Yessa, Harapan Tidak Akan Hilang!
Iniloh.com Jakarta- Terlahir dan dibesarkan di daerah pelosok kabupaten Tegal, Yessa justru memandang masa kecilnya di desa sebagai anugerah yang tak ternilai.
Kehidupannya diwarnai oleh kesederhanaan yang begitu membekas: mandi di kali, berlarian di sawah, dan bermain hujan-hujanan menjadi memori indah yang membentuknya.
Pola asuh yang menyatu dengan alam itu memberinya fondasi kehidupan yang kuat dan rasa syukur yang mendalam atas hal-hal yang mungkin terlihat sederhana, namun penuh makna.
Kini, Yessa sedang menempuh perjalanan akademisnya sebagai mahasiswa semester 7 Jurusan Ilmu Komunikasi di Universitas Atma Jaya Yogyakarta.
Berbeda dengan sebagian besar rekan sebayanya, ia mengaku tidak terlalu ambisius dalam hal akademis.
Justru, dunia di luar kampus telah lama memanggilnya. Sejak duduk di bangku SMK kelas 2, Yessa telah menjalani karir sebagai model freelance.
Dunia modeling bukan sekadar pekerjaan sampingan baginya, melainkan sebuah passion yang ia tekuni dengan serius dan konsisten.
Di tengah kesibukannya sebagai mahasiswa dan model, Yessa memiliki sebuah pelampiasan kreatif yang ia sebut ‘kerajinan bulan’.
Awalnya, ini hanyalah sebuah hobi yang lahir dari kecintaannya pada seni kriya. Baginya, kemampuan untuk merangkai dan menciptakan sesuatu adalah sebuah keberuntungan yang tidak dimiliki oleh semua orang.
Ia pun berusaha untuk mempertahankan dan mengasah bakatnya itu. Kerajinan bulan menjadi semacam meditasi, cara baginya untuk tetap terhubung dengan sisi artistiknya.
Ketika ditanya tentang suka duka menjalani hobinya, Yessa menjawab dengan filosofi hidup yang ia pegang teguh. Baginya, tidak ada yang namanya ‘duka’.
Setiap pengalaman, baik atau buruk, adalah pelajaran yang harus dimaknai.
Suka yang paling terasa adalah bagaimana kegiatan merangkai dan menulisnya mampu menjadi pelipur stres, sebuah pelarian yang sehat untuk mengalihkan pikiran dari kepenatan rutinitas.
Yessa adalah pribadi yang tidak suka memaksakan keinginan. Prinsipnya adalah mengalir saja seperti air.
“Rasanya terlalu egois jika berharap banyak hal baik harus datang pada kita,” ujarnya.
Ia memilih untuk tetap menjadi baik, bersyukur ketika kebahagiaan datang, dan berani menghadapi serta belajar dari setiap musibah yang menghampiri.
Sebuah puisinya yang ia bagikan menggambarkan jiwa romantis dan reflektifnya:
“Harapan tak akan hilang, jiwa ini memiliki semua perannya seperti layaknya mesin jahit tua, dan kain putih yang naif adalah kehidupannya.”
Source image:yessa

Penulis di iniloh.com. Misi kami membongkar informasi rumit jadi bacaan yang ringan dan berguna untukmu, dari yang kompleks jadi mudah, dari yang membingungkan jadi jelas.










