Yosanda Widesvira Irawan,Merawat Diri adalah Cara Terbaik Merawat Orang Lain
Iniloh.com Jakarta- Yosanda Widesvira Irawan, atau yang akrab disapa Yosanda, adalah bukti bahwa hidup penuh peran bisa dijalani dengan kesadaran penuh, bukan kesempurnaan.
Perempuan Jakarta yang kini menetap di Bandung ini membawa filosofi sederhana:
“Hidup bukan tentang membagi waktu, tapi membagi perhatian dengan sengaja.”
Dari mengasuh tiga balita hingga mengelola tiga bisnis sekaligus, ia membuktikan bahwa kekacauan dan ketenangan bisa berjalan beriringan.
Selama bertahun-tahun, Yosanda hidup dalam ritme cepat ibukota. Namun, dua tahun terakhir, ia memilih hijrah ke Bandung.
“Di sini, aku belajar mendengar gemerisik daun di pagi hari, bukan klakson mobil. Waktu terasa lebih panjang untuk bernapas,” ujarnya.
Perpindahan ini bukan sekadar perubahan lokasi, melainkan transformasi cara memaknai hidup.
“Jakarta mengajariku disiplin, Bandung mengajariku mindfulness,” tambahnya.
Sebagai ibu tiga balita, hari-hari Yosanda diisi dengan pelukan, tawa riang, dan drama kecil seperti makanannya tumpah atau pertengkaran mainan.
Tapi di sela itu, ia menjalankan tiga bisnis: clothing line, social media strategist, dan private English educator.
“Ini pilihan sadar. Aku ingin kerja yang fleksibel, tapi tetap memberi ruang untuk hadir secara utuh bagi anak-anak,” jelasnya.
Baginya, bekerja dari rumah bukan sekadar kenyamanan, melainkan strategi agar bisa menyaksikan setiap tahap tumbuh kembang buah hatinya.
Di tengah kesibukan, Yosanda menyisihkan waktu untuk olahraga, bukan sekadar menjaga fisik, tapi juga sebagai meditasi gerak.
“Saat lari atau yoga, aku kembali ke diri sendiri. Di situ, aku bukan ibu atau bos, hanya manusia yang menyatu dengan napas,” ungkapnya. Ritual ini ia jaga ketat, karena percaya:
“Merawat diri adalah cara terbaik merawat orang lain.”
Yosanda mengakui, perjuangannya tak selalu mulus.
“Ada hari di mana aku merasa gagal di semua peran. Tapi aku belajar: standar ‘cukup’ harus ku tentukan sendiri, bukan dari luar,” ujarnya.
Ia mulai menerapkan selective focus: memilih momen mana yang perlu energi penuh, dan mana yang bisa di-pause.
“Misalnya, saat kerja, aku pasang timer 45 menit fokus total. Setelah itu, 15 menit bermain dengan anak. Ini mengurangi rasa bersalah,” paparnya.
Kepada perempuan yang sedang berjuang menyeimbangkan hidup, Yosanda berpesan:
“Kamu tak perlu melakukan segalanya dengan sempurna.
Lakukan dengan niat. Kamu boleh tumbuh, boleh lelah, boleh tampil ‘berantakan’ tapi tetap kuat. Musim ini mungkin penuh, tapi dirimu juga penuh dengan kekuatan. Percayalah, kamu mampu!”
Ia menekankan bahwa istirahat bukan kegagalan, melainkan bagian dari proses.
“Self-care bukan egois. Itu investasi agar kita bisa memberi lebih tulus.”
Source image: yosanda

Penulis di iniloh.com. Misi kami membongkar informasi rumit jadi bacaan yang ringan dan berguna untukmu, dari yang kompleks jadi mudah, dari yang membingungkan jadi jelas.










