Stefiany Monica, There Are Always Two Sides of Every Single Things
Iniloh.com Jakarta- Stefiany Monica atau akrab disapa Fanny menyapa dunia dengan energi hangat khas tanah kelahirannya: Kupang, Nusa Tenggara Timur.
“Kalau dibilang sejuk gak sejuk sama sekali karena di Kupang suhunya panas banget, hihi,” akunya jujur sambil tertawa kecil, menggambarkan iklim ibukota provinsi yang terkenal terik.
Namun, panas matahari itu seolah terkalahkan oleh kehangatan manusianya.
“Tapi walaupun panas suasana disini selalu hangat karena warga disini pada ramah-ramah semua,” tuturnya dengan bangga.
Julukan “Kupang Kota Kasih” bukanlah isapan jempol baginya.
Ia merasakan langsung tingginya toleransi antar suku dan umat beragama di sana, menciptakan atmosfer kedamaian yang membuat hidup terasa nyaman.
“Jadi kesannya damai aja gitu hidup disini..” Kehangatan komunitas inilah yang membentuk pondasi keramahan dan ketahanan dirinya.
Kehidupan sehari-hari Fanny diisi oleh ritme kerja yang padat sebagai karyawan kantoran.
“Saya kerja kantoran (CS) dari jam 8 sampai jam 5 sore kalau gak lembur hihi,” jelasnya.
Namun, perannya jauh dari sekadar Customer Service di garis depan (frontliner). Ia adalah contoh nyata multitasking di dunia kerja.
“Selain jobdesk as a frontliner saya di kantor juga ngerangkap kerjaan administratif dan marketing juga, pokoknya dituntut harus bisa multitasking.” ujarnya.
Tuntutan beragam ini menyedot waktu dan energi, menyisakan sedikit ruang untuk hobi atau aktivitas pribadi di luar pekerjaan.
“Kadang karena sudah banyak aktivitas di kantor jadi nggak punya waktu untuk hobi, dll,” akunya.
Waktu senggang yang langka itu pun lebih sering ia dedikasikan untuk hal-hal mendasar namun berharga: beristirahat atau sekadar bermain bersama keluarga.
Tak heran, beban rutinitas yang padat dan berulang kerap memunculkan rasa lelah.
“Banyakan dukanya kak huhu karena ngerasa capek bosan sama rutinitas yang itu-itu aja ditambah load kerja yang dirasa over banget,” curhatnya jujur.
Gelombang kejenuhan dan rasa lelah berlebih adalah tantangan nyata yang ia hadapi setiap hari.
Namun, Fanny memilih lensa yang berbeda untuk memandang situasi ini. Di balik segala kelelahan, ada rasa syukur yang mendalam.
“Tapi tetap bersyukur karena dari profesi ini lah saya sudah bisa menghasilkan sesuatu yang enggak hnya buat diri sendiri tapi juga buat orang terdekat saya.”
Kemampuannya berkontribusi secara finansial bagi orang tua dan keluarga menjadi sumber kebanggaan dan motivasi terbesarnya.
Tipsnya menghadapi hidup pun sederhana namun bijak:
“Dijalanin aja baik buruknya jangan banyak ngeluh, karena semakin kita ngeluh makin banyak masalah datang.”
Ia memilih fokus pada solusi dan rasa syukur ketimbang tenggelam dalam keluhan.
Harapannya untuk masa depan bersifat universal dan penuh doa baik:
“Semoga kita semua yang sedang dan masih berusaha entah untuk karir, ekonomi dll senantiasa dimudahkan dan dilancarkan dlm setiap usaha yang kita kerjakan.”
Ia tak hanya memikirkan dirinya sendiri, tetapi juga mengikutsertakan semua orang yang sedang berjuang dalam doa permudahan dan kelancaran rezeki.
Filosofi hidup yang Fanny pegang teguh menjadi kunci ketangguhan dan kepositifannya menghadapi dinamika hidup Kupang yang panas dan rutinitas kerja yang melelahkan:
“There are always two sides of every single things happened in life; the positive and the negative one.
Tergantung dari sisi mana kita mau melihat. Bahkan dalam masalah yg kita hadapi pun ttp ada sisi positif yang bisa kita ambil.
Intinya harus ‘stay positive whatever it is, karena positive mind create positive vibes, positive life’.”
Source image: fanny
Penulis di iniloh.com. Misi kami membongkar informasi rumit jadi bacaan yang ringan dan berguna untukmu, dari yang kompleks jadi mudah, dari yang membingungkan jadi jelas.
