Wahyu Pravita Ulfa, Bahagia Kita Tidak Akan Sama dengan Bahagianya Orang Lain!
Iniloh.com Jakarta- Ada energi yang hangat dan tegas dari wanita yang lebih suka disapa Vita ini. Wahyu Pravita Ulfa, atau Vita, adalah seorang perempuan dengan peran yang berlapis.
Di balik kesibukannya, tersimpan filosofi hidup yang sederhana namun mendalam tentang arti mensyukuri dan menikmati setiap langkah.
Meski lahir di Jakarta, jiwa Vita ternyata diwarisi dari akar keluarganya yang berasal dari Jogja.
Ketika ditanya kesan masa kecil, jawabannya tidak berbicara tentang kemewahan materi, melainkan tentang kekayaan makna.
“Kesannya, keluarga yang sederhana tapi penuh makna, penuh cinta, dan juga perjuangan,” ujarnya.
Fondasi inilah yang membentuknya menjadi pribadi yang resilient dan penuh syukur.
Kesibukan utama Vita adalah sebagai seorang PNS di Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara, dengan posisi spesifik sebagai nutrisionis.
Ini bukan sekadar pekerjaan, melainkan perpanjangan dari nilai yang dipegangnya.
Namun, di luar identitasnya sebagai abdi negara, ada sebuah passion yang menyalak dalam dirinya: dunia olahraga lari.
Kecintaannya pada lari bukanlah hal baru.
“Dari dulu emang suka lari,” akunya, meski sempat terhenti sejenak karena hamil dua kali berturut-turut.
Bagi Vita, lari bukan sekadar hobi, tetapi sebuah komitmen yang selaras dengan profesinya.
“Aku sangat menjaga berat badanku, karena aku nutrisionis, dan aku sangat mencintai tubuhku,” tuturnya.
Di sini, ia tidak hanya memberi nasihat, tetapi juga menjadi teladan langsung.
Sukanya dalam berlari sangat jelas: sebagai alat penghilang stres yang ampuh, penghasil endorphin, dan bonusnya adalah tubuh yang terjaga sehingga ia bisa lebih bebas menikmati makanan.
Yang mengejutkan, ketika ditanya dukanya, Vita dengan ceria menjawab, “Dukanya.. gak ada sih.. karena ini olahraga fun.”
Baginya, lari adalah sebuah kegembiraan, bukan kewajiban yang memberatkan. Jika lelah, ia mengizinkan dirinya untuk beristirahat.
Ini tercermin dalam jadwal lari yang teratur namun fleksibel: Rabu dan Jumat pagi di kantor (dengan datang lebih awal), atau diganti dengan treadmill di malam hari jika ada agenda lain.
Komitmennya ini menunjukkan sebuah disiplin lembut yang lahir dari cinta, bukan paksaan.
Harapannya untuk masa depan pun terdengar tulus dan membumi. Ia tidak meminta kekayaan atau jabatan, melainkan memohon “rasa syukur atas semua yang Allah berikan.”
Ia bercita-cita menjadi ibu dan istri yang baik bagi anak dan suaminya, serta terus meng-upgrade dirinya ke arah yang lebih baik.
Semuanya adalah doa untuk kualitas hidup, bukan sekadar pencapaian materi
Vita menutup dengan sebuah pesan motivasi yang merupakan intisari dari hidupnya:
“Hidup tidak akan pernah menjadi menyenangkan, kalau kita tidak pernah belajar menikmatinya.
Bahagia kita tidak akan pernah sama dengan bahagia nya orang lain, namun itulah indahnya hidup, biarlah kita merangkai senyum dengan cara kita sendiri.
Cukup jalani hidup sekuat yang kita mampu, nikmati apa yang ada dengan hati yang lapang dan bersyukurlah dengan tulus.”
Source image: vita

Penulis di iniloh.com. Misi kami membongkar informasi rumit jadi bacaan yang ringan dan berguna untukmu, dari yang kompleks jadi mudah, dari yang membingungkan jadi jelas.










