Windi Mutiara Putri, Bahagia Bukan Seberapa Cepat Kita Berlari!
Iniloh.com Jakarta-Di tengah hiruk-pikuk Bandung yang terus bergerak cepat, Windi Mutiara Putri menemukan ritme hidup yang berbeda.
Meski berakar dari kota kembang, jiwanya kini melekat erat pada kedamaian sebuah pedesaan kecil di sekitarnya.
“Tinggal di sebuah pedesaan kecil kampung yang sangat sejuk,” ungkapnya, menggambarkan latar tempat hidupnya yang kini.
Udara sejuk yang menyelimuti desa itu bukan hanya sekadar fenomena alam, melainkan cerminan dari kehangatan yang mengisi relung keluarganya.
“Keluarga hangat penuh cinta” – kalimat singkat ini menyimpan kekuatan besar, menjadi fondasi ketenangan dan kebahagiaan yang mengalir dalam keseharian Windi.
Di sanalah ia menemukan ruang bernapas, jauh dari desingan kesibukan kota, di tengah keluarga yang menjadi sumber cinta dan rasa amannya.
Bicara tentang karir, Windi menyebutnya dengan kalimat yang ringan namun jujur: “Sibuk kerja ajaa”.
Ungkapan ini menyiratkan kesungguhannya dalam menjalani pekerjaan, meski ia tak membeberkan detail profesi.
Yang jelas, karirnya bukanlah balapan mengejar target atau terobsesi pada puncak karier. Ia menemukan kepuasan dalam pola kerjanya yang unik.
“Suka nya banyak ketemu orang-orang baru,” ujarnya, menandakan bahwa interaksi manusia dan jejaring sosial adalah sumber energi dan sukacita dalam pekerjaannya.
Kunci kebahagiaan kerjanya terletak pada kebebasan dan kenyamanan:
“Kerjaan santai ga di kejar waktu, kerja sesuka hati.” Frasa “kerja sesuka hati” ini sangat krusial – ia menggambarkan sebuah filosofi kerja yang langka di zaman sekarang: bekerja dengan penuh keikhlasan, sesuai passion, dan tanpa tekanan waktu yang mencekik.
Ini adalah kemewahan tersendiri, sebuah bentuk kebebasan yang ia hargai lebih dari sekadar gaji besar atau jabatan tinggi.
Tentu, seperti pekerjaan apa pun, ada “
dan Windi mengatakannya dengan polos disertai senyuman: “cape aja”.
Kelelahan fisik itu diakuinya dengan lapang dada, seolah hanya angin sepoi-sepoi yang mengusik ketenangan desanya.
Harapan Windi untuk masa depan dipenuhi oleh permohonan yang tulus dan bersahaja, mencerminkan prioritas hidupnya yang jelas. Untuk keluarga, doanya sederhana namun mendalam: “Semoga semuanya selalu di kasih kesehatan dan rezeki yg lancar.”
Kesehatan dan kecukupan rezeki menjadi pilar utama kebahagiaan kolektif keluarganya.
Untuk karir atau usahanya, ia berharap kelancaran dan kecukupan: “Semoga usaha aku ini di cukupkan, di lancarkan.”
Ia tak meminta limpahan kekayaan, tapi cukup untuk berjalan lancar dan memenuhi kebutuhan. Dan untuk dirinya sendiri, satu permintaan utama: “Kesehatan semoga aku selalu sehat.”
Kesehatan kembali ditekankan, menjadi harta tak ternilai yang memungkinkannya menikmati hidup, bekerja, dan mencintai keluarga.
Berangkat dari semangat hidupnya yang sederhana, bersyukur, dan mencintai kedamaian, inilah quote yang terinspirasi dari perjalanannya:
“Bahagia itu bukan soal seberapa cepat kita berlari mengejar dunia, tapi seberapa dalam kita bernapas menikmati kehangatan yang ada.
Dalam kesederhanaan desa, dalam tawa keluarga, dan dalam kerja yang ikhlas, kita temukan kemewahan sejati.”
Source image: Windi
Penulis di iniloh.com. Misi kami membongkar informasi rumit jadi bacaan yang ringan dan berguna untukmu, dari yang kompleks jadi mudah, dari yang membingungkan jadi jelas.
