Sri Mulyasari, SE: Hidup Adalah Sekolah Sepanjang Usia 

Iniloh.com Jakarta- Sri Mulyasari, yang akrab disapa Asyayumi, adalah anak pertama dari tiga bersaudara yang tumbuh dalam keluarga penuh cinta.

Masa kecilnya diwarnai permainan tradisional seperti lompat karet, petak umpet, dan bola bekel.

Keluarga adalah tempatku belajar tentang kasih sayang dan perlindungan,” ujarnya.

Namun, perjalanan remajanya tidaklah mulus.

Saat kuliah, ia menjadi korban bullying dan body shaming yang meruntuhkan kepercayaan dirinya.

Aku sempat memakai hijab karena malu bertemu senior atau dosen. Bahkan, sampai mogok kuliah satu semester,” kenangnya.

Di usia 23 tahun, ia memutuskan menjalani operasi plastik untuk mengubah penampilannya, keputusan yang ia akui sebagai titik balik kebangkitannya.

Hasilnya membantuku lebih percaya diri. Tapi yang terpenting, aku belajar bahwa self-love butuh proses.”

Asyayumi memulai karirnya di dunia hiburan sejak usia 13 tahun.

Ia aktif mengikuti lomba tari daerah, cheerleader, hingga ajang pencarian bakat, mengoleksi piagam sebagai bukti kegigihannya.

Dulu, aku ingin membuktikan bahwa anak kampung pun bisa bersinar,” ujarnya.

Saat dewasa, ia merambah bisnis dengan membuka jasa travel.

Omsetnya dulu luar biasa, tapi mulai turun saat aplikasi tiket online marak,” ceritanya.

Tak menyerah, ia beralih ke bisnis fashion, menjual hijab dan pakaian muslim, sebelum akhirnya menemukan ide brilian: jastip (jasa titip) sambil traveling.

Ini solusi sempurna: kerja sambil jalan. Penghasilan dapet, pengalaman juga!” tawanya.

Baginya, dunia organisasi menjadi sekolah hidup.

Aku belajar dari perjuangan orang lain. Mereka mengajariku bahwa mengubah nasib butuh keberanian dan kerja keras,” tambahnya.

Asyayumi mengaku tak melakukan perawatan kecantikan mewah.

Rutinitasnya sederhana: rajin membersihkan wajah, lulur Korea sebulan sekali, dan facial peeling dua kali sebulan.

Perawatan itu cara aku menghargai diri. Me-time bikin aku lebih produktif,” ujarnya.

Ia menekankan bahwa kecantikan bukan sekadar fisik, tapi juga mental.

Setelah melewati fase bullying, aku paham: merawat diri adalah bentuk perlawanan terhadap standar orang lain.”

Di antara kesibukannya, Asyayumi berharap bisa terus mempelajari hal-hal baru.

Aku ingin jadi orang yang bermanfaat, terutama untuk keluarga,” ucapnya.

Doanya sederhana: rezeki diluaskan, keluarga sehat, dan dikelilingi orang-orang yang saling menghargai.

Hidup ini terlalu singkat untuk diisi drama. Aku ingin fokus pada hal-hal yang memberi dampak positif,” tegasnya.

Asyayumi menutup percakapan dengan pesan filosofis:

Hidup adalah sekolah sepanjang usia. Utamakan adab sebelum ilmu.” 

Baginya, pengetahuan tanpa etika hanya akan menjadi bumerang.

Ilmu bisa berbahaya jika tidak diimbangi adab. Tapi dengan sikap baik, kita bisa jadi cahaya bagi orang lain,” ujarnya.

Ia juga mengajak semua orang untuk tak takut menghadapi ujian hidup.

Setiap tantangan akan membuatmu lebih bijak. Percayalah, setelah hujan, pasti ada pelangi.”

 

Source image: asyayumi

You May Also Like

Putri Rahayu, Usia Muda Saatnya Untuk Berkarya dan Berdaya
Putri Rahayu, Usia Muda Saatnya Untuk Berkarya dan Berdaya
Sri Indra Alika Putri, Mengembangkan Diri Adalah Cara Terbaik Menarik Kebahagiaan dan Keberhasilan dalam Hidup
Sri Indra Alika Putri, Mengembangkan Diri Adalah Cara Terbaik Menarik Kebahagiaan dan Keberhasilan dalam Hidup
Indah Sri Handayani, Boleh Mimpi Kita Melangit Tetapi Hati Tetap Membumi
Indah Sri Handayani, Boleh Mimpi Kita Melangit Tetapi Hati Tetap Membumi
RA. Alia Wijaya, Jangan Pernah Lelah Menjadi Pembelajar Sepanjang Hayat
RA. Alia Wijaya, Jangan Pernah Lelah Menjadi Pembelajar Sepanjang Hayat
Sri Wulandari, Hidup Harus Bermanfaat Untuk Sesama dan Bermakna
Sri Wulandari, Hidup Harus Bermanfaat Untuk Sesama dan Bermakna
Dinda Zalfa Zahira, Usia Muda Kudu Miliki Keberanian dan Pantang Menyerah
Dinda Zalfa Zahira, Usia Muda Kudu Miliki Keberanian dan Pantang Menyerah