Sylvia Kusumaningrum, Lari Mengajari Saya Masih Ada Kesempatan untuk Memulai

Iniloh.com Jakarta- Sylvia Kusumaningrum, perempuan berdarah Yogyakarta tulen, telah menghabiskan 39 tahun hidupnya di kota yang ia sebut “selalu di hati”.

Dari gang-gang sempit di sekitar Malioboro hingga lereng Merapi, setiap sudut Jogja menyimpan cerita perjalanannya sebagai pegawai sederhana, atlet amatir, dan pejuang kesehatan yang tak kenal lelah.

Bagi Sylvia, Jogja bukan sekadar tempat tinggal, tapi identitas.

Lahir, besar, dan bekerja di sini. Saya tak bisa membayangkan hidup di kota lain,” ujarnya.

Sejak kecil, ia akrab dengan olahraga, terutama basket.

Namun, pilihan hidup membawanya pada dunia lari, sebuah transformasi yang tak pernah ia duga.

Sebagai pegawai di salah satu instansi lokal, Sylvia menjalani rutinitas kerja yang padat.

Tapi, ia tak membiarkan tumpukan dokumen menghalangi hasratnya untuk tetap aktif.

Saya menyempatkan olahraga di tengah huruhara kehidupan. Lari itu seperti meditasi bergerak,” katanya.

Awalnya, basket adalah passion-nya. Namun, diagnosis saraf kejepit di usia produktif mengubah segalanya.

Dulu, badan sering mati rasa. Dokter bilang saya harus mengurangi aktivitas high-impact. Akhirnya, saya beralih ke lari dengan intensitas bertahap,” ceritanya.

Tak disangka, keputusan itu justru membawanya pada pencapaian luar biasa.

Lari bukan sekadar hobi bagi Sylvia. Ini adalah terapi.

Alhamdulillah, gejala saraf kejepit jauh berkurang sejak rutin lari,” ucapnya bersyukur.

Disiplinnya tak main-main: ia bangun pukul 4 pagi untuk lari sebelum bekerja, dan menyisihkan akhir pekan untuk latihan jarak jauh.

Bagi Sylvia, lari bukan sekadar aktivitas fisik, melainkan terapi penyembuhan.

“Alhamdulillah, gejala saraf kejepit saya berkurang drastis sejak rutin lari,” ungkapnya penuh syukur.

Kedisiplinannya patut diacungi jempol: ia membiasakan diri bangun pukul 4 pagi untuk lari sebelum berangkat kerja, serta menyisihkan akhir pekan untuk latihan jarak jauh. Dedikasi ini berbuah prestasi gemilang.

Di tingkat marathon, ia menaklukkan Jogja Marathon (Jogmar), Borobudur Marathon (Bomar) dan banyak lainnya.

Untuk kategori half marathon (21K), ia kerap finis di Bomar, dan AUOR Marathon Sementara di jarak 10K, ia menjadi peserta setia Yogyakarta Kembali Run (YKC10k), Malioboro Run, dan Bethesda Run.

Namun, baginya, pencapaian terbesar bukanlah medali atau waktu tercepat.

“Finish line terindah adalah saat saya bisa berlari tanpa rasa sakit. Itu kemenangan sejati,” ujarnya, menegaskan bahwa kesehatan adalah mahkota yang tak ternilai.

Di balik semangatnya, Sylvia punya harapan sederhana: keluarga selalu diberi kesehatan dan kelancaran rezeki.

Doa saya setiap hari: semoga anak-anak, suami, dan orang tua selalu dilindungi Allah,” ucapnya.

Untuk diri sendiri, ia ingin tetap konsisten—baik dalam olahraga maupun pekerjaan.

Konsistensi itu kunci. Tak perlu muluk-muluk, yang penting istiqomah,” tegasnya.

Sylvia berpesan bagi mereka yang ingin memulai hidup sehat dengan tiga kunci utama.

Pertama, komitmen tanpa kompromi: “Jadikan olahraga sebagai kebutuhan harian, bukan sekadar keinginan sesaat,” tegasnya.

Kedua, bersyukur pada proses: “Jangan bandingkan progresmu dengan orang lain. Setiap langkah kecil, seperti lari 1 km pertama atau bangun lebih pagi, adalah kemajuan yang patut dirayakan,” ujarnya.

Ketiga, ubah tantangan jadi motivasi: “Saraf kejepit yang pernah saya alami justru mengajarkan saya untuk lebih menghargai tubuh dan menjaga kesehatannya,” tambahnya.

Sylvia juga mengajak semua orang menikmati perjalanan:

Hidup bagai lari ada tanjakan melelahkan, turunan yang mengasyikkan, dan jalan datar yang tenang.

Nikmati semuanya dengan syukur, karena setiap fase mengajarkan kita arti ketangguhan.”

Baginya, kunci kebahagiaan adalah merangkai setiap tantangan menjadi cerita keberhasilan.

Bagi Sylvia, Jogja adalah sumber energi kehidupan.

Di sini, setiap kilometer ditemani sejarah dan senyum warga. Itu yang bikin betah,” katanya.

 

Source image: Sylvia

You May Also Like

Niluh Yuly Wulan Sasi Artini, Jangan Takut Akan Hari Esok Siapkan dari Sekarang Maka Kan Baik-baik Saja
Niluh Yuly Wulan Sasi Artini, Jangan Takut Akan Hari Esok Siapkan dari Sekarang Maka Kan Baik-baik Saja
Nur Aqilah Hasmawi, Tetap Teguh Walaupun Teduh Jua Mencari Ketenangan Tak Seindah Cari Keindahan
Nur Aqilah Hasmawi, Tetap Teguh Walaupun Teduh Jua Mencari Ketenangan Tak Seindah Cari Keindahan
Humidah Sarah, Apapun Profesi Kita Sekarang Tetaplah Jadi Orang yang Baik
Humidah Sarah, Apapun Profesi Kita Sekarang Tetaplah Jadi Orang yang Baik
Indah R Muhartia, Grateful For Small Things, Big Things, & Everything In Between
Indah R Muhartia, Grateful For Small Things, Big Things, & Everything In Between
P. Sari Dwihanday Sukoco, You,ve Done A Good Job, Taking Care Of Yourself Mentally & Physically
P. Sari Dwihanday Sukoco, You,ve Done A Good Job, Taking Care Of Yourself Mentally & Physically
Vera Novianti, Kita Tak Bisa Buat Semua Orang Sukai Kita Maka Jadi Diri Sendiri Saja
Vera Novianti, Kita Tak Bisa Buat Semua Orang Sukai Kita Maka Jadi Diri Sendiri Saja