Ulia Sari Soemadipradja, Jangan Menunggu Waktu yang Tepat untuk Melangkah!
Iniloh.com Jakarta- Jakarta mungkin tempatnya berpijak, tetapi Jogja menyimpan kenangan manis di hati Ulia Sari Soemadipradja.
“Aku asal dari Jakarta tapi ayah dari Jogya,” ceritanya, mengenang kunjungan rutin ke kota budaya itu.
“Dulu sering pulang ke Jogya, happy banget kalo kesana.”
Apa yang membuatnya bahagia? Tak lain adalah keramahan kota dan, tentu saja, “banyak makanan enak dan murah-murah banget!”
Kenangan hangat bersama keluarga di Jogja menjadi bagian dari fondasi kebahagiaan yang ia bawa dalam kesehariannya kini sebagai seorang ibu rumah tangga.
Sebagai ibu rumah tangga, rutinitas Ulia menemukan warna baru lewat satu aktivitas yang awalnya jauh dari bayangannya: lari.
“Aku ibu rumah tangga dengan aktifitas lari yg tadinya di paksa-paksa sama suami,” akunya dengan jujur dan disertai tawa.
Dorongan sang suami itulah yang menjadi titik awal. Paksaan itu ternyata berbuah manis, “yang akhirnya jadi nagih.”
Transformasi dari keengganan menjadi candu ini adalah inti dari kisah inspiratif Ulia.
Perjalanan awalnya tidaklah mudah. Tubuhnya yang belum terbiasa langsung merasakan dampaknya.
“Karena tadinya ngga suka lari jadi setiap habis lari 1 badan pegel-pegel sampe 2 hari an,” kenangnya.
Namun, Ulia bukanlah pribadi yang mudah menyerah. Kuncinya adalah melihat progres, sekecil apa pun.
“Cuma lama-lama liat progressnya kok happy yaa,” ujarnya bersemangat.
Ia menemukan kebahagiaan dalam peningkatan, meski hanya “Dalam segi waktu kok jd bisa lebih cepat meski cuma 1 menit.”
Detik demi detik yang terpangkas dari waktu lari sebelumnya menjadi bukti nyata usahanya, dan inilah yang akhirnya memicu semangatnya, “Akhirnya jadi rajin deh.”
Lari yang awalnya beban, berubah menjadi sumber kebahagiaan dan pencapaian pribadi.
Dari pengalaman berlari dan menjalani hidup, lahir harapan dan filosofi yang mendalam.
Harapan utamanya jelas: “Semoga diberikan umur panjang dan sehat.”
Kesadaran akan pentingnya kesehatan muncul dari pemikiran praktis, “karena kalo sakit pasti mahal kan,” sehingga ia berpegang teguh pada prinsip lebih baik mencegah daripada mengobati.
Aktivitas larinya kini adalah bentuk konkret dari pencegahan itu, investasi untuk tubuhnya di masa depan.
Filosofi hidup Ulia pun terasa mengena dan penuh semangat: “Setiap detik itu sangat berharga.” Pesannya tegas dan memotivasi:
“Jangan menunggu waktu yang tepat untuk melangkah, melainkan mulailah sekarang!”
Ia menekankan bahwa keraguan atau perasaan terlambat seringkali hanya penghalang semu.
“Karena untuk mulai tidak ada kata terlambat.”
Source image: ulia

Penulis di iniloh.com. Misi kami membongkar informasi rumit jadi bacaan yang ringan dan berguna untukmu, dari yang kompleks jadi mudah, dari yang membingungkan jadi jelas.










