Theofany Ginting Suka, Luka Bukan Akhir, Tapi Awal Perjalanan!
Iniloh.com Jakarta- Akar budaya dan keluarga yang kuat menjadi pondasi hidup Theofany Ginting Suka.
Lahir di Jakarta dari orang tua asli Medan, ia tumbuh di tengah nilai-nilai yang mengajarkan pentingnya keluarga dan rasa saling menghargai.
Besar dan menghabiskan masa tumbuh kembangnya di Depok memberikannya lingkungan yang nyaman, tempat ia bisa berkembang dan perlahan-lahan mengenal diri sendiri.
Perpaduan warisan kental Medan dan kenyamanan Depok ini membentuk pribadi yang menghargai hubungan sekaligus mencari ruang untuk personal growth.
Sehari-hari, Theofany adalah seorang pekerja kantoran di Jakarta, tenggelam dalam rutinitas dunia kerja.
Mimpi untuk memiliki bisnis sendiri mungkin masih mengambang, “Siapa tahu ya suatu saat nanti,” ujarnya dengan senyum penuh harap.
Namun, di luar rutinitas kantor, ada satu aktivitas yang mengubah hidupnya secara mendalam: lari.
Awal mula kecintaannya pada olahraga ini justru berangkat dari tempat yang emosional.
“Dulu pernah mengalami masa sulit secara emosional, dan lari jadi pelarian dari rasa sedih,” ceritanya.
Motivasi awalnya sederhana: mengisi waktu agar hati tak terlalu berat.
Namun, dari pelarian itu, lahirlah sebuah cinta baru.
Proses berlari yang dimulai pelan-pelan, berubah menjadi rutinitas, dan akhirnya mengantarkannya ke garis start berbagai race, menjadi sebuah perjalanan transformasi yang tak terduga.
Suka terbesar Theofany dari hobi larinya adalah kemampuannya sebagai cara healing yang ampuh.
Setiap langkah kaki tidak hanya menguatkan fisik, tetapi juga membangun rasa lebih kuat dan percaya diri.
Ia juga menemukan kegembiraan dalam mengeksplor tempat baru melalui berbagai event lari yang diikutinya.
Namun, tentu ada duka yang menyertai. Kekhawatiran akan risiko cedera, godaan malas latihan, tantangan cuaca yang tidak bersahabat, dan kesulitan membagi waktu antara kerja dan latihan adalah hal-hal yang harus dihadapi.
Meski begitu, bagi Theofany, semua tantangan itu terbayar lunas oleh kebahagiaan dan kepuasan tak terkira saat menyeberangi garis finish.
Meski mengaku belum mengikuti banyak event, setiap race yang dijalaninya meninggalkan kesan mendalam dan menjadi penanda perkembangan dirinya.
Mandiri Runniversary adalah race pertamanya dengan kategori 10k, penuh deg-degan dan ketakutan tidak kuat, namun berakhir dengan realisasi, “Ternyata aku bisa!”
Pengalaman luar kota pertamanya di Mandiri Jogja Marathon 2024 semakin memantapkan cintanya pada dunia lari.
Ia kemudian melanjutkan dengan mengikuti Run For Independence Day 2024, Isoplus Run, dan terakhir Aswata Run.
Untuk menjaga ritme, Theofany menyempatkan latihan sebelum berangkat kerja atau setelah office hour, tergantung energi hari itu.
Minggu pagi, terutama saat CFD di Sudirman, menjadi momen latihan favoritnya karena atmosfernya yang ramai namun santai.
Harapan Theofany untuk hidupnya menyeluruh dan penuh syukur. Ia berdoa untuk diberi kesehatan, rezeki yang cukup, keluarga yang hangat, karier yang berkembang, dan hati yang selalu tenang.
Di balik itu, ada doa yang lebih personal: semoga bisa terus tumbuh jadi pribadi yang kuat, bersyukur, dan bermanfaat, sekecil apa pun itu.
“Dan kita semua selalu bahagia,” tambahnya, menutup harapannya dengan doa kebahagiaan universal.
Bagi Theofany, lari telah melampaui definisi olahraga semata.
“Lari buatku sekarang bukan cuma olahraga, tapi cara untuk terus tumbuh, pulih, dan jadi versi terbaik dari diri sendiri,” ungkapnya dengan penuh keyakinan.
Pengalaman pribadinya melahirkan pesan kuat untuk siapa pun yang membaca kisahnya:
“Luka itu bukan akhir, tapi awal dari perjalanan baru yang penuh harapan.”
Source image: fanny

Penulis di iniloh.com. Misi kami membongkar informasi rumit jadi bacaan yang ringan dan berguna untukmu, dari yang kompleks jadi mudah, dari yang membingungkan jadi jelas.










