Yesti, Nikmati Setiap Proses yang Tuhan Ijinkan. Kerjakan Tanggung jawab Kita dengan Segenap Hati
Iniloh.com Jakarta- Dari pegunungan Tana Toraja hingga kota-kota di selatan Prancis, perjalanan hidup Yesti adalah kisah tentang kemandirian, iman, dan keindahan menemukan makna dalam setiap proses.
Perempuan berdarah Toraja ini, yang kini menetap di Prancis selama hampir tujuh tahun, membuktikan bahwa kerja keras dan ketulusan hati bisa membuka jalan di mana pun kaki berpijak.
Yesti lahir di Dili, Timor Leste, dari orang tua asli Tana Toraja yang merantau sebagai PNS.
Meski keluarga tergolong mampu, orang tuanya tak memanjakannya dengan mainan atau barang mewah.
Sejak kecil, ia dan adiknya diajari untuk “bekerja” jika menginginkan sesuatu.
“Papaku ‘menggaji’ kami jika membantu pekerjaan rumah,” kenangnya sambil tersenyum.
Kebiasaan dititipkan ke kerabat sejak bayi membentuknya menjadi pribadi periang, kreatif, dan mandiri.
“Sampai kelas 6 SD, aku masih disuapi sarapan karena malas makan. Tapi soal kemandirian, orang tuaku sangat tegas,” tambahnya.
Sejak menikah, Yesti mengikuti suami yang kerap berpindah kota karena pekerjaan.
Kini, ia bekerja di hotel bintang 5 di selatan Prancis, sebuah profesi yang sering dipertanyakan orang Indonesia mengingat latar belakang pendidikannya di teknik informatika.
“Banyak yang bingung, sarjana IT kok jadi tukang bersih-bersih?” ujarnya santai.
Namun, ia bersyukur bisa mendapat pekerjaan itu melalui networking unik:
“Aku dipekerjakan lewat ‘orang dalam’ yang bahkan tak pernah kutemu sebelumnya.”
Bahasa Prancis yang awalnya pas-pasan tak menyurutkan langkahnya.
Sejak 2022, ia berpindah-pindah hotel dengan kondisi yang semakin membaik: gaji naik, fasilitas lebih lengkap, dan lingkungan kerja yang nyaman.
“Tuhan melihat usahaku. Dia percayakan hal kecil, dan aku kerjakan dengan serius.Lalu Dia beri lebih,” katanya.
Di tengah budaya kerja individualis orang Prancis, Yesti justru menemukan kebahagiaan dalam kesederhanaan tugasnya.
Di sela rutinitas, fotografi adalah jiwa Yesti. “Aku ingin foto-fotoku bercerita,” ujarnya.
Meski sadar selera estetika tiap orang berbeda, ia tak berhenti belajar.
“Tantangannya justru di situ. Aku terbuka pada masukan untuk berkembang.”
Solo traveling juga menjadi ruang refleksinya.
“Ini waktu aku ‘berbincang’ dengan Sang Pencipta, merenung sambil menikmati alam,” tuturnya.
Pengalamannya bertemu “malaikat tak bersayap”, orang asing yang tiba-tiba menolong di saat kritis membuatnya percaya pada kekuatan takdir.
Kini, sebagai ibu satu anak, ia mulai kembali mengejar hobi ini setelah sempat tertunda.
“Anakku sudah lebih mengerti, jadi aku bisa pelan-pelan menjelajah lagi.”
Bagi Yesti, hidup adalah rangkaian proses yang harus dijalani dengan ikhlas.
“Kita sering berdoa minta yang baik, tapi menolak lewat prosesnya karena terasa terlalu lama atau sulit,” ujarnya.
Ia berharap semua orang diberi kesabaran dan kebijaksanaan saat menanti jawaban doa. Pesannya sederhana:
“Nikmati setiap proses yang Tuhan ijinkan. Kerjakan tanggung jawabmu dengan segenap hati. Jangan takut, Dia bisa menolong dengan cara tak terduga.”
Source image: yesti
Penulis di iniloh.com. Misi kami membongkar informasi rumit jadi bacaan yang ringan dan berguna untukmu, dari yang kompleks jadi mudah, dari yang membingungkan jadi jelas.
