Thania Iman, Dunia Tidak Adil Bagi Perintis!
Iniloh.com Jakarta- Dari jantung Kalimantan Tengah, di kota cantik Palangkaraya, hadir sebuah cerita tentang ketegaran dan kemurnian niat.
Thania Iman, seorang perempuan dengan keseharian sebagai pekerja kantoran, menyimpan filosofi hidup yang dalam dan tenang, bak sungai yang mengalir stabil di tanah Borneo.
Dalam kesederhanaan rutinitasnya, tersimpan keyakinan-keyakinan kokoh yang membentuknya menjadi pribadi yang tangguh dan bijaksana.
Palangkaraya bukan hanya sebuah latar tempat; ia mungkin adalah bagian dari jiwa yang membentuk Thania.
Kota yang dikenal dengan tata kotanya yang rapi dan julukan “kota cantik” ini seakan menjadi cermin dari cara Thania menata hidup: tertib, sederhana, namun penuh makna.
Di balik rutinitasnya sebagai seorang pekerja kantoran, ia menjalani hidup dengan kesadaran penuh, memahami bahwa setiap peran dan keputusan memiliki konsekuensi dan hikmahnya sendiri.
Dalam dunia yang seringkali mendorong individualitas dan keinginan untuk menang sendiri, Thania memegang prinsip yang justru berangkat dari kerendahan hati.
Baginya, hubungan percintaan atau rumah tangga adalah sebuah perjalanan seumur hidup, dan kunci harmoninya terletak pada kearifan untuk sesekali mengalah.
“Sesekali mengalah sama pasangan itu tidak apa-apa,” ujarnya dengan bijak. Namun, filosofinya tidak berhenti di situ.
Yang lebih dalam adalah kemauan untuk terus melakukan introspeksi diri dan yang paling sulit: berani mengaku salah.
“Karena kita berpasangan seumur hidup, terus harus intropeksi diri dan ngaku jika memang salah,” tambahnya.
Ini bukanlah bentuk kelemahan, melainkan kekuatan yang lahir dari kedewasaan.
Bagi Thania, kejujuran pada diri sendiri dan pasangan adalah fondasi untuk membangun sesuatu yang abadi, jauh lebih berharga daripada kemenangan sesaat dalam sebuah percekcokan.
Harapan Thania untuk masa depan begitu tulus dan universal.
Ia tidak hanya meminta keberkatan untuk dirinya dan keluarganya sendiri, tetapi juga agar diluaskan rezekinya untuk menjadi saluran kebaikan bagi orang lain.
“Harapannya selalu di berkati dalam segala hal, bisa membantu banyak orang tidak hanya keluarga atau untuk diri sendiri,” tuturnya.
Dan di ujung harapannya, ada sebuah penyerahan diri yang total dan penuh keimanan: “Dan bisa terjadilah semua menurut kehendak-Nya.”
Kalimat ini menunjukkan pijakan hidupnya yang kuat pada spiritualitas, mempercayakan seluruh rencana dan usahanya pada kuasa yang lebih tinggi.
Mungkin, pernyataan paling powerful yang meluncur dari Thania adalah sebuah pengakuan yang jujur dan penuh tekad:
“Dunia memang tidak adil bagi perintis, tapi saya tidak menyesal.”
Source image: thania

Penulis di iniloh.com. Misi kami membongkar informasi rumit jadi bacaan yang ringan dan berguna untukmu, dari yang kompleks jadi mudah, dari yang membingungkan jadi jelas.










