Yulistia Apriyanti, Hal Buruk adalah Cara Tuhan Mengarahkan Kita
Iniloh.com Jakarta- Yulistia Apriyanti, yang akrab disapa Yulis, adalah perempuan kelahiran Cirebon, Jawa Barat.
Ia tumbuh di tengah pemandangan alam yang memesona: gunung-gunung hijau, hamparan sawah, dan udara sejuk yang menjadi ciri khas daerahnya.
Meski kini Cirebon mulai padat penduduk, kenangan masa kecil Yulis tak lepas dari kesan lingkungan yang asri dan masyarakatnya yang ramah.
“Aku dibesarkan dalam keluarga sederhana yang penuh perhatian dan kasih sayang. Kedekatan dengan keluarga sangat kuat, dan itu membentukku sampai sekarang,” ungkapnya.
Kehangatan keluarga menjadi fondasi penting baginya, terutama dalam menghadapi dinamika kehidupan di kemudian hari.
Sebelum menikah, Yulis menjalani karir yang dinamis dengan bekerja di berbagai perusahaan internasional, mulai dari Australia, Korea, Singapura, hingga Kuala Lumpur.
Uniknya, ia menjalani sebagian besar pekerjaannya secara remote dari Indonesia.
“Pengalaman bekerja di berbagai budaya memberi wawasan luas, tapi juga mengajarkanku fleksibilitas,” tuturnya.
Namun, kehidupan Yulis berubah setelah menikah dengan seorang WNA. Kini, ia memilih menjadi ibu rumah tangga dan menetap di Bali.
“Kami sering pulang ke negara suami sekalian jalan-jalan. Ini jadi cara kami menjaga keseimbangan antara keluarga dan petualangan,” candanya sambil tersenyum.
Bagi Yulis, kunci hidup yang enjoyable adalah berhenti memikirkan penilaian orang lain.
“Seringkali kita insecure atau khawatir dengan pendapat orang, padahal nyatanya mereka tidak benar-benar memikirkan kita,” ujarnya.
Ia meyakini bahwa menerima masalah tanpa melibatkan orang lain, serta memiliki kesadaran bahwa tidak semua hal bisa dikontrol, adalah kunci kedamaian diri.
Prinsip ini pula yang ia terapkan dalam hubungan rumah tangganya.
“Komunikasi yang baik dan sikap legowo (ikhlas) membuat hubungan tetap harmonis. Kita harus percaya bahwa segala sesuatu akan baik-baik saja,” tambahnya.
Yulis memiliki harapan besar agar setiap individu mampu mengendalikan mental dan tetap positif dalam menjalani hidup.
“Banyak masalah berawal dari pikiran yang tidak stabil. Depresi dan kebuntuan mental bisa jadi awal kehancuran,” tegasnya.
Ia berharap kesadaran akan pentingnya kesehatan mental dapat mengurangi angka depresi, sehingga masyarakat bisa menjalani hidup dengan lebih optimis.
Meski mengaku bingung memberi motivasi, Yulis berbagi filosofi hidup yang dipegangnya:
“Hal buruk yang tak bisa kita kontrol mungkin adalah cara Tuhan mengarahkan kita pada jalan yang lebih baik, sesuatu yang tak pernah terbayangkan. Jadi, tetaplah bersyukur.”
Pesan ini ia tujukan untuk siapa pun yang membaca kisahnya.
Bagi Yulis, bersyukur dan melepaskan kontrol atas hal-hal di luar kuasa manusia adalah resep utama menjalani hidup dengan tenang.
Source image: yulis

Penulis di iniloh.com. Misi kami membongkar informasi rumit jadi bacaan yang ringan dan berguna untukmu, dari yang kompleks jadi mudah, dari yang membingungkan jadi jelas.










