Wiwid Syahdiyah, S.Ab, MM: Kita Tidak Bisa Memilih Dari Mana Kita Lahir, Kita Bisa Pilih Mau Ke Mana Melangkah!
Iniloh.com Jakarta- Lahir dan dibesarkan di Medan, Wiwid Syahdiyah menyimpan kenangan yang jauh dari gambaran kota penuh keramahan.
“Kota yang keras tapi nyata,” ujarnya tentang tanah kelahirannya.
Tapi kekerasan sesungguhnya bukan terletak pada kotanya, melainkan pada realita hidup yang ia alami sejak kecil: tumbuh di tengah keluarga broken home.
“Suasana rumah jauh dari kata hangat,” kenangnya.
Tanpa pelukan dan kehangatan konvensional, Wiwid belajar berdiri di atas kakinya sendiri:
“Kalau hidupku mau berubah, akulah yang harus berdiri duluan.”
Medan, dengan segala ketegasannya, menjadi guru yang membentuknya: kejujuran, ketegasan, dan yang terpenting keberanian untuk tidak menjadi korban masa lalu.
Dunia konten kreator ia masuki tanpa beban. “Awalnya iseng,” akuinya.
Ia membagikan kesehariannya, kadang lucu, kadang absurd dengan satu syarat mutlak: selalu real.
Ternyata, kejujurannya menyambut resonansi luar biasa.
“Banyak yang relate,” dan di situlah ia menemukan kekuatan: “Cerita sederhana pun bisa jadi kekuatan.”
Untuk meraih kolaborasi brand, ia punya strategi jitu: “Temukan ciri khasmu, jangan ikut tren terus.”
Baginya, followers bisa dibangun, tapi karakter kuat dan konsisten adalah magnet sejati bagi brand. Sukanya? “Bisa ekspresikan diri, bantu orang merasa gak sendiri.”
Dukanya? Gelombang overthinking dan insecurity yang ia hadapi dengan satu mantra: “Memeluk proses“, karena naik-turun itu adalah batu asah ketangguhan.
Kreativitas Wiwid lahir dari filosofi sederhana:
“Bukan tentang ide paling baru, tapi cara paling jujur menyampaikan sesuatu.”
Ia mengais inspirasi dari hal-hal receh dalam hidup, lalu mengemasnya dengan humor yang cerdas.
Mengapa memilih segmen keseharian yang lucu dan real? “Karena hidupku gak selalu ringan, dan aku ingin jadi alasan orang lain bisa ketawa di tengah beratnya hari.”
Baginya, hal-hal kecil bukanlah sepele, ia bisa menjadi “penyelamat mental”.
Misinya jelas: “Kalau bisa bikin satu orang senyum hari ini, itu udah bentuk keberhasilan.”
Harapan Wiwid untuk masa depan adalah doa-doa yang terdengar sederhana namun sarat makna.
Untuk diri sendiri, ia berharap bisa menjadi versi terbaik tanpa harus menjadi seperti orang lain.
Untuk keluarga, ia mendambakan kedamaian, meski bentuknya mungkin tak lagi utuh seperti dulu.
Dalam karir, ia ingin terus berkembang tanpa harus kehilangan jati diri.
Secara ekonomi, ia berharap memiliki cukup bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan, tapi terutama untuk bisa memberi kepada sesama.
Untuk kesehatan mental, yang kuinginkan cukup waras agar semangat hidup tetap terjaga. Dan dalam kehidupan sosial, harapanku sederhana:
“Semoga apa yang kubagikan bisa menyalakan setitik cahaya bagi orang lain.”
Pesan terakhirnya adalah bom motivasi bagi siapa pun yang merasa terpuruk:
“Aku lahir dari keluarga yang hancur, tapi aku menolak hidupku ikut hancur.
Kita mungkin gak bisa pilih dari mana kita lahir, tapi kita bisa pilih mau ke mana kita melangkah.”
Source image: wiwid

Penulis di iniloh.com. Misi kami membongkar informasi rumit jadi bacaan yang ringan dan berguna untukmu, dari yang kompleks jadi mudah, dari yang membingungkan jadi jelas.










