Yosi Luky Lestari: Menjadi Ibu Rumah Tangga Bukan Akhir Karier!
Iniloh.com– Yosi Luky Lestari, perempuan asli Yogyakarta, adalah bukti nyata bahwa masa lalu yang kelam tak harus menjadi penghalang untuk menciptakan kehidupan keluarga yang penuh cinta.
Dibesarkan di lingkungan tenang di tengah kota Jogja, Yosi kecil tumbuh dalam asuhan sang ibu yang berjuang sebagai single parent mengasuh tiga anaknya.
“Ibu adalah pahlawan tanpa tanda jasa. Meski ditinggal ayah saat saya masih 4 bulan, ia mendidik kami dengan kasih sayang penuh,” kenang Yosi.
Pengalaman melihat ibunya bertanggung jawab sebagai orang tua tunggal meninggalkan trauma tersendiri, sekaligus tekad kuat untuk tidak mengulang pola hubungan yang rapuh.
Sebagai anak bungsu dari dua kakak laki-laki, Yosi belajar arti kemandirian sejak dini.
“Kami hidup sederhana, tapi kebersamaan dan dukungan antar saudara membuat kami kuat,” ujarnya.
Trauma perceraian orang tua membayangi pandangannya tentang rumah tangga.
Namun, ketakutannya justru menjadi motivasi untuk membangun keluarga yang berbeda.
Saat memutuskan menikah dan pindah ke Banjarnegara mengikuti suami, Yosi berkomitmen penuh:
“Kami sepakat saling terbuka dalam komunikasi dan bekerja sama menjaga keharmonisan.”
Keputusan suaminya agar Yosi berhenti bekerja untuk fokus mengurus rumah dan dua anak laki-lakinya awalnya menantang.
“Saya sempat bekerja di industri skincare selama 11 tahun, termasuk di Natasha Skin Care. Tapi saya memilih menghormati keputusan suami sambil mencari cara agar tetap produktif di rumah,” ceritanya.
Kunci keberhasilan mereka adalah teamwork. Suaminya tak segan membantu pekerjaan domestik, sementara Yosi mengatur waktu agar tetap bisa berkontribusi secara finansial melalui usaha sampingan.
“Kami juga rutin me time berdua, seperti makan malam atau sarapan di luar saat anak-anak sekolah. Ini cara menjaga api cinta tetap menyala,” tambahnya.
Bagi Yosi, memaafkan adalah langkah awal penyembuhan. Meski ayahnya tak pernah menafkahi atau terlibat dalam pengasuhan, ia memilih mengikis dendam.
“Memaafkan bukan untuk mereka, tapi untuk kedamaian diri sendiri,” tegasnya.
Proses ini ia jalani dengan konseling mandiri dan refleksi, hingga akhirnya mampu melihat pernikahannya sebagai kanvas baru, bukan bayangan masa lalu.
Pengalamannya membentuk filosofi hidup yang ia bagikan kepada para ibu muda:
“Hargai mentalmu. Jangan takut membangun keluarga hanya karena trauma. Komitmen dan kesadaran untuk menyembuhkan diri adalah kuncinya.”
Baginya, keberanian bukan berarti tak pernah takut, melainkan memilih bertahan dan berjuang meski pernah terluka.
Kini, di tengah kesibukan mengurus rumah tangga, Yosi tetap aktif di industri skincare sebagai bagian dari identitas profesionalnya.
Ia juga kerap membagikan tips menjaga hubungan rumah tangga dan pengalaman parenting melalui Instagram @yosiluky.
“Saya ingin perempuan lain tahu: menjadi ibu rumah tangga bukan akhir karier. Kita tetap bisa berkembang dengan cara berbeda,” ujarnya.
Dari Yogyakarta ke Banjarnegara, Yosi Luky Lestari membuktikan bahwa luka masa kecil bukanlah takdir.
Dengan ketulusan memaafkan, komitmen pada komunikasi, dan semangat pantang menyerah, ia menulis ulang narasi hidupnya: dari anak yang tumbuh dalam bayang perceraian, menjadi istri dan ibu yang teguh membangun pondasi keluarga harmonis.
Seperti katanya, “Hari ini adalah awal baru menuju penyembuhan yang lebih baik.”
Pesannya menggaung jelas: masa lalu boleh kelam, tetapi masa depan tetap bisa dirajut dengan cahaya cinta dan pengertian.
Source image: yosi luky

Penulis di iniloh.com. Misi kami membongkar informasi rumit jadi bacaan yang ringan dan berguna untukmu, dari yang kompleks jadi mudah, dari yang membingungkan jadi jelas.










