadar sibuk,” ujarnya.
Flin berharap kesehatan dan kesempatan terus menyertainya agar bisa memperluas program beasiswa dan pelatihan.
“Saya ingin anak-anak Timur punya akses setara ke pendidikan, kesehatan, dan kehidupan layak. Mereka bukan ‘masa depan’, tapi sekarang juga bisa berkontribusi,” tegasnya.
Ia bercita-cita mematahkan stereotip negatif tentang Indonesia Timur, menggantinya dengan narasi tentang potensi dan prestasi.
Bagi Flin, setiap individu berhak menciptakan ruangnya sendiri. Pesannya untuk generasi muda:
“Jangan biarkan stereotip membatasi mimpi. Kamu lahir bukan untuk masuk ke kotak buatan orang lain, tapi membangun ruangmu sendiri, dengan jendela terbuka lebar agar orang lain percaya mereka pun bisa.”
Ia mengajak semua orang, terutama yang berasal dari daerah terpinggirkan, untuk percaya pada kekuatan tekad dan ketulusan.
“Dari ujung timur Indonesia, kita bisa membawa perubahan besar. Asal ada kemauan, jalan akan terbuka,” tambahnya.
Source image: flin

Penulis di iniloh.com. Misi kami membongkar informasi rumit jadi bacaan yang ringan dan berguna untukmu, dari yang kompleks jadi mudah, dari yang membingungkan jadi jelas.










